"Pembalasan istri cupu" adalah cerita tentang seorang wanita yang telah lama merasa diabaikan dan tidak dihargai oleh suaminya. Namun, dia tidak lagi mau menjadi korban keadaan. Dengan tekad dan keberanian, dia memutuskan untuk membalas perbuatan suaminya dengan cara yang tidak terduga.
Dia mulai dengan meningkatkan penampilannya, mengembangkan bakatnya, dan membangun dirinya sendiri. Dia juga mencari dukungan dari orang-orang yang peduli padanya dan belajar untuk mencintai dirinya terlebih dahulu.
Pembalasan ini tidak hanya tentang membalas perbuatan suaminya, tetapi juga tentang menunjukkan dirinya sebagai wanita yang kuat dan mandiri. Dia ingin membuktikan bahwa dia tidak hanya menjadi istri yang patuh, tetapi juga seorang wanita yang berani dan berdaya.
Melalui perjalanan pembalasan ini, dia menemukan dirinya sendiri dan belajar untuk mengambil kendali atas hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Nurr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sedangkan Erma hanya menggoyangkan kedua pundaknya, “nama ibu tahu! Dia kan kerjaannya Emang keluyuran!” Balas wanita itu.
Nanda menatap kesal, “suami pulang Bukannya ada di rumah, malah keluyuran!” Ketus Nanda, sambil duduk dan tangannya diangkat ke belakang sofa yang dimana Riska menyandar.
“Jadi kapan kalian akan menikah?”tanya Erma dengan excited. “Dan bagaimana orang tuamu? Apa dia sudah merestui hubungan kalian?”
Riska langsung membalas tak kalah excited, “Secepatnya dong tante! Iya kan mas.” Ucap Riska sambil melirik kepada Nanda “kan Papa juga sudah ngasih restu.” Balas wanita itu.
Padahal papanya memberikan Restu karena Riska mengatakan jika sudah pernah tidur bersama Nanda, karena menurut ayahnya, Riska pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik ketimbang suami orang, tapi masalahnya, Nanda sudah meniduri putrinya.
Riska menatap Nanda, dia tersenyum.
Begitupun dengan Nfnda, dia langsung meleleh, menatap calon istri keduanya itu.
Walaupun Sebenarnya dia kesal, kemana istrinya belum pulang juga. Padahal ini sudah hampir gelap.
Tanpa Nanda tahu, istrinya sedang kebingungan mencari Bulan.
Dan ketika dia pergi ke taman, dia tertegun ketika melihat seseorang yang sangat dia kenal.
Gadis itu duduk termenung, menatap kolam ikan yang ada di taman kota. “Bulan !” Panggil Amel pada putrinya, membuat Gadis itu langsung menoleh.
“Ibu.” Lirih Bulan.
Amel menarik napas. “Kenapa kamu di sini? Kenapa kamu nggak sekolah?! Mau jadi apa kamu!!
Tadi guru Kamu nelpon ibu ya!”
Bulan menipiskan bibir, “udah aku bilang, aku nggak mau sekolah! Aku mau pindah, kalau Ibu memasak untuk sekolah di sana lebih baik aku pergi, aku nggak mau sekolah di sekolah busuk itu! Apapun yang aku lakukan selalu salah, dan gurunya selalu berat sebelah, aku yang dibully sama mereka, tapi aku yang disalahkan! Pokoknya aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di sekolah busuk itu!”
“Bulan!” Seru Amel.
Tapi Bulan diam. Pokoknya dia tidak akan kembali ke sekolah itu. “Kalau ibu terus memaksaku untuk datang ke sekolah itu lagi lebih baik aku pergi, Lebih baik aku menerima tawaran ibu untuk masuk pesantren saja!”
Amel, Sebenarnya dia tidak ingin benar-benar, putrinya masuk ke pesantren. Dia ingin putrinya terus sekolah.
“Coba ceritakan sama ibu! Kenapa kamu selalu membuat gara-gara di sekolahan itu, jelas-jelas kamu yang telah memukul mereka, terkadang kamu sampai membuat mereka sampai harus berobat gara-gara kenakalan kamu itu! Pantas aja guru kamu juga emosi ngelihatnya!”
“Ibu nggak tahu kan, kalau mereka bully aku! Mereka pernah menyembunyikan sepatu aku, Ibu tahu kan waktu aku pulang nggak pakai sepatu, sepatu aku dibuang sama mereka! Ya udahlah aku bales aja nonjok mereka dan patahin tangan mereka!”
Shhhh Amel meringis.
“Pokoknya kalau aku dibalikin lagi ke sekolah itu, aku bakalan cari gara-gara terus!! Sampai sekolah itu DO aku!”
“Bulan!” Pekik Amel, masalahnya sudah cukup banyak, dan sekarang harus ditambah lagi dengan masalah putrinya.
“Apa kamu tidak tahu, masalah Ibu juga banyak, kenapa sekarang kamu malah nambah masalah Ibu juga!”
Tapi Bulan, “ayo bu kita pulang! Aku laper banget. Seharian aku belum makan, karena uang yang ibu berikan, sudah aku belikan pakan ikan,” Gadis itu kemudian menatap kolam ikan, begitupun dengan Amel yang menatap kolam ikan, yang penuh dengan pakan ikan tersebut.
“Ini kan nggak ada ikannya Bulan! Astaga!! Ayo pulang, kamu bikin Ibu emosi tahu nggak! Ibu khawatir, sampai bingung harus nyari kamu ke mana!”
Tapi Bulan, Setelah dia memperhatikan kolam ikan Lebih detail, “Astaga gue rugi banget! Ternyata Ikan ikannya emang gak ada!”
Gubrak!
Amel hampir tersedak salivanya sendiri.
“Astagfirullah, anak ini!”
Kemudian keduanya pergi dari sana, mereka memutuskan untuk pulang, sebenarnya Amel masih ingin memarahi sang Putri, tapi melihat putrinya juga tidak baik-baik saja sebaiknya dia marah di rumah saja. Daripada nanti Bulan kabur, dia bingung harus mencari gadis bengal ini ke mana.
Dan ketika mereka sudah sampai di rumah.
“Ngapain kalian pulang?!! Pergi aja sekalian!” Sindir Erma, pada menantu dan juga cucunya itu.
Bulan menatap neneknya jengkel. “Ini rumah ibu sama ayah, Kenapa sih nenek tuh selalu ngomong kayak gitu! Harusnya kan nenek yang pergi, orang nenek yang numpang sama ibu!” Seru Bulan
“Bulan! Kamu!” Seru Erma, “pasti kamu nih yang ngajarin anak kamu kayak gini! Iyakan Amel!”Bentak Erma, matanya melotot menatap menantunya, “emang udah bener banget Nanda ninggalin kamu! Kamu didik anak aja nggak becus! Pokoknya saya akan mengurus pernikahan Nanda dengan Riska agar cepat dilaksanakan, agar dia segera terlepas dari istri toxic seperti kamu!”
“Bu!” Amel maju, “Ibu juga seorang perempuan, tapi kenapa Ibu ngomong kayak gitu?! Aku nemenin suamiku 15 tahun lamanya, Apakah ibu pantas mengatakan hal-hal seperti itu sama aku?”
Tapi tiba-tiba Nanda keluar dari kamar, “Dari mana kamu? Kenapa kamu membentak ibuku!”
“Mas.” Lirih Amel.
Lalu laki-laki itu menatap kepada putrinya, “tadi wakil sekolah kamu nelpon kepada ayah, dan katanya kamu 5 hari tidak masuk sekolah! Mau jadi apa kamu Bulan, mau jadi orang sok jagoan?! Kalau kamu nggak mau sekolah, lebih baik jangan! Sebaiknya kamu pergi ke jalanan aja, minta-minta seperti orang-orang!”
“Mas!” Seru Amel
Nanda menatap istrinya, “jangan manjakan gadis ini terus!! Kamu mau anakmu ini jadi pengangguran?! bela terus padahal dia salah! Kamu mau dia nggak punya masa depan seperti kamu?”
“Jangan mencari-cari kesalahanku!” Balas Amel, mentang-mentang dia tidak kuliah suaminya bicara seenaknya.
Tapi Nanda “sudah benar, jika aku akan menikah lagi, dan membiarkan Riska membantu kamu untuk mendidik Bulan!”
