NovelToon NovelToon
DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

DEMI IBU KU SEWAKAN RAHIM INI

Status: tamat
Genre:Mengubah Takdir / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Poligami / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

‘Dulu, ibuku pernah menjadi permaisuri satu-satunya, dan aku Putri mahkota dalam istana mahligai rumah tangga orang tuaku, tapi lihatlah kini! Kami tak ubahnya sampah yang dibuang pada sembarang tempat!’

Dahayu – wanita berpenampilan sedikit tomboy, harus menelan pil pahit kehidupan. Sang ayah menjual dirinya kepada sosok asing, yang mana ia akan dijadikan istri kedua.

Tanpa Dahayu ketahui, ternyata dirinya hendak dijerumuskan ke jurang penderitaan. Sampai dimana dirinya mengambil keputusan penting, demi sang ibu yang mengidap gangguan mental agar terlepas dari sosok suami sekaligus ayah tirani.

Siapakah sosok calon suaminya?

Mampukah Dahayu bertahan, atau malah dirinya kalah, berakhir kembali mengalah seperti yang sudah-sudah?

Pengorbanan seperti apa yang dilakukan oleh wanita berpendirian teguh, bersifat tegas itu …?

***
Instagram Author : Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 : Miskin belagu

Dahayu menatap ragu manik hitam pria yang menurutnya – baik, pernah menolongnya saat ia didera rasa takut luar biasa.

“Maaf, Mas. Sepertinya untuk sementara waktu ini, aku berhenti bekerja di perkebunan. Ingin fokus merawat Ibuk, agar cepat sembuh,” beritahunya lembut.

Wisnu shock, hingga terlontar kata-kata tak terjaga, keluar dari skenario dirinya yang seorang pria hangat, penuh perhatian. “Kalau kau tak kerja, mau makan apa kalian?”

Kening sang wanita mengernyit, baru kali ini dirinya mendapatkan kalimat bernada menyinggung dari seorang Wisnu Syahputra. “Perihal bisa makan ataupun tidak, biar itu menjadi urusanku, Mas. Permisi!”

Kunci motor diputar, engkol di pijak kuat, sebelum berlalu – Dahayu menyempatkan mengangguk singkat, lalu melaju tanpa melihat ke belakang.

“Melarat saja berlagak sok kaya! Mamak mu itu gila, mau kau obat kan hingga ke ujung dunia pun tetap takkan sembuh! Sungguh perbuatan sia-sia dan menghabiskan waktu dan uang. Cih!”

Pria yang masih dilanda emosi itu meludah, menatap kendaraan Dahayu yang sudah melaju jauh. Hatinya kesal bukan main – bisa dibilang ini penolakan pertama secara terang-terangan.

Wisnu melajukan motornya berlawanan arah dengan Dahayu. Rasa jengkel masih bercokol di hatinya.

.

.

Dahayu tiba di rumah perkebunan, bertepatan dengan adzan magrib berkumandang.

Sang ibu duduk di teras rumah Mak Rita, menikmati jagung rebus bersama Nelli.

“Udah mau malam, kenapa tak masuk rumah, Buk?” tanyanya, setelah memasukkan motor ke dalam dapur lewat pintu samping.

“Enak!” Jagung tinggal separuh itu diangkat tinggi-tinggi.

“Coba sedikit.” Tanpa menunggu persetujuan dari ibunya, Dayu menggigit jagung rebus, lalu menatap jenaka yang membuat bu War mencebik tidak suka.

“Betulan enak.” Ia mengunyah dengan mata berbinar.

Plak!

“Lihat kan! Ibuku matanya berkaca-kaca. Dasar anak tak baik budi!” Nelli memukul bercanda pundak Dahayu.

Betul saja, sedetik kemudian bibir bu War mencebik dan bergetar, buliran air mata jatuh layaknya hujan deras. “Nakal.”

Bahu ringkih tinggal tulang berbalut kulit itu dipeluk sayang, ia cium bertubi-tubi pipi sang ibu. ‘Sehatlah selalu, Buk. Agar Ayu pun kuat menjalani hari-hari berat yang sudah menunggu untuk dilalui.’

Tanpa bertanya, Nelli paham bila sudah terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Ia mencoba menguatkan dengan memeluk punggung, berbisik lirih. “Kau hebat – dulu, kini, hingga masa depan, seorang Dahayu itu sosok yang tangguh, tak mudah roboh meskipun diterpa angin topan.”

Bukan dirinya tak penasaran perihal siapa suami Dahayu, tetapi rasa simpati dan empatinya mengalahkan keingintahuan Nelli. Tak etis bertanya pada sang sahabat, sebab pernikahan itu cuma alat tukar dan mungkin berumur pendek.

.

.

Malam hari tepat pukul sembilan.

“Adik, dingin.” Bu War menepuk punggung sang putri yang tertidur memunggungi nya.

Suara isak tangis yang tadi terdengar sangat lirih menjadi berhenti. Diam-diam ia seka buliran air matanya, lalu berbalik menghadap wanita yang rambutnya mengembang setelah seharian di kepang. “Sini, Adik peluk.”

'Nyaman sekali rasanya, Buk.' Ia kecup pucuk kepala ibunya yang wajahnya terbenam di lehernya.

Tangan berkulit mulai kendur itu melingkar erat, menepuk lembut punggung Dahayu. “Jangan nangis.”

Satu kalimat yang berhasil membuat tangis ditahan-tahan pada akhirnya pecah. Dahayu tergugu, memeluk lebih erat lagi. “Adik tidak menag_is, cuma air matanya keluar dengan sendirinya.”

“Nakal ya dia?”

“Iya,” ia tertawa disela-sela tangis dan sedu sedan.

Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak itu kuat. Kendatipun bu Warni kehilangan akal sehat, tak mengingat bila telah memiliki seorang putri, dan juga melupakan sosoknya.

Namun, hatinya tergerak untuk memberikan penghiburan kepada Dahayu yang jiwanya tengah terluka, perasaannya porak poranda.

Malam ini, seorang ibu menenangkan putrinya dengan caranya sendiri. Lain daripada para ibu sehat secara mental di luaran sana kala menghibur anak gadisnya yang bersedih.

Bu Warni duduk bersila, ia bernyanyi lagu Nina bobo. Tangannya mengelus lengan Dahayu yang tidur meringkuk memeluk lututnya.

Suara sedu sedan terdengar kasar, beriringan dengan tarikan napas dalam. Ya sedih, terharu, marah, ingin rasanya Dahayu berteriak meluapkan emosi terpendam sekian belasan tahun lamanya.

Lagi, dan lagi – Semesta tak berpihak kepadanya. Dia kehilangan kesempatan bersekolah dikarenakan harus mendahulukan perutnya dan sang ibu agar tidak kelaparan. Dia melewati masa remaja seperti berjalan diatas semak berduri.

Dia menjalani masa dewasa penuh caci maki, hanya bisa diam kala dikata-katai supaya Bandi, Ijem, Nafiya – tidak melampiaskan kekesalan mereka dengan tidak memberi kartu kesehatan ibunya.

Kini, harta satu-satunya yang ia punya pun terenggut tanpa bertanya terlebih dahulu, apa dia ikhlas? Bagaimana perasaannya, nyaman kah?

‘Lenyap sudah, hilang tak bersisa, dan hanya meninggalkan bekas menyakitkan. Apa lagi yang bisa dibanggakan dari diri ini? Selain seonggok daging dipaksa terus kuat. Jatuh bangun lagi, tersungkur bangkit sendiri. Maaf, bukan hamba ingin mengeluh ya Rabb – hanya sekedar meluapkan isi hati,’ Dahayu merasa rendah diri.

***

“Kau yakin mau berangkat bekerja dengan kelopak mata macam habis disengat Tawon, Yu?” Nelli menggoda sahabatnya. Mereka sedang menunggu kendaraan jemputan.

Dahayu menatap sengit pada wanita yang berpenampilan sama sepertinya – mengenakan pakaian serba panjang, tas pinggang, dan tangan memegang parang babat rumput.

Ya, ini hari terakhir seorang Dahayu bekerja kasar. Sebab, nanti sore dia akan menerima gaji, dan besok membawa sang ibu berobat di rumah sakit perkebunan milik PT Tabariq, yang dibuka juga untuk umum.

Setelahnya, Dahayu akan fokus pada perjanjian – mengandung, melahirkan, lalu melepaskan bayinya, kemudian menghilang dari pandangan pasangan suami istri yang menyewa rahimnya.

