NovelToon NovelToon
Putraku Menggila

Putraku Menggila

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Bad Boy / Keluarga / Teen School/College / Anak Yang Berpenyakit / Idola sekolah
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Bima, seorang mahasiswa semester akhir yang stres kerena skripsi nya, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba di kostannya. Bima kemudian terbangun di tubuh Devano, Bima kaget karena bunyi bip... bip... di telinganya. dan berfikiran dia sedang mendapatkan hukuman dari Tuhan.

Namun, ternyata dia memasuki tubuh Devano, remaja berusia 16 tahun yeng memiliki sakit jantung dan tidak di perdulikan orang tuanya. Tetapi, yang Bima tau Devano anak orang kaya.

Bima yang selama ini dalam kemiskinan, dan ingin selalu memenuhi ekspektasi ibunya yang berharap anak menjadi sarjana dan sukses dalam pekerjaan. Tidak pernah menikmati kehidupan dulu sebagai remaja yang penuh kebebasan.

"Kalau begitu aku akan menikmati hidup ku sedikit, toh tubuh ini sakit, dan mungkin aku akan meninggal lagi," gumam Bima.

Bagaimana kehidupan Bima setelah memasuki tubuh Devano?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[14] Tidak Ingin Di Rawat

"Dokter Galih, adik ini siapa nya dokter?" tanya Dokter IGD, melihat kearah Galih yang sibuk memeriksa detak jantung keponakan nya itu.

Setelah semua selesai, Galih menoleh pada dokter yang berjaga itu dan melepaskan stetoskop nya yang berada di telinga nya, "Dia keponakan saya, berikan saja infus dan ruang rawat inap. Saya akan mengisi administrasi nya," ujar Galih.

Namun, tiba-tiba Devano yang sedikit sadar menggenggam tangan Galih, "Om, nggak usah om, Devano mau pulang," tolak Devano.

"Kamu kenapa sih? jantung kamu syok tadi, sebenarnya kamu ngapain di sekolah," tanya Galih menatap mata keponakan nya, seolah menyelidik.

Devano memalingkan wajahnya tak ingin Galih tau ekspresi wajahnya, "Nggak ngapa-ngapain, Om,"

"Kamu jangan bohongin om," ancam Galih.

"Nggak, sekarang Devano mau pulang, nggak suka di borgol di ranjang itu," ucap Devano mengalihkan pembicaraan mereka.

Devano memutar bola matanya jengah, "Dia pasti maksa gue buat inapkan, tapi gue belum puas nyobain kamar gue dan mobil gue sampai hari ini," gumam Devano dalam hati.

"Dev…" ujar Galih dengan suara rendahnya, berharap remaja laki-laki memahami maksudnya baik.

"Nggak om, gue mau pulang," kata Devano mencoba duduk dengan selang oksigen yang masih tertancap di hidungnya.

Sedangkan mahluk lain di ruangan itu hanya sebatas nyamuk, termasuk Theo dan Atlas yang tak bergerak sama sekali, rasanya bibir dan tenggorokan mereka kini kering seperti di gurun. Dokter dan perawat tadi sudah melarikan diri ke tugas-tugas nya yang lain.

"Please Om, nanti kasur Devano dingin, tanpa kehangatan Devano," mohon Devano.

"Kalau Om tetap mengikat Devano dengan selang itu, Devano kabur aja dari rumah sakit,"

Galih mengelah nafas, mengapa sekarang Devano begitu keras kepala, "Baik kalau itu mau kamu, Om bisa apa, tapi jangan sampai drop. Om tidak ingin menangani kamu," ucap Galih tak suka sikap Devano.

Devano tersenyum dan menggenggam tangan Galih, "Thanks, om,"

"Lo kalau sakit, nggak perlu pura-pura kuat, " celetuk Atlas kini membuat semua atensi menoleh.

"Cia… lo perduli sama gue, " tunjuk Devano dengan senyum jahil nya.

"Gue nggak…"

"Gue nggak mau temanan sama lo dan ikut-ikut geng yang lo maksud itu," Atlas memalingkan wajah dengan datar.

Galih melirik tajam pada keponakan itu, "Devano! …apa itu geng-geng," ujar Galih mencubit telinga Devano tidak perduli keponakan itu sedang sakit.

Devano mengaduh kesakitan, mencoba melepaskan tangan Galih yang sedang mencengkram kuat telinga nya, "Ampun Om, bukan gitu…"

"Terus apa?" tanya Galih karena kata geng sekarang sudah seperti stereotip buruk di kalangan orang banyak.

"Ya, cuma ngumpulin sekumpulan anak muda… yang mau ngumpul, gitu doang," ujar Devano mengaruk kepala nya yang tak gatal.

"Penjelasan model apa itu, Dev." sinis Galih menyipitkan matanya.

"Hehehe… Om, udah boleh pulang belum," Lagi-lagi Devano mengalihkan pembicaraan nya.

"Memang nya, kamu udah nggak sesak?" mendengar pertanyaan Galih, Devano langsung menggelengkan kepala dengan kencang.

"Ya udah sana pulang, jangan lupa minum obatnya," ujar Galih melepaskan selang oksigen Devano.

"No, tas lo," sahut Theo memberikan tas di tangan dengan pemiliknya.

"Thanks Theo," jawab Devano langsung mengambil tas di tangan temannya itu, "O ya, No. Mau gue anter nggak?" tanya Theo.

"Udah nggak usah naik ojek online gue…" Devano menoleh karena ucapan nya di selah seseorang.

"Lo tuh masih sakit mending di anter, atau biar gue yang anter, " ucap Atlas dingin, dia sebenarnya gengsi mengakui bahwa dia perduli dengan Devano, tapi tidak ingin mudah percaya dengan orang lain, dia takut orang itu hanya akan manfaatkan nya.

Devano menyeringai, terlihat sudut bibir kirinya kini terangkat, " Ternyata lo lihay menyembunyikan perasaan,"

"Okey, karena permintaan memaksa dari lo, gue Terima tumpangan lo," ucap Devano melipat kedua tangannya.

Atlas yang mendengar nya langsung merogoh kantong celana seragamnya untuk menghubungi orang yang akan menjemput mereka ke rumah sakit. Tidak perduli sebenarnya, Devano sedang meledeknya.

"Ada apa Den?" saut orang diseberang sana setelah dia mengangkat telpon dari Atlas.

"Pak jemput saya di rumah sakit Medika Sentosa, cepat ya pak," titah Atlas pada orang yang dia telpon, tidak berselang lama Atlas menutup telpon nya padahal belum di jawab oleh supir pribadi Atlas.

"Dev yakin mau di antar temen-temen kamu ini, Dev,"

"Nggak papa Om, Om kan banyak kerjaan, udah sana kerja," ujar Devano mendorong tubuh Galih agar kembali pada pekerjaan nya, pasti banyak pasien yang menunggu nya.

Setelah Galih menghilang dari IGD itu, Devano pun mengatakan, "Ayo kita tunggu di luar, pengap bau disinfektan semua," Devano berjalan duluan.

Mereka menyusul langkah Devano yang begitu riang karena tidak jadi mendekam di ruangan rawat yang sepi dan hening itu. Dia lebih suka di tempat yang ramai dan mengamuk pada keluarga nya.

*

*

"Hah…" Devano mengelah nafasnya karena sekarang dia sudah berada di kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

"Bau ini lebih menyegarkan dari pada bau rumah sakit," ujar Devano menyerap dalam-dalam dari hidungnya aroma barang-barang baru di kamarnya itu.

Kini semua sudah terpasang di kamarnya, ranjang king size yang membuat diri bisa bergulingan di mana saja, layar monitor geming di tiga sudut, miniatur dan pajangan di buat dengan rapi di atas tatakan, serta gitar yang berada stannya dengan spiker cukup besar di sebelahnya.

Devano berfikiran, jika ada suara-suara sumbang dari keluarganya, dia tinggal memetik nya hingga telinga mereka berdarah dan berhenti berceloteh di hadapannya.

"Hem… sempurna," gumam Devano.

Tapi, di detik berikut ketika dia mengingat kata 'keluarga', dia terkenang akan ibunya. Sekarang apa yang dilakukan ibunya, apakah wanita lansia itu akan sedih dengan kabar duka darinya, atau tetap menjalani hidup seperti biasa.

"Ku harap ibu tidak perlu memikirkan diri ku, … jalani hidup tanpa beban bu, karena anak mu yang menjadi beban ini, mungkin tak akan pernah kembali," ujar Devano menerawang kearah langit-langit kamarnya, tak terasa air mata sedikit menetes di ujung kelopak matanya.

Devano mengelap air yang keluar dari sudut matanya itu, kemudian menoleh kearah pintu setelah mendengar suara,

Brakkk…

Yang begitu kencang seolah akan menghancurkan pintu kamarnya. Dan ternyata ibu barunya yang terlihat sangat murka menyandarkan telapak tangan pada pintu.

"Kenapa lagi wanita ini?" dengus Devano dalam hati.

"Kamu…" marah Dian dengan dada yang kembang-kempis karena belum mengendalikan emosinya, dan buru-buru kekamar Devano setelah mendengar dari guru bahwa Devano masuk ruang BK.

"Tarik nafas dulu Nyonya, Anda kenapa?" ledek Devano mencoba bangun dari baringnya.

"Devano, apa yang kamu lakukan di sekolah hingga kamu berkelahi, sangat memalukan nama baik saya," geretak Dian yang tak membuat Devano takut sama sekali.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!