NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:847
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Belas

Sudah menjadi kebiasaan jika setiap minggu Arkan akan berkunjung kesuatu tempat, berdiam diri dan memperhatikan aktivitas sebuah keluarga.

Tersenyum ketika melihat sosok itu tersenyum, tapi entah kenapa ia akan menangis ketika sosok itu tertawa dengan bahagianya bersama orang lain.

Arkan tahu tak seharusnya ia seperti ini, menguntit layaknya penguntit dan bersembunyi seperti pengecut.

Tapi kenyataannya, ia memang hanyalah seorang pengecut yang bahkan tak berani turun dari mobilnya hanya untuk sekedar menyapa wanita itu — ibunya.

Jika Arkan boleh berkata jujur, ia merindukan wanita itu. Namun semenjak kepergiannya ketika umurnya baru menginjak 7 tahun, sang ayah sama sekali tak membiarkannya untuk bertemu dengan sang ibu.

Hingga ia nekat mencaritahu sendiri keberadaan sang ibu. Awalnya Arkan semangat sekali, terlalu semangat sampai-sampai ia bingung apa yang harus ia ucapkan pertama kali ketika bertemu ibunya.

Namun semua itu tak pernah terjadi.

Tahun lalu, ketika Arkan hampir saja melangkah untuk memasuki sebuah toko kue saat melihat sosok sang ibu disana.

Ia terdiam.

Dirinya terdiam ketika seorang pria memeluk ibunya beserta seorang gadis kecil digendongan pria itu. Terkadang akan muncul seorang anak perempuan lainnya bersama mereka. Mereka tertawa begitu bahagia, seolah tak akan ada hal buruk yang akan terjadi.

Jika sudah begitu, bagaimana bisa Arkan masuk dan merusak kebahagiaan sang ibu?

Arkan tahu semua akan berubah jika saja saat itu ia nekat masuk dan bertemu ibunya.

Daripada kehilangan ibunya lagi, maka Arkan lebih memilih diam dan bersembunyi layaknya pengecut seperti ini.

Hanya saja kadang kala Arkan lelah, ingin sekali masuk dan memeluk tubuh wanita itu dan mengatakan dengan lantang..

Ibu.. Aku rindu.. Kumohon kembalilah pulang..

Tapi sekali lagi.. Itu tidak mungkin.

Pria itu menghela nafas dan mengecek jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Itu artinya sudah dua jam ia duduk disana memperhatikan.

Jadi Arkan mulai menyalakan lagi mobilnya dan mulai menjalankannya menuju rumah.

***

"Mau kemana?" Suara sang Ayah terdengar ketika melihat putera bungsunya berjalan hendak keluar dengan tas berukuran cukup besar.

"Ah.. Benar. Aku belum memberitahumu, Ayah.."

"Soal apa?" Ayah yang sedang membaca sesuatu di tabnya itu mulai mengalihkan atensi penuhnya pada Arkan.

"Aku membeli sebuah apartment. Jadi aku sudah mulai memindahkan sebagian barang-barangku disana.. Ayah jangan cemas, aku membelinya menggunakan tabunganku sendiri. Belum lunas sih, tapi tidak masalah.."  Kata Arkan menjelaskan.

"Apartment? Kau tak pernah membicarakan ini dengan Ayah. Kenapa tiba-tiba?"

Arkan mengendikkan bahunya, "Entahlah.. Aku pikir.. Aku harus mulai bisa hidup mandiri mulai sekarang. Apalagi sebentar lagi aku akan menikah, jadi aku tak mungkin terus merepotkanmu.. Ayah.."

Sang Ayah mendengus dan kembali memfokuskan pandangannya pada tab yang ia pegang.

"Tidak usah macam-macam, Arkan. Saat kau menikah nanti.. Tinggal saja disini. Kembalikan lagi barang-barangmu kerumah.." Titah sang Ayah.

"Maaf Ayah.. Kali ini keputusanku sudah bulat.."

"Arkan!"

Arkan meremat tali tas yang ia pegang, "Seumur hidup aku selalu menuruti semua keinginanmu, Ayah. Tapi kali ini.. Biarkan aku membuat keputusanku sendiri.."

Brak..!

Ayah menggebrak meja dengan gemas dan menatap tajam si bungsu. Berdiri dan hendak pergi memasuki kamarnya sebelum ia kembali menoleh dan menatap Arkan dengan tatapan merendahkan.

"Pembangkang seperti perempuan sialan itu. Tidak berguna!" Desisnya lalu pergi.

Kali ini rematan digenggamannya semakin kencang.

Arkan tahu Ayahnya benci sekali pada ibunya, tapi tolong.. Jangan hina wanita yang telah melahirkannya.

Karena kenyataannya, hatinya masih berdenyut sakit ketika kalimat merendahkan itu keluar. Dan sialnya, Arkan tak bisa melakukan apapun selain diam dan menahan semua perasaan marahnya.

"Arkan? Apa yang— hey.. Kau mau kemana?" Suara Arfan terdengar saat ia baru memasuki pintu depan dan mendapati sang adik tengah berdiri disana.

"Tidak. Aku pergi dulu, Kak," Ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja mengabaikan panggilan Arfan.

Salah satu alasan Arkan ingin pindah bukan hanya karena ia ingin mandiri. Tapi sejak kepergian ibu mereka, rumah megah ini tak terasa seperti rumah lagi untuknya. Rumah ini terasa seperti Neraka kecil untuknya, bahkan Arfan tak bisa memberikan kenyamanan yang ia inginkan.

***

Cklek..!

Arkan memasuki Apartemennya dan langsung menyalakan lampu. Hal pertama yang ia dapati adalah sepasang manusia yang tengah bercumbu dalam keadaan setengah bugil.

"HEY! APA KALIAN TAK PUNYA TEMPAT LAIN UNTUK BERCINTA SELAIN TEMPATKU, HAH?! DAN SEJAK KAPAN KALIAN JADIAN?!" Arkan berteriak kesal diikuti rasa syok sebenarnya. Menatap sahabatnya, Langit bersama seorang wanita disofa yang baru ia beli 3 hari yang lalu.

Langit tersenyum, "Oh.. Hai Arkan, Sudah pulang?"

"Jangan tersenyum padaku! Dasar kalian pasangan mesum!"

"Berisik," Si pasangan Langit berdecih malas sembari meraih kaosnya dan memakainya lagi. Tampak sekali banyaknya bercak merah ditubuh putih pucat itu.

Wanita berbada mungil itu terduduk disamping Langit sembari menghisap sebatang rokoknya santai, sudah begitu mengangkat kedua kakinya diatas meja kayu yang baru saja dibeli.

"Kak Senja astaga! Ini rumahku!" Pekik Arkan kesal.

Namanya Senja Alverina Maheswari— seorang Dokter spesialis yang bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta di Jakarta. Juga merupakan wanita incaran Langit semenjak di bangku kuliah. Padahal bermulut tajam dan judes tapi itulah yang membuat Langit malah jatuh hati padanya.

"Ya.. Dan aku yang membantumu mencarinya, sialan.." Jawab Senja lagi sembari menghisap rokok.

Langit sendiri hanya terkekeh, ia mencabut rokok itu dari bibir Senja dan mengecupnya sekilas.

"Kak, Sudah kubilang berhenti merokok. Nafasmu jadi pendek saat kita berciuman~"

"Mulutku gatal. Aku ingin mengunyah sesuatu tahu."

"Kan ada bibirku.." Goda Langit lalu mulai melumat bibir Senja lagi, kali ini lebih brutal ketimbang tadi. Sepenuhnya mengabaikan Arkan yang sudah kesal sekali dengan wajah memerah. Antara malu dan rasa ingin menendang kedua sejoli itu tapi.. Senja membuatnya merinding.

"JANGAN MENGABAIKANKU!"

Langit berdecak, "Berisik Arkan! Bawa tunanganmu dan bercintalah dengannya sana.." Dengus Langit lalu dengan santai menarik Senja memasuki satu-satunya kamar ditempat itu dan menguncinya.

Arkan melotot," Sialan! Itu kamarku.. Heyyy!"

Percuma.

Langit sudah terlanjur didalam.

Bagusnya, kamar Arkan itu kedap suara jadi ia tak perlu mendengar suara-suara aneh apapun. Tapi sialnya ia harus berakhir tidur di sofa di apartmentnya sendiri.

Ingatkan Arkan untuk meracuni sarapan mereka berdua besok pagi.

***

pukul 3 dini hari..

Arkan terbangun karena deringan ponselnya, sedikit meregangkan otot tubuhnya yang kaku karena tertidur dengan posisi yang sama sejak beberapa jam yang lalu di sofa.

Lagipula.. Siapa sih yang menelpon pukul 3 pagi begini?

Tanpa melihat nomor atau nama pemanggil, ia langsung mengangkatnya begitu saja.

"Hallo?"

"Tuan Arkan.. Maaf membangunkan anda. Tapi..nona muda Elira membutuhkan anda.."

Dalam sedetik kesadaran Arkan langsung terkumpul begitu nama Elira terdengar. Ditambah lagi, nada suara dari seberang sana terdengar begitu cemas.

Ada apa dengan Elira?

"Aku kesana.." Jawabnya lalu melempar asal ponselnya. Kemudian dengan cepat meraih kunci mobil beserta jaket Langit yang tergeletak mengenaskan di bawah meja.

Arkan tak tahu apa yang terjadi tapi.. Hatinya jadi ikut tidak tenang.

Pria itu sampai berlari tergesa meninggalkan pintu apartment dalam keadaan terbuka.

Cklek..

"Arkan?" Langit membuka pintu kamar sambil menguap sembari menggaruk-garuk perut dan bