Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Sebuah pertunjukkan
Akhir pekan akhirnya tiba, hari ini pesta megah digelar di kediaman utama keluarga Atmadewa. Beberapa tamu penting mulai berdatangan untuk menghadiri pesta ulang tahun.
"Sophia, ayah sangat puas dengan kinerjamu di perusahaan. Setelah berpikir berulang kali, sekarang ayah yakin untuk menyerahkan semuanya kepadamu," ucap kepala keluarga Atmadewa.
Mendengar pujian dari ayahnya membuat Sophia tersenyum manis, "Terima kasih karena sudah mempercayaiku, Ayah. Aku akan melakukan yang terbaik dan tidak akan pernah mempermalukanmu."
Tuan Adipati mengangguk bangga, "Sapalah para tamu terlebih dulu, banyak tamu pria lajang di sini, kamu bisa memilih salah satu untuk kau jadikan suami. Aku sudah tidak sabar untuk menggendong cucu."
"Baik, Ayah."
Dengan gaun berwarna putih yang membungkus tubuhnya, Sophia berjalan turun dari lantai dua dengan percaya diri.
"Selama beberapa tahun terakhir Elena selalu menjadi mimpi buruk untukku. Dulu tidak ada yang mengenal bahwa aku bagian dari keluarga Atmadewa, sekarang semua orang akan mengenalku sebagai pewaris satu-satunya yang cantik dan juga pintar," ucapnya di dalam hati.
Suara bisikan-bisikan mulai terdengar, semuanya berisi kalimat pujian untuknya. Begitu sampai bawah, beberapa tamu mendatanginya dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.
Dari arah pintu masuk, seorang pria masuk dengan aura yang begitu kuat, semua pasang mata tertuju padanya.
"Kak Andreas!" seru Sophia dengan senyum sumringah. Wanita itu segera menghampiri Andreas yang sedang mengambil minuman yang dibawa pelayan.
"Akhirnya kamu datang juga, aku sudah lama menunggumu," kata Sophia. Dia celingak celinguk di depan Andreas, "Di mana pasanganmu, Kak? Aku sudah mengingatkanmu untuk membawa pasangan, bagaimana kamu bisa melupakannya?"
Andreas tersenyum, "Bukan masalah besar meskipun aku tidak membawa pasangan. Ini adalah pesta ulang tahunmu, orang-orang hanya akan fokus padamu," jawabnya.
"Kebetulan aku tidak memiliki pasangan untuk dansa malam ini, apakah Kak Andreas mau berdansa denganku nanti?" tanya Sophia dengan pipi yang merona.
"Maaf, ada urusan lain yang harus aku datangi setelah ini, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini. Jadi ku ucapkan selamat ulang tahun untukmu," balas Andreas.
Sophia masih tersenyum, meskipun sebenarnya dia tidak menyukai penolakan dari pria di depannya. "Baiklah, masih ada kesempatan di lain waktu. Setelah jamuan makan malam akan ada pertunjukan prestasi yang aku dapatkan selama ini, bisakah kamu memberikan satu atau dua patah kata untukku sebagai teman?"
Andreas melirik Sophia sekilas lalu menyesap minumannya, "Apa Kakakmu juga suka melakukan hal ini di hari ulang tahunnya?"
"Dia tidak menyukai hal-hal seperti ini," jawab Sophia dengan wajah tidak suka.
"Aku ingat kamu pernah mengatakan jika tidak memiliki saudara lain," ucap Andreas yang mana langsung membuat Sophia tersadar dengan jawabnya.
Andreas sedang memasang umpan, dan berhasil di makan oleh wanita di depannya.
Sophia menetralkan ekspresi wajahnya, "Aku.... Saudaraku meninggal 4 tahun yang lalu, aku pikir tidak ada lagi yang perlu dibicarakan tentangnya," jawabnya berusaha tenang.
Tapi Andreas tidak sebodoh itu, "Kenapa kamu sangat gugup?"
"Aku hanya meneruskan apa yang diucapkan orang-orang di depan, jadi aku ingin menanyakannya secara langsung. Mungkinkah ada rahasia yang ingin kau sembunyikan di balik kematian Kakakmu 4 tahun yang lalu?" ucap pria itu.
Mendengar hal itu, ekspresi wajah Sophia menggelap. Ini adalah pestanya, kenapa nama Kakak tirinya masih saja di bahas?
"Sophia, kemarilah."
Suara panggilan sang ayah seolah menjadi angin segar untuknya. "Maaf, Kak. Ayah memanggilku, aku akan menghampirinya dulu, silahkan nikmati pestanya," ucap Sophia dan langsung pergi dari hadapan Andreas.