Mobil pickup pun datang, Dahayu dan Nelli melambaikan tangan kepada Ibu dan Mamak mereka. Sementara pak Jefri selepas subuh sudah pergi menderes getah di perkebunan karet.

.

.

“Dahayu!”

“Ya, Mas?” Dia baru saja turun dari bak pickup, dan langsung dihadang oleh pak mandor lapangan.

“Kau tak bawa sarapan buat, Mas?” Diamatinya tangan sang wanita yang cuma memegang alat pemotong rumput.

“Hari ini aku tak memasak, Mas. Mak Rita sudah memberikan bekal, aku sungkan kalau mau minta lebih,” katanya pelan, enggan menatap.

“Terus Mas … makan apa, Yu? Harusnya kau bilang kalau tak membawa bekal. Biar Mas tak kelaparan.” Dia mendengus lalu berbalik badan. Raut kesalnya tertangkap oleh dua wanita muda tukang gosip.

“Hih! Pasti dicampakkan itu si Dayu. Lagian cuma lulusan SMP, kok bernyali betul menyukai seorang mandor sarjana pertanian,” cibir Tatik.

“Mampus lah situ! Miskin sok berlagak orang berpunya, pilih-pilih yang berpangkat, enggan menerima pinangan pemuda pekerja kasar, ya gitu akhirnya. Kenak karma kan dia, mana umurnya sudah pantas punya anak, eh dia nya malah dibuang si mandor tampan. Kita lihat saja, setelah ini paling Dayu terpaksa menikah dengan pria kere, agar tak dicap perawan tua,” timpal Ratna.

“Iya kalau masih perawan, aku kok sangsi. Rasanya mustahil dia bisa menjaga diri, sementara kita sering melihatnya berusaha dekat dengan mandor Wisnu,” sela Tatik.

“Bisa jadi dia jual diri secara cuma-cuma agar bisa dekat dengan pria berpangkat itu. Ih menjijikan sekali!” Ratna bergidik, lalu mereka tertawa seraya memandang Dayu yang mulai berjalan ke arah ilalang tinggi.

"Apa kalian digaji untuk bergosip?"

.

.

Bersambung.

1
Maharany_dhewi
kak mau cerita nya randu si polos dong
Ria Riyut
suka sekali dengan karya ini. terimakasih thor 😍
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Arwenn Sherryn Lisa
jadi nangis kaann.. 😭😭
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
selvysurya inten
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Cublik: Terima kasih ya Kak ❤️
total 1 replies
bunda DF 💞
karya yg luar biasa,, ceritanya baguuuus bgt. rasanya blom puas bacanya tp udah sampe akhir ceritaa. next baca karya yg barunyaa
Cublik: Terima kasih banyak ya Kak 🥰
total 1 replies
meisan
cerita sangat bagus 👍🏼👍🏼👍🏼
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
Ratna Dewi Kartika
kak Cublik... cerita nya always keewwrreeenn
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Anonymous
Kalau orang medan biasa pake kau, kelen
Cublik: Iya Kak
total 1 replies
Lin
Gilaaaa ini cerita bagus bangettttttt
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
TongTji Tea
kasian mesira sebenarnya ya😞
Cublik: Iya juga ya Kak 🥹
total 1 replies
Min
💪
Cublik: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
3C
Alhamdulillah senang sekali ketemu novel ini. awal² baca aku ikut mewek. ada ketawa juga akan adanya geng gatal. terakhir iri pgn kayak Dayu hehe... makasih ya othor udh bikin novel sebagus ini...
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Resti Rahayu
suka banget alur ceritanya,, sampai2 bikin diriku mewek
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Nur Hamidah
siap melincuur
Cublik: Terima kasih Kakak 🥰
total 1 replies
Arbaati
jujur, belum baca udah deg degan dulu...
Cublik: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
FHR
Woow...aku baru tahu Meutia dah up
Cublik: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Kembang waru
cantik kali kau author kasih nama si antagonis itu ijem??? ngakak guling guling puas banget
Cublik: Biar puas menghujat nya Kak 🤣
total 1 replies
Ellya Muchdiana
gaya ADIDAS, mantap kali/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendir
cerita mu slalu sukses mengaduk ngaduk perasaan, bercampur emosi other, harus tanggung jawab tissue aku abis buat lam ingus eh air mata😄😄😄👍👍👍
Cublik: Kakak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!