***
Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.
Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?
**kita lanjut dari bab satu yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAJA KERAJAAN ATAS AWAN
Hari semakin terik. Ketika Pangeran Zyandru beserta kedua adiknya serta Radif dan Kaiya, juga pak kusir memasuki Kota Lupta Adripada.
Mereka berenam, kemudian menuju pusat kota dan mendatangi sebuah Gedung yang sangat megah layaknya bangunan Istana kerajaan, hanya lebih kecil.
Bangunan tersebut di kelilingi oleh tembok yang tingginya sekitar tiga meter, dengan gerbang yang di jaga oleh beberapa orang penjaga.
Begitu sampai di depan gerbang, Pangeran Zyandru memperkenalkan dirinya dan juga yang lain terhadap para penjaga. Pangeran Zyandru juga menunjukkan lencana yang menandakan bahwa dia adalah Pangeran dari kerajaan Agraanila. Setelah itu, mereka baru di izinkan masuk oleh para penjaga, untuk menemui seseorang yang berada di dalam bangunan istana kecil itu.
Tidak selang lama, mereka yang berlima sudah berada di dalam Istana, sementara pak kusir harus tinggal di luar untuk menjaga kereta kudanya.
Pangeran Zyandru beserta yang lain, di bawa ke sebuah Aula oleh seorang penjaga Istana kecil itu, dan di persilahkan menunggu beberapa saat di dalam aula tersebut.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah kaki beberapa orang dari arah dalam Istana, menuju ke dalam Aula, di mana Pangeran Zyandru dan yang lainnya berada.
Terlihat seseorang dengan perawakan tidak terlalu tinggi, berkumis tipis dengan mengenakan baju kebesaran Istana melangkah memasuki Aula, dengan di kawal oleh empat orang di belakangnya. Lelaki ini bernama Bawika, adik dari Raja Kerajaan Atas Awan.
"Ada keperluan apa kalian semua datang kemari?" Kata Bawika, memulai pembicaraan setelah sudah duduk di salah satu kursi di Aula itu.
Pangeran Zyandru mengenalkan dirinya beserta yang lain, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari Bawika tadi.
"Kedatangan kami kesini, atas perintah Raja kami, yaitu Ayah saya sendiri, dengan tujuan untuk menyampaikan hal yang sangat penting terhadap Raja Kerajaan Atas Awan! Sudikah kiranya Tuan mengantarkan kami menemui beliau?" Ucap Pangeran Zyandu, menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Hemmm...Raja Daegal! Aku mengenal beliau ketika masih sama sama Remaja. Kami bertiga beserta Kakakku Raja Atas Awan, memburu pecahan batu. Sekarang dia sudah mempunyai Tiga anak yang sudah dewasa ya? Baiklah, aku akan mengantarkan kalian menemui kakakku?" Jawab Bawika kemudian.
Setelah itu, Bawika mengajak Zyandru bersama yang lain memasuki sebuah ruang yang sangat luas dengan di kelilingi tembok yang sangat kokoh. Di tengah ruangan itu, terdapat ruang kecil dengan dinding seperti kaca, yang memantulkan cahaya berkilat terus menerus seakan tidak ada habisnya.
Mereka berenam termasuk Bawika memasuki ruangan tersebut, tanpa di ikuti oleh para pengawal.
Begitu mereka berada di dalam ruangan, tiba tiba lantai yang mereka pijak secara otomatis bergerak ke atas, seperti ada dorongan yang sangat kuat dari bawah lantai itu. Sejurus kemudian lantai tersebut terlontar dari tempatnya dan terbang membawa Bawika dan yang lain, layaknya lif di sebuah gedung bertingkat. Hanya saja yang ini berbeda, sebab lantai ini terus melayang ke atas awan tanpa ada dinding di sekelilingnya.
Pangeran Zyandru beserta yang lain terpana dan takjub akan hal itu, sementara Bawika yang sudah sering menaiki lantai itu, hanya senyum saja melihat ekspresi dari mereka.
Lantai tersebut, terus melayang naik menembus kabut kabut awan dan tak tergoyahkan meski terhantam angin yang kencang, seolah olah ada relnya yang mengikat lantai itu.
Setelah cukup lama mereka di bawa terbang oleh lantai bercahaya itu, sampailah mereka di sebuah ruang kecil yang sangat mirip dengan ruang kecil yang berada di bawah tadi. Kemudian mereka keluar dari ruangan kecil itu yang ternyata berada di Samping Aula Kerajaan Atas Awan.