Andreas menatap punggung Sophia yang semakin menjauh, "Jika Elena benar-benar putri tertua keluarga Atmadewa, mengapa dia bisa masuk penjara? Tapi jika ini hanya kebetulan semata, kenapa dua hal ini bisa terjadi ditahun yang sama?" batinnya.
Matanya melihat sekitar, saat itu juga tatapan matanya tertuju ke arah pelayan yang terlihat tidak asing di matanya. "Elena?" gumamnya.
Dia meletakkan gelas yang dia pegang di atas meja dan mengejar pelayan tersebut, begitu sudah dekat dia menarik lengan pelayan itu, "Elena," panggilnya.
Pelayan itu menoleh, "Apa yang Anda lakukan, Pak!" ucapnya dengan raut bingung, pelayan itu bukanlah Elena.
"Ah, maaf. Aku salah orang," jawab Andreas.
Dari balik dinding, Elena bersembunyi dan mendengar semuanya. "Untung aku segera bersembunyi," ucapnya di dalam hati.
Andreas tidak salah lihat, orang yang dia lihat memang benar Elena. Wanita itu menyusup dan menyamar sebagai pelayan di acara ini, dia menggunakan masker agar tidak ketahuan, tetapi ternyata Andreas masih bisa mengenalinya.
...****************...
Di atas panggung kecil di dalam rumah, Tuan Adipati dan juga Sophia berdiri berdampingan di atas sana. Para tamu berdiri di depan panggung untuk mendengarkan pidato dari kepala keluarga.
"Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahun anakku, keluarga Atmadewa merasa sangat tersanjung. Di hari yang baik ini, aku juga secara resmi memperkenalkan putri bungsuku kepada semua orang."
"Sejak kecil dia tinggal jauh dari kami, sekarang dia telah kembali ke dalam keluarga ini. Aku sudah semakin menua, mulai sekarang semua yang berada di bawah keluarga Atmadewa akan menjadi tanggung jawabnya, jadi mohon bimbingan dari kalian semua."
"Jika ada yang memilki anak laki-laki seusianya yang masih lajang, mungkin bisa bagian dari keluarga Atmadewa dengan menikahi putriku."
Tuan Adipati berbicara panjang lebar dengan wajah bahagia. Setelah dia selesai, seorang MC mengambil alih acara.
"Mohon perhatian untuk semua tamu undangan, sekarang kita akan menyaksikan prestasi yang sudah ditorehkan Nona Sophia. Mari kita semua mengucapkan selamat ulang tahun kepada Nona Sophia."
"SELAMAT ULANG TAHUN!"
Begitu ucapan ulang tahun dan sorak sorai menggema, sebuah video yang akan menunjukkan prestasi Sophia di putar.
"Kak Alex.... Ah..."
Bukan prestasi sophia yang terlihat, melainkan suara desahan dan juga adegan erotis terpampang jelas di layar yang sudah di siapkan. Pemeran utama di dalam video tersebut adalah Sophia dan juga Alex yang bercinta di dalam mobil.
Semua orang yang berada di dalam ruangan diam, hanya suara desahan yang terdengar di tengah sepinya suasana pesta.
Wajah Sophia menjadi pias, dia berteriak keras. "TIDAK! INI TIDAK BENAR! ITU BUKAN AKU, ITU EDITAN!"
Dia berteriak seperti orang gila di atas panggung, "Seseorang pasti telah menjebakku!"
Video erotis itu masih berjalan, Sophia berlari untuk turun dari panggung menuju ruang kontrol. Tapi naas, sepatu heels yang dia kenakan tersangkut kabel yang membuatnya oleng dan terguling ke bawah panggung.
"AKH!" teriaknya.
Bisikan-bisikan mencemooh mulai terdengar, darah mulai mengalir dari pelipisnya. Tuan Adipati masih berdiri di depannya dan menatapnya dengan garang.
"Ayah! Dengarkan aku, aku akan menjelaskannya!" ucapnya pada sang ayah. "Aku benar-benar tidak tahu apa-apa, Alex pasti sengaja membuat video itu untuk menjebakku!"
Tuan Adipati berbalik, enggan mendengarkan penjelasan anaknya. Sophia merangkak dan memegang kaki ayahnya. "Aku bahkan tidak tau apa yang sedang terjadi Ayah, percayalah padaku!"
Pria berusia 65 tahun itu menghempaskan kakinya hingga Sophia yang memegang kakinya terjungkal. Dia menoleh, "Anak kurang ajar! Lihatlah dirimu yang membuat malu keluarga Atmadewa! Ayah sangat malu dengan perbuatanmu!" marahnya.
Setelah mengatakan itu, dada pria paruh baya itu terasa nyeri dan berakhir pingsan.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