NovelToon NovelToon
BATAL SEBELUM SAH

BATAL SEBELUM SAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:155.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

"Menikahi Istri Cacat"
Di hari pernikahannya yang mewah dan nyaris sempurna, Kian Ardhana—pria tampan, kaya raya, dan dijuluki bujangan paling diidamkan—baru saja mengucapkan ijab kabul. Tangannya masih menjabat tangan penghulu, seluruh ruangan menahan napas menunggu kata sakral:

“Sah.”

Namun sebelum suara itu terdengar…

“Tidak sah! Dia sudah menjadi suamiku!”

Teriakan dari seorang wanita bercadar yang jalannya pincang mengguncang segalanya.

Suasana khidmat berubah jadi kekacauan.

Siapa dia?

Istri sah yang selama ini disembunyikan?

Mantan kekasih yang belum move on?

Atau sekadar wanita misterius yang ingin menghancurkan segalanya?

Satu kalimat dari bibir wanita bercadar itu membuka pintu ke masa lalu kelam yang selama ini Kian pendam rapat-rapat.

Akankah pesta pernikahan itu berubah jadi ajang pengakuan dosa… atau awal dari kehancuran hidup Kian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Keresahan

Dari kegelapan yang temaram, muncul sosok Keynan.

“Kian.”

Langkah Kian terhenti. Ia mendongak.

Keynan menatapnya tenang, tapi tajam.

“Papa ingin bicara sebentar,” ucapnya datar. “Kita ke ruang kerja.”

Kian sempat terdiam, lalu mengangguk pelan. Tanpa sepatah kata pun, ia mengikuti ayahnya. Langkah-langkah mereka menggema di lorong yang mulai sepi.

"Papa pasti akan menanyakan soal perusahaan," pikir Kian, mengingat kekacauan yang terjadi tadi pagi. Tapi entah mengapa, dadanya terasa berat.

"Kenapa aku merasa... bukan hanya itu yang akan dibahas Papa?"

Langkah mereka berhenti di depan pintu ruang kerja. Keynan membuka pintu, lalu menoleh sekilas. “Masuklah.”

Dan di saat itulah, firasat Kian menguat—akan ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar urusan bisnis yang akan dibicarakan malam ini.

Dalam ruang kerja, cahaya temaram dari lampu meja kerja menyinari sebagian wajah Keynan yang duduk tenang di balik meja kayu jatinya. Aroma kayu tua dan buku-buku tua di sekeliling ruangan menguar samar.

Kian duduk di seberangnya, menyandarkan punggung pada sandaran kursi dengan wajah lelah namun tetap tegak.

“Soal kontrak yang dibatalkan Broto,” buka Keynan, suaranya datar namun tegas. “Langkah apa yang kau ambil untuk mengatasi ini?”

Kian menarik napas panjang. Ini sesuai dugaannya.

“Kita akan coba ajukan renegosiasi ke investor lama. Yang sempat kita tolak karena tawaran Broto lebih menggiurkan.” Ia menatap ayahnya. “Atau… kita bisa lepas beberapa saham minoritas. Ada konsorsium baru yang aku temui bulan lalu. Mereka tertarik, tinggal pembicaraan lanjutan.”

Keynan mengangguk perlahan. “Itu langkah bijak. Asal jangan gegabah.”

Diam sejenak mengambang di antara mereka, hingga akhirnya Keynan menautkan jari-jarinya di atas meja dan menatap putranya lekat-lekat.

“Kian…” katanya pelan, namun dengan tekanan yang tak bisa diabaikan, “Papa ingin bicara soal Kanya.”

Kian mengangguk pelan. Dalam hati bergumam, "Aku merasa bagian ini adalah firasat buruk." Ia menatap ayahnya, tapi tak berkata apa-apa.

“Kami berharap,” lanjut Keynan, “kamu bisa membina rumah tangga yang bahagia dengannya. Kamu adalah suami sekaligus imam bagi keluarga kecilmu. Artinya, kamu harus bisa jadi pemimpin yang bijak. Kanya masih sangat muda. Dia butuh bimbingan. Dan kamu… harus mampu menjalankan peran itu dengan baik.”

Keynan mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan.

“Jujur saja,” ucapnya tenang, namun sarat makna. “Dibanding Friska, Papa dan Mama lebih menyukai Kanya. Meski kami baru mengenalnya, bahkan belum pernah melihat wajahnya... tapi kami bisa merasakannya.”

Tatapan Keynan menajam. “Dia gadis yang baik. Kami percaya, dia bisa menjadi istri yang menyejukkan, bagi laki-laki yang mau bersabar dan melihat lebih dalam.”

Kian membeku. Kata-kata itu seperti membentur dinding dalam dirinya yang telah lama retak.

"Ada satu hal lagi," lanjut Keynan, nadanya kini lebih tegas dan berat.

“Kau sudah menikah dengan Kanya. Jauh sebelum rencana pernikahanmu dengan Friska.”

Ia menarik napas. Kali ini, jedanya terasa seperti beban yang ditimbang hati-hati.

“Papa tahu, hatimu belum pulih. Kau masih mencintai Friska… dan belum bisa mencintai istrimu sendiri. Tapi Papa berharap… kau mau belajar melepaskan. Belajar membuka hati. Belajar menerima Kanya.”

Sorot mata Keynan tak tergoyahkan. Wajahnya tidak sedang marah, tapi ketegasannya tak menyisakan ruang untuk perlawanan.

“Satu pesan Papa…” suaranya lebih pelan, namun menggetarkan.

“Jangan pernah coba-coba bertemu dengan Friska lagi. Kau pria yang sudah beristri. Jaga kehormatanmu… di depan istrimu, dan di hadapan Allah.”

Diam. Senyap. Tapi berat.

“Lupakan mantan. Dan jangan harap kembali.”

Kian masih diam. Tak ada satu pun kata keluar dari mulutnya. Tapi di dalam hati, ia tahu, itu bukan sekadar nasihat. Itu peringatan.

Keynan melirik jam di dinding. Jarum panjang sudah lewat angka dua belas.

“Sudah larut,” ujarnya sambil bersandar. “Istirahatlah.”

Kian berdiri pelan. “Iya, Pa…”

Ia melangkah keluar dari ruang kerja itu. Langkahnya tenang. Tapi gejolak di dadanya jauh dari tenang.

Begitu pintu tertutup di belakangnya, suara batinnya mulai berteriak. Keras. Namun hanya untuk dirinya sendiri.

“Baik menurut Papa dan Mama... belum tentu baik bagiku.

Aku yang akan menjalani rumah tangga ini. Dan aku tidak mencintai Kanya. Aku mencintai Friska.

Sejak awal, tak pernah ada rasa. Hanya luka. Luka karena keterpaksaan. Keterpaksaan karena tanggung jawab. Luka karena harga diriku dijatuhkan berkali-kali, oleh Kanya, dan ayahnya.

Dengan pondasi seperti ini… bagaimana mungkin rumah tangga bisa dibina?”

Langkahnya menyusuri lorong yang sunyi.

Tapi di dalam dadanya, badai baru saja dimulai.

Namun di balik pintu yang telah tertutup, Keynan masih terpaku di kursinya. Pria itu menghela napas panjang.

"Kau masih terlalu muda, Nak. Belum bisa melihat dunia dengan kedalaman hati. Jangan sampai kau baru sadar betapa berharga apa yang kau miliki setelah kau kehilangannya."

Ia menatap pintu yang baru saja dilewati putranya, mata menyiratkan keresahan. Ia mengenal Kian luar dala. Ego yang tinggi, ambisi yang terlalu besar, dan emosi yang mudah tersulut.

"Ego seperti itu bisa menjatuhkan. Bahkan menyesatkan. Dan Papa tak ingin itu terjadi padamu."

***

Setelah masuk ke dalam kamarnya, Kian menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Helaan napas kasar terhembus dari dadanya, tapi tak cukup meredakan gelombang pikiran yang berisik di kepalanya.

"Apa yang sebenarnya dia lakukan… sampai Papa dan Mama, yang bahkan baru mengenalnya pun, langsung membelanya?" gumamnya lirih, menatap kosong ke langit-langit kamar. “Menyebalkan.”

Namun saat kepalanya sedikit menoleh ke samping, ingatannya seperti memutar adegan pelan, bayangan Kanya yang semalam tidur di sisi ranjang itu. Wajah teduh, tubuh tertutup rapat, napas teratur… terasa terlalu nyata untuk dilupakan.

“Dulu dia pendiam. Bahkan cenderung menghindar. Sikapnya dingin, nyaris tak menyentuh. Tapi sekarang… dia mulai bicara lebih banyak. Lebih hangat.”

Kening Kian berkerut.

“Apa itu karena dia mulai dewasa… atau karena dia tahu bagaimana caranya mengambil hati orang tuaku?”

Rasa curiga itu masih bersarang, menancap dalam seperti duri.

Ego yang pernah terluka karena dipermalukan di hadapan publik belum juga sembuh.

Dan luka itu… menjadi penghalang terbesar untuk menerima Kanya kembali dalam hidupnya.

Ia memejamkan mata, tapi tetap terjaga.

Gadis itu mungkin telah kembali padanya...

Tapi tidak. Bukan ke dalam hatinya.

Karena yang ia tahu, pernikahan ini bukan karena cinta.

Ia menikahi Kanya demi tanggung jawab, dan ambisi. Bukan karena hati.

Kian mengusap wajahnya kasar.

"Baru saja berniat menemui Friska… tapi Papa—huh..."

Sejak mengambil keputusan menikahi gadis itu, Kian merasa seperti terjebak dalam jebakan yang ia buat sendiri.

Malam berlalu dalam sunyi.

Namun dalam diam, hati Kian masih riuh… dipenuhi tanya yang tak kunjung usai.

***

Halaman depan pondok pesantren.

Mobil hitam berhenti tepat di bawah pohon mangga yang rindang, menaungi pelataran pondok yang sejuk. Suara mesin yang dimatikan menarik perhatian Kanya, Umi, dan Kyai Zubair yang baru saja turun dari mobil sederhana mereka.

