Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Tetangga
Masih di sore itu, Serena dan Arkan yang sedang berbincang di luar mulai merasa tak nyaman karena beberapa tetangganya mulai melihat ke arah mereka berdua.
"Pasti aku akan menjadi perbincangan mereka setelah ini" ucap Serena.
Arkan yang mendengarnya ikut melihat ke arah tatapan Serena. "Tidak perlu memikirkannya"
Ucap Arkan.
"Yasudah ayok kita masuk saja" ajak Serena pada Arkan.
"Dimana toko pakaian yang ada di dekat sini?" Tanya Arkan pada Serena.
"Jaraknya sedikit jauh dari sini, apakah kakak tidak membawa pakaian?" Tanya Serena heran.
"Tidak" jawab Arkan. Dan ya, Serena lupa bahwa Arkan datang dengan tiba-tiba, jadi mana mungkin dia menyiapkan pakaian.
"Kau ingin membelinya?" Tanya Serena.
"Ya, tolong antarkan saya kesana" jawab Arkan lagi.
Merekapun bersiap-siap untuk pergi, dan Laura memutuskan untuk ikut bersamanya.
Merekapun sampai di salah satu mall terdekat. "Kakak bolehkah aku membeli pakaian juga? Aku janji hanya satu saja" ucap laura pada serena.
"Baiklah tapi janji hanya satu saja ya" ucap Serena.
Arkan mendengar perbincangan kakak beradik itu, "ambilah apapun yang kalian inginkan, saya yang akan membayarnya" ucap Arkan.
Mendengar perkataan Arkan, Laura sangat senang karena kali ini dia akan membeli apapun yang dia inginkan. Dia sudah menduga bahwa Arkan adalah bukan orang biasa karena dilihat dari mobilnya saja sudah semewah itu.
"Kau serius kak?" Tanya Laura pada Arkana, dan Arkan mengangguk menjawabnya.
"Baiklah, terima kasih kak" ucap Laura dengan girang, dia pergi entah kemana untuk mengambil beberapa barang dia inginkan.
"Kak apa yang kau katakan tadi? Kau tidak perlu seperti ini, dari mana aku mengganti semuanya" ucap Serena pada Arkan.
Arkan menanggapi Serena dengan santai, "saya sudah bilang kalau aku yang akan membayar semuanya, jadi kamu tidak perlu khawatir dan tidak perlu menggantinya juga".
Serena lagi-lagi dibuat kesal dengan tingkah Arkan yang seperti itu, tapi apa boleh buat karena adiknya juga sudah membawa beberapa barang yang dia inginkan. Serena meringis melihatnya, 'oh tuhan dia seperti sedang mengambil semuanya, berapa harga semua itu' ucapnya dalam hati.
Arkan menarik tangan Serena yang sedari tadi hanya terdiam dan melamun, gadis itu pasti sedang memikirkan ucapannya tadi.
"Kau pilihlah baju untukmu juga" ucap Arkan.
"Tidak, cukup adikku saja yang membelinya" ucap Serena
"Saya sudah katakan bahwa saya yang akan membayarnya, kau tidak perlu khawatir Serena. Kau ambilah untukmu juga" ucap Arkan lagi tapi kali ini dengan sedikit penekanan. Serena yang mendengar itupun akhirnya pasrah dan mengiyakan permintaan Arkan.
Beberapa menit kemudian mereka akan membayarnya, Laura datang dengan banyak pakaian di tangannya sedangkan Serena hanya membawa dua baju saja.
"Hanya itu?" Tanya Arkan pada Serena. Dahi Serena mengernyit bingung karena perkataan Arkan, ah dia lupa bahwa pria di hadapannya ini seorang CEO kaya.
"Iya" jawab Serena.
"Ambilah lagi" ucap Arkan
"Tidak perlu, ini saja sudah cukup" mendengar ucapan Serena, Arkanpun menggandeng tangan Serena dan mengarahkannya pada beberapa baju yang tergantung, Arkan mulai memilihkan beberapa dress yang cocok untuk Serena.
Setelah selesai, mereka langsung pulang ke rumah.
"Kakak nanti lain waktu kami akan mengajakmu berkeliling kota ini, pada saat malam hari, disini akan terlihat lebih cantik dengan udara yang sejuk" ucap Laura pada Arkan.
"Iya" jawab Arkan, dia akui memang daerah sini terasa sejuk sekali, mungkin karena sebagian besar kota itu masih banyak ditumbuhi tanaman dan pesawahan.
Mereka sampai di rumah pada pukul 19.30. Arkan masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat.
Sedangkan Serena baru saja akan pergi ke warung dekat rumahnya yang masih buka hingga jam 9 malam, karena disuruh oleh Sinta untuk membeli beberapa bahan yang sudah habis untuk besok.
Sialnya, saat di warung dia bertemu salah satu tetangganya yang suka sekali membicarakan orang. "Eh Serena sudah pulang?" Tanya Bu Lela.
"Ah iya Bu" jawab Serena.
"Saya lihat kamu pulang bersama laki-laki, siapa itu? Apakah dia calon suamimu?" Tanya Bu Lela lagi dengan berani.
"Memangnya kenapa ya Bu?" Tanya Serena, sebenarnya dia sudah menebak jika berhadapan dengan Bu Lela akan berakhir seperti ini
"Ya tidak apa-apa, bagus deh kalau memang itu calon suami kamu. Anak ibu saja sudah menikah dan anaknya sudah berumur 4 tahun, masa kamu belum" ucap Bu Lela. Anak Bu Lela merupakan teman masa kecil serena. Memang anak Bu Lela ini sudah menikah muda, dia menikah di umur 18 tahun dan bahkan sudah memiliki anak yang sekarang sudah memasuki usia 4 tahun, tapi sudah menjadi rahasia umum bahwa cucunya itu adalah hasil dari luar nikah dan bahkan sekarang anaknya itu sudah berai dengan suaminya.
Karena tidak ingin tersulut emosi, Serena memilih mengabaikan ucapan Bu Lela. Memang harus banyak bersabar jika menghadapi tetangganya yang seperti itu. "Maaf Bu saya sedang buru-buru, mari" ucap Serena.
Sesampainya di rumah Serena menceritakan hal tadi pada mamahnya, Sinta yang mendengar itu langsung ikut tersulut emosi. "tingkahnya masih belum berubah sejak dulu, mengapa kau tidak melawannya saja serena" ucap Sinta.
"Sudahlah mah, untuk apa melawannya, itu membuktikan bahwa kita juga sama sepertinya" ucap serena.
Sinta menghela nafasnya, "Yasudah, kamu langsung istirahat saja sayang, pasti sangat lelah. Mamah juga mau istirahat" ucap Sinta, lalu dia pergi ke kamarnya.
Pada saat Serena akan masuk ke kamar Laura, sayup-sayup dia dengar suara seseorang yang sedang mengobrol di luar. Serena segera melihat ke arah sumber suara itu, dan dapat dilihat ternyata Arkan sedang berbincang dengan kakeknya di luar.
"Jadi kakek masih kuat bekerja?" Tanya Arkan.
"Oh tentu saja, kakek ini masih kuat. Setiap hari kakek masih bisa ke sawah" jawab kakek Hasan, kakeknya serena.
"Hebat sekali" ucap Arkan kagum, karena diusianya yang sudah 70 tahun ini kakek Hasan dan nek Imah masih bisa ke sawah, bahkan dilihat dari tubuhnya kakek dan nenek itu memang masih terlihat sehat.
"Aku ingin melihat sawah di daerah sini" lanjut Arkan.
"Kau ingin ikut kakek ke sawah?" Tanya kakek Hasan.
"Iya kalau boleh, apakah Serena tau letaknya dimana kek?" Tanya Arkan.
"Iya, dia pernah beberapa kali ikut ke sawah untuk mengantar nenek" jawab kakek.
"Besok aku akan kesana sekaligus berolah raga" ucap Arkan
"Baiklah, kakek akan meminta Serena mengantarmu nanti" ucap kakek.
Serena yang mendengar itu hanya terdiam dan berbalik pergi ke kamar Laura, karena dia sudah mengantuk dan lelah dengan perjalanan hari ini.
Sedangkan Arkan masih lanjut berbincang dengan kakek Hasan hingga larut, menurutnya berbincang dengan kakek Hasan sangat menyenangkan.