Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERETAS DATA
Ting
Pintu lift eksklusif terbuka langsung ke dalam suite VVIP. Ruangan itu begitu mewah dengan desain interior emas dan hitam, jendela setinggi langit-langit yang menawarkan pemandangan 270 derajat Kota Metropolitan. Namun, Tamara tidak peduli dengan kemewahan itu. Setelah pintu tertutup, aura Ratu Mafia-nya segera memenuhi ruangan.
Bruk
Cindy melemparkan tasnya ke sofa beludru, masih mencoba menyesuaikan diri dengan suasana barunya yang berbahaya.
"Baik, Ratu. Sekarang apa? Kita harus menghubungi stylist, atau setidaknya membeli perlengkapan mandi baru. Aku tidak membawa apa-apa, dan-"
"Tidak perlu," potong Tamara dingin, berjalan menuju meja kerja marmer.
"Aku hanya butuh data. Kamu, Cindy, ambil ponselmu dan segera pesan dua steak paling mahal di menu, sebotol wine merah yang paling tua, dan jangan lupakan siapkan bak mandi air panas. Aku butuh relaksasi singkat sebelum perang!" ucap Tamara melirik ke arah Cindy.
"Kau serius? Kau baru sadar dari upaya bunuh diri, dan yang kau butuhkan adalah steak dan wine?" tanya Cindy terdiam, mengangkat sebelah alis nya.
"Justru karena aku baru sadar, aku butuh makanan yang layak dan alkohol. Tubuh ini kurus dan lemah," jawab Tamara, tangannya kini sudah menyentuh tombol power pada komputer kerja di meja, yang segera menyala menampilkan tampilan data super canggih.
Tamara menutup mata sebentar, dan saat ia membukanya, hanya ada fokus mutlak.
"Sistem 007, tampilkan hasil analisis data Reifan Adhitama dan jaringan Black Dragon-nya. Prioritaskan kelemahan, aset sensitif, dan rutinitas anak-anaknya!" perintah Tamara, di dalam hati nya.
"Siap, Tuan Rumah. Data telah tar proyeksi."
Di layar, muncul skema rumit bagan organisasi Black Dragon, Mafia milik Reifan Adhitama.
Peta terperinci wilayah kekuasaan mereka di Asia, dan yang menarik perhatian Tamara, adalah dua foto wajah polos dua anak laki-laki, umur 8 tahun dan 6 tahun, dengan disclaimer tebal: TARGET BERISIKO TINGGI, JANGAN DISENTUH!.
"Anak-anaknya..." gumam Tamara, ekspresinya melunak sesaat.
Di kehidupan sebelumnya, Tamara tidak pernah memiliki waktu untuk kehangatan semacam itu. Namun, Tamara tahu betul, bagi seorang pria dominan, keluarga adalah titik terlemah.
Cindy, yang sibuk memesan makanan, melirik sekilas dan terkejut, melihat apa yang ada di layar komputer yang ada di depan Tamara.
"Astaga, itu Tuan Reifan dan anak-anaknya! Sejak kapan kamu punya foto mereka, Tam? Itu kan foto pribadi, tidak pernah dipublikasikan. Kamu benar-benar stalker parah ya?" tanya Cindy, membulatkan matanya tidak percaya.
Tamara membiarkan anggapan itu. Baginya, lebih baik dicap sebagai stalker daripada seorang transmigran.
"Semua informasi bisa didapatkan jika kamu tahu cara mencarinya," jawab Tamara acuh tak acuh, tanpa melepaskan pandangan dari monitor.
"Fokus pada makananmu. Aku butuh konsentrasi," lanjut Tamara, kembali fokus pada komputer nya.
Cindy hanya bisa mengangkat bahu, sudah mulai terbiasa dengan keanehan baru sahabatnya ini.
Mereka berdua sama-sama sibuk, Cindy sibuk dengan ponselnya, entah apa yang sedang gadis cerewet itu lakukan, sementara Tamara sibuk dengan pekerjaan nya, dalam menggali semua informasi calon suaminya.
Selama tiga jam berikutnya, Tamara berada di dunianya sendiri, dia membiarkan steak dan wine disajikan di sampingnya, hanya memakan sedikit sambil otaknya memproses ribuan data yang dipasok oleh Sistem 007. Di saat yang sama, Cindy sibuk menyiapkan air mandi, terpukau melihat bagaimana Tamara yang biasanya tidak mengerti komputer, kini seperti seorang peretas profesional.
Tamara tersenyum puas, setelah mendapatkan informasi penting, tentang Reifan Adhitama.
Jaringan Black Dragon. Reifan mengendalikan sebagian besar perdagangan ilegal di pelabuhan dan memiliki kasino bawah tanah yang menjadi aset non-publik terbesarnya, dikelola oleh tangan kanannya, Damian, sebuah fakta yang belum tentu diketahui Tamara yang lama, bahkan mungkin orang luar tidak ada tahu dengan hal ini.
Kelemahan Reifan. Selain anak-anak, Reifan sangat terikat pada reputasi, kontrol, dan yang terpenting, ia memiliki trauma mendalam terhadap wanita yang manipulatif dan dramatis, itu adalah alasan Reifan membenci Antagonis asli.
Rival Reifan. Keluarga Blackwood sedang mencoba menyabotase pengiriman kargo Black Dragon minggu depan. Ini adalah celah untuk Tamara.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan," gumam Tamara mematikan monitor, menyunggingkan senyum kemenangan.
"Sudah selesai dengan peretasan mu?" tanya Cindy, yang baru saja selesai menata pakaian di dalam lemari.
"Sudah," jawab Tamara, beranjak menuju kamar mandi.
"Aku sudah menemukan cara untuk membuat Tuan Reifan tertarik, dan takut padaku. Tapi sebelum itu, aku butuh kulit yang baru," lanjut Tamara, sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Lima belas menit kemudian, Tamara keluar dengan jubah mandi hotel. Aroma bath bomb mahal dan sabun wangi yang baru dibeli Cindy memenuhi ruangan.
Tamara berjalan menuju tempat pakaian yang disiapkan Cindy.
"Dress merah ini bagus untuk kesan pertama yang mencolok. Tapi aku butuh sepatu hak tinggi yang bisa ku gunakan untuk berlari, jika diperlukan," ucap Tamara, menunjuk stiletto kulit hitam.
"Berlari?" tanya Cindy mengernyit kan alisnya.
"Memangnya kamu mau ke mana? Perang? Kamu mau bertemu calon suami, bukan masuk ring tinju!" lanjut Cindy, mendengus kesal.
"Hidupku adalah perang, Cindy," jawab Tamara datar.
Tamara segera mengenakan pakaian dalam, lalu melangkah ke depan cermin besar.
Dress merah menyala dengan potongan berani itu membalut tubuh rampingnya dengan sempurna. Wajahnya yang cantik alami kini dipertegas oleh riasan tipis tapi tajam, eyeliner tebal, dan lipstik merah gelap yang senada dengan gaunnya, bukan warna cerah polos yang biasa dipakai Tamara asli. Penampilannya memancarkan kepercayaan diri dan aura berbahaya yang mematikan.
"Sempurna," gumam Tamara, memandang dirinya di cermin.
Saat ini Tamara terlihat seperti Ratu Mafia yang sesungguhnya.
"Astaga, Tam! Kamu terlihat seperti model high fashion yang siap menghancurkan dunia! Bukan Tamara yang suka menangis karena pria brengsek!" puji Cindy, matanya berbinar.
"Itu karena aku memang akan menghancurkan dunia, dunia Reifan Adhitama," bisik Tamara, tersenyum miring.
Tamara meraih kunci mobil Cindy yang tergeletak di meja, lalu menyambar ponselnya.
"Sistem. Beri aku lokasi kargo Black Dragon yang akan disabotase minggu depan. Dan kirimkan pesan ke ponsel Reifan Adhitama. Pesan singkat, tepat, dan misterius," perintah Tamara dalam hati.
"Siap, Tuan Rumah. Lokasi kargo: Gudang Delta 4 di Pelabuhan Utara. Pesan untuk Reifan."
Reifan, di meja kantornya, pasti sedang menunggu kedatangan Tamara cengeng di lantai atas gedung Adhitama Group. Tapi Tamara tahu, untuk menguji insting pria itu, ia harus menantang kendalinya.
"Ayo, Cindy. Kita akan pergi ke tempat yang kotor dan berdarah. Aku akan memberi calon suamiku sebuah hadiah pernikahan yang tidak akan pernah ia lupakan," ucap Tamara tersenyum miring, senyum yang menjanjikan bencana.