Seorang pemuda tampan berpakaian rapi turun lebih dulu. Ia mengenakan kemeja koko putih bersih, celana kain, dan peci hitam yang terlihat serasi. Menyusul di belakangnya, seorang pria paruh baya dan wanita berhijab anggun ikut turun, keduanya menyiratkan keteduhan dan wibawa.

Ketiganya menyapa Kanya dan rombongan dengan senyum ramah.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” sapa si pemuda sambil menundukkan kepala sopan. Ayah dan ibunya menyusul mengucapkan salam.

“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab Umi lembut, disusul Kanya dan Kyai.

Kanya dan Umi membalas dengan merekatkan kedua telapak tangan di depan dada, sedikit membungkuk penuh takzim.

Tak ada jabatan tangan. Hanya saling menghormati dengan cara yang menjaga adab.

Pemuda itu dan ayahnya menyalami Kyai dengan senyum ramah.

Sang ibu mendekat, matanya memandangi Kanya dengan kekaguman yang tidak disembunyikan.

“Subhanallah… anggun dan bersahaja sekali. Ananda pasti Kanya, ya?” tanyanya hangat.

Kanya mengangguk pelan. “Iya, Umi. Saya Kanya.”

Sang ibu tersenyum lebar. “Saya uminya Fadlan. Kami ke sini ingin silaturahmi... sekaligus menyampaikan niat baik. Dan kebetulan, niat itu berkaitan dengan Ananda Kanya.”

Kanya dan Umi saling bertukar pandang. Tatapan Umi tetap tenang, meski tersirat sedikit tanya.

Kyai Zubair melangkah satu langkah ke depan, senyumannya hangat menyambut. “Silakan, mari kita duduk di pendopo,” ujarnya lembut, penuh wibawa.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Liana CyNx Lutfi
Orang tua kian sangat baik bahkan dngn rendah hati minta maaf atas kesalahan anaknya , maklum klu keluarga friska merasa dibohongi oleh kian yg tdak jujur sdh menikah tp itu sdh berlalu friska jngn merasa kalah ,kanya orang yg baik hati jalinlah silaturrahim dngn kanya siapa tau nanti dpt suami fadlan drimu friska
Cicih Sophiana
saya ikhlas kok pak menolong Friska anak bapak... tdk perlu membalas apa pun😁
Felycia R. Fernandez
dengan menjadi orang yang lebih baik dan tidak cepat merendahkan orang lain pak...
hargai orang lain dengan kekurangan nya...
itu lebih baik dari semua harta yang bapak punya
Momz Haikal Sandhika
bener apa kata papa keynan, kanya dan kian harus ada yg menjaga, karna orang" suruhan pacar nya friska pasti ga tinggal diam..
Felycia R. Fernandez
namun rencana tinggal rencana 😅
Adinda
friska gak usah patah hati masih Ada empat jomblo
Puji Hastuti
Hati kanya seluas samudra
Siti Jumiati
/Sob/ banyak bawang nya kak nana
Sri Hendrayani
malu kan pak broto
Shee
setidaknya dengan ke jadian ini friska sam broto sadar dengan sikap mereka.
friska juga semoga dpt jodoh yang baik untuk nya
Shee
Alhamdulillah sadar broto sam friska. jadoh maut dan rejeki emang rahasia, mau di paksa seperti apa pun kalau bukan buat kita makan tak akan pernahkah sampai
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana.... 🙏🙏🙏😁
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
bagaimana cara membalas jasa.. enggak perlu biarkanlah Allah SWT yg balas kebaikan kian dan Kanya.. buat kebaikan tidak perlu minta balasan
Anitha Ramto
Hati Kanya terbuat dari sutera mungkin makanya hati Kanya sangat lembut seperti Sutera,,dan berhati mulia,Kian sangat beruntung mempunyai istri seperti Kanya...apalagi Mama Aisya dan Papa Keynan sangat bersyukur sekali mempunyai Putri menantu idaman seperti Kanya,,Kanya sangat di ratukan oleh kedua orang tua Kian dan sangat di sayang,,namanya juga mantu kesayangan🥰Alhamdulillah Pak Broto dan Friska sudah berubah dan sadar atas sikapnya dulu yang tidak baik sekarang Pak Broto datang bersama Friska untuk meminta maaf pada Keluarga Papa Keynan terutama pada Kanya dan Kian.

Pembelajaran untukmu Friska.
Mama Aisyah belum tahu wajahnya Kanya...,perlihatkan wajamu Kanya pada Mama mertuamu
asih
cukup berbuat baik pada sesama Dan Jang menghina org Dr fisiknya pak broto... kadang org yg terlihat polos pendiam mereka lebih menghanyutkan,kayak sumur di lihat Dr luar airnya tenang Dan Diam tp memiliki kedalaman yg sangat dalam Dan mematikan
Dek Sri
lanjut
Hanima
lanjut Kanya..
Nana Colen
merdeka thooooor🥰🥰🥰🥰 makasih udah up 🙏🙏🙏👍👍👍👍❤❤❤❤
love_me🧡
tanpa mereka sadari ada orang dibalik kamar mandi😀
love_me🧡
Friska belum pergi toh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!