“Gak, nggak akan mungkin! Lebih baik aku pergi dari sini, ketimbang aku harus melihat madumu itu! Silakan menikah lagi aku tak pedul.” balas wanita itu dia kemudian menarik putrinya, untuk masuk ke dalam kamarnya, namun suara harus menghentikan langkahnya.
“Oke Jika seperti itu, aku akan memberikan kamu pilihan Amel, Bagaimana jika kamu tidak merestuiku, maka kamu harus pergi dari rumah ini, tapi jika kamu merestuiku, kita akan tinggal bersama di sini dan hidup rukun, aku sudah berjanji aku akan memperlakukan kalian dengan adil!”
Amel kemudian melepaskan tangan putrinya lalu maju ke depan menatap Nanda, “tapi bagaimana jika aku tidak setuju? Apakah kamu benar-benar akan mengusirku?”
Nanda menggertakkan giginya, “iya, kamu harus pergi dari rumah ini, tanpa membawa apapun! Kamu hanya boleh membawa baju yang menempel di badanmu ini! Bagaimana Amel?”
“Mas! Kamu!” Seru Amel.
Sedangkan Nanda yakin, dengan mengancam amel seperti itu, wanita ini pasti mengizinkannya untuk menikah lagi.
Tapi.
“Ayo Bulan! Kita pergi dari rumah ini!” Seru Bulan, dengan berani dia membawa putrinya pergi tanpa membawa apapun dari rumah tersebut.
Erma menyungking kan senyum, puas sekali melihat adegan itu.
Tapi Nanda, “aku memintamu pergi sendiri! Bukan membawa putriku!”
“Aku mau pergi sama ibu!” Ketus Bulan.
Sedangkan Nanda, dia yakin kedua perempuan ini hanya menggertaknya. “Silakan pergi, mau pergi ke mana kalian malam-malam begini, tidak akan ada yang membantu dan memperlakukan kalian sebaik ayah, Apa kamu tidak menyesal memilih ibumu yang tidak memiliki apapun? Apa kamu tidak menyesal memilih ibumu! Sedangkan di sini segalanya Ayah sediakan?!”
“Bodo!” Jawab Bulan. apalagi dia mendengar jika laki-laki ini akan menikah lagi. Rasanya Dia jengkel dan ingin menonjok calon ibu barunya itu.
Amel menatap suaminya, “jadi ini perjuangan kita selama 15 tahun? Aku menemanimu dari tidak punya apa-apa sampai kamu sekarang menjabat sebagai Kepala manajer, Jadi sekarang kamu akan membuangku?”
“Bukan aku yang membuang. Tapi kamu yang memaksa pergi. Andai saja kamu menerima tawaranku, kamu tidak perlu pergi dari rumah ini Amel! Apa susahnya menerima Riska sebagai madumu? Kamu saja yang ribet, Riska saja mau, dibagi-bagi. Sedangkan kamu?”
Tapi tiba-tiba Bulan berceletuk, “Emangnya waffer dibagi-bagi! Ayo bu kita pergi!” Ketus Bulan, menarik tangan sang ibu.
Erma puas, akhirnya dia adalah wanita satu-satunya yang akan menguasai rumah ini.
Sedangkan Amel dan putrinya keluar dari rumah tersebut, mereka tidak membawa apapun. Amel bahkan hanya menggunakan daster lusuh dan Bulan menggunakan seragam olah raga.
Nanda menatap kepergian dua wanita, yang dulu begitu dia cintai itu, tapi dia tetap ada pendiriannya, dia akan menahan Amel jika wanita itu mau dimadu.
"Bu, malam-malam gini kita mau ke mana? Apa kita akan tidur di mushola malam ini?" Katanya Gadis itu ketika mereka sekarang sudah berhasil keluar dari area komplek.
Ibunya diam, bingung kemudian Amel menghentikan sebuah angkutan umum, dan keduanya masuk.
"Bu, Apakah Ayah benar-benar mengusir kita?
Hanya karena Ayah ingin menikah lagi?"
Hening, Amel tidak menjawab. "Ih ibu, orang aku nanya dari tadi!" Keluh Bulan.
Amel menelpon seseorang dan ketika telepon itu diangkat, "aku pulang.” setelah itu dia mematikan teleponnya lagi.