"Kalian tunggu di sini...! Saya akan menghadap kakak saya?" Kata Bawika beberapa saat kemudian, dan menyuruh pangeran Zyandru dan yang lain menunggu di Aula.
Pangeran Zyandru serta yang lain hanya menganggukan kepalanya saja. Lalu duduk di kursi yang berada di Aula itu, setelah Bawika pergi.
"Sungguh Istana yang mengagumkan...?" Gumam Pangeran Zyandru, sembari kedua matanya menjalari setiap sudut Aula itu.
"Kak Zyandru...! Apakah Raja Atas Awan ini mempunyai anak?"
Tiba tiba, Brinda membuka suara dan bertanya pada Kakaknya itu.
"Entahlah...? Ayahanda juga tidak pernah bercerita soal itu?" Jawab Zyandru atas pertanyaan dari Adiknya itu.
"Ck... ck.. ck... Ini sungguh sungguh di luar nalarku...! Ko ada, Istana di atas awan begini ya?" Gumam Radif, sembari terus mengitari pandangannya di ruangan itu.
"Iya... Aku serasa berada di alam mimpi, terbang menggunakan lantai?" Ucap Kaiya menyambung gumaman dari Radif.
Sementara Lasya hanya celingak celinguk, seakan ada sesuatu yang ia cari. Kemudian ia pun berucap.
"Kemana orang orang di Istana ini ya...? Kenapa tidak terlihat adanya penjaga atau dayang di sini?" Ucapnya, dan membuat semua yang di situ baru menyadari kebenaran ucapan Lasya.
"Benar juga ucapan kamu Dik Lasya...! Kemana orang orang di Istana ini?" Kata Zyandru membenarkan ucapan dari Lasya.
Sedang dalam kebingungannya itu, tiba tiba terdengar suara seseorang berdehem dari arah dalam Istana.
"Ehemmm... Ehemmmm... "
Nampak oleh Zyandru dan yang lain, seseorang dengan badan tinggi tegap, rambut panjang dengan ikat kepala kebesaran Raja serta mengenakan baju berjubah emas, berjalan menuju arah mereka, dengan Bawika yang berjalan di sebelahnya. Orang ini adalah Raja Kerajaan Atas Awan, kakak dari Bawika yang bernama Biantara / Penguasa Udara.
Raja Biantara ini, kemudian duduk di singgasananya yang berada di ujung Aula itu.
Melihat kehadiaran Raja Atas Awan beserta Bawika, Zyandru bersama yang lain segera memberi sembah.
"Duduk lah...!" Ucap Raja Biantara, terhadap Zyandru dan yang lain.
"Apa benar kamu putra dari Daegal?" Ucap Raja Biantara lagi terhadap Zyandru yang duduk paling depan.
"Benar Raja?" Jawab Zyandru.
"Rupanya Daegal mempunyai Putra sebaya dengan Putraku... hahaha... Daegal,Daegal!" Ucap Raja Biantara sembari tertawa terbahak.
"Anak muda...! Lantas maksud apa yang membuat kalian datang kesini?" Ucap Raja Biantara melanjutkan.
"Ampun Raja...! Kami datang kesini membawa pesan dari Ayahanda?" Kata Zyandru menjawab pertanyaan dari Raja Biantara. Kemudian Zyandru melanjutkan perkataannya, dengan menceritakan mengenai Thantana serta orang orang berkekuatan Batu Navavarna yang sedang di carinya. Zandru juga menceritakan mengenai Makhluk hitam yang sudah sangat meresahkan di daerah Kerajaan Agraanila.
"Kata Thantana ini? Hanya orang orang berkekuatan Batu Navavarna yang bisa menghentikan Makhluk makhluk berkekuatan Batu hitam tersebut?" Ucap Zyandru sebelum mengakhiri ceritanya.
"Hemmm...! Rupanya firasatku selama ini benar. Ada kekuatan yang sangat besar yang ingin menguasai Benua ini!" Gumam Raja Biantara, begitu mendengar cerita dari pangeran Zyandru.
"Baiklah Anak anak muda! Tugas kalian sudah kalian jalani dengan benar. Kami dari Kerajaan Atas Awan akan berusaha membantu mencari orang orang dengan kekuatan Batu Navavarna dan akan menyampaikan pesan ini secara berantai? Sekarang kalian kembalilah dan sampaikan salamku terhadap Daegal?" Ucap Raja Biantara terhadap Zyandru dan yang lainnya.
Kemudian Zyandru bersama yang lain meninggalkan Istana Atas Awan dengan di antar kembali oleh Bawika, turun kembali ke kota Lupta Adripada....
***** Bersambung*****