NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Tamat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~Gelombang Kedua Garrick~

Fajar berikutnya di Ironford membawa ketegangan yang lebih besar. Kabut tipis masih menyelimuti ladang utara, menutupi gerakan musuh yang sudah mendekat. Edrick berdiri di tembok barat bersama Darius, menatap horizon yang mulai terang dengan cahaya pagi. Ashenlight tergenggam erat di tangan Edrick, kilatan pedang menandakan kesiapan mereka menghadapi serangan berikutnya.

Darius mencondongkan tubuh, mengamati ladang. “Mereka datang lebih banyak daripada gelombang pertama. Perkiraan kita benar, Garrick tidak akan menyerah begitu saja.”

Edrick menatap rombongan inti. “Setiap posisi harus diperiksa. Setiap jebakan, setiap anak panah harus siap. Mereka akan mencoba strategi baru untuk menembus benteng.”

Selene memeriksa anak panahnya. “Aku akan tetap di sisi timur. Setiap gerakan musuh akan kuawasi, dan jika ada yang mendekat, mereka tidak akan lolos.”

Mira menambahkan, “Aku di sisi barat. Mereka mungkin mencoba menyusup melalui jalur tersembunyi. Kita harus siap menghadapi apapun.”

Rolf memberi aba-aba kepada para pengungsi. “Besok kita akan menghadapi serangan besar. Tetap di tempat, jangan panik, dan ikuti instruksi.”

Darius menunjuk ke arah utara. “Mereka sudah terlihat. Lebih dari seratus lima puluh pasukan, bersenjata lengkap, dua pemimpin lapangan menunggang kuda di depan. Mereka tampak siap menerobos benteng.”

Edrick menegaskan, “Ashenlight akan menjadi pusat perlawanan kita. Kita harus menahan gelombang ini. Setiap detik menentukan nasib Ironford.”

Para pengintai di sisi selatan memberi aba-aba. “Mereka juga menyiapkan pasukan cadangan dari sisi selatan. Kita harus memperhitungkan semua arah.”

Selene menatap Edrick. “Ini akan menjadi pertempuran terbesar yang pernah kita hadapi. Kita harus koordinasi sempurna. Tidak ada ruang untuk kesalahan.”

Mira menambahkan, “Kita harus menahan mereka sampai Ashenlight memberi efek maksimal. Jika kita bisa menghentikan serangan awal, kita punya peluang bertahan.”

Edrick mencondongkan tubuh, menatap horizon utara. “Besok, kita tidak boleh ragu. Ironford akan bertahan, dan Garrick akan menyesal telah menyerang kita.”

---

Beberapa jam kemudian, pasukan Garrick mulai bergerak lebih dekat. Gelombang kedua jauh lebih besar dan terorganisir dibanding sebelumnya. Edrick dan Darius tetap di tembok barat, memantau gerakan musuh, sementara Selene dan Mira menempati posisi strategis di sisi timur dan barat.

“Anak panah siap,” bisik Selene, matanya menajam mengamati pasukan musuh. “Kita harus menahan serangan awal.”

Mira mengangguk, “Mereka mencoba menyusup melalui semak di sisi barat. Aku akan menanganinya.”

Rolf berteriak memberi aba-aba kepada pengungsi. “Tetap di menara! Jangan bergerak! Fokus dan ikuti perintah!”

Edrick menatap Ashenlight. “Kita harus menahan mereka di garis depan. Ashenlight akan membuat mereka ragu, tapi kita harus memanfaatkan setiap detik.”

Gelombang pertama dari pasukan Garrick mulai menembus ladang utara, beberapa prajurit tersandung jebakan dan parit. Anak panah Selene dan Mira menebas barisan mereka, membuat musuh mundur sejenak.

Darius menambahkan, “Kita harus menjaga koordinasi. Jangan sampai mereka memecah barisan kita. Setiap posisi harus terjaga.”

Edrick mencondongkan tubuh, menghadapi prajurit musuh yang mencoba mendekat ke tembok barat. Ashenlight berkilat, cahaya pedang membuat musuh ragu dan berhenti sejenak.

Selene menembakkan anak panah ke arah pemimpin lapangan musuh yang mencoba maju. “Jika kita bisa menyingkirkan mereka, pasukan musuh akan kehilangan arah.”

Mira menembakkan anak panah ke pasukan yang menyusup dari sisi barat, menghentikan mereka sebelum mencapai tembok. Rolf memberi aba-aba tambahan untuk menahan musuh dari sisi selatan.

Edrick menatap horizon utara, sadar bahwa ini baru gelombang kedua. “Kita harus tetap fokus. Setiap langkah kita menentukan apakah Ironford akan bertahan atau jatuh.”

Pertempuran sengit terus berlangsung. Anak panah, pedang, dan jebakan bekerja bersamaan untuk menahan pasukan Garrick. Gelombang kedua lebih besar dan lebih terorganisir, namun pertahanan Ironford tetap kuat berkat koordinasi dan persiapan matang.

---

Matahari mulai condong ke barat, namun gelombang kedua pasukan Garrick masih menekan Ironford. Beberapa prajurit musuh yang tersisa mencoba menyerang sisi timur dan utara dengan kekuatan penuh. Edrick tetap di tembok barat, Ashenlight di tangan, mengawasi setiap gerakan musuh.

Darius berdiri di sampingnya. “Kita berhasil menahan mereka hampir sepanjang hari. Tapi ini baru gelombang kedua. Besok, mereka pasti akan datang dengan strategi baru, mungkin lebih besar lagi.”

Selene menembakkan anak panah terakhirnya untuk menghentikan pasukan yang mencoba mendekati sisi timur. “Kita harus memastikan sisi ini tetap tertutup. Tidak ada celah untuk mereka.”

Mira menambahkan, “Sisi barat juga harus terjaga. Setiap prajurit musuh yang mencoba menyusup akan kuhadang. Kita tidak bisa lengah, bahkan satu detik saja.”

Rolf memberi aba-aba terakhir kepada para pengungsi. “Bersiap untuk evakuasi jika diperlukan! Tapi jangan panik. Tetap di tempat dan ikuti instruksi!”

Edrick menatap Ashenlight, matanya fokus. “Kita telah membeli waktu dengan gelombang kedua ini. Besok, kita harus menghadapi gelombang ketiga yang mungkin lebih kuat. Setiap detik persiapan sangat berarti.”

Darius menambahkan, “Kita harus memanfaatkan malam ini untuk memperkuat jebakan dan posisi pengintai. Gelombang berikutnya akan menentukan apakah Ironford bertahan atau jatuh.”

Selene menunduk, memeriksa busurnya. “Kita sudah melakukan semua yang bisa kita lakukan hari ini. Besok adalah hari penentuan.”

Mira menatap ladang utara dan timur. “Kita tidak hanya melindungi benteng. Kita melindungi semua yang tersisa dari Averland. Setiap langkah kita menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati.”

Edrick menegaskan, “Besok kita menghadapi gelombang ketiga Garrick. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Ironford akan bertahan, atau nasib Averland akan hilang.”

1
Siti Khalimah
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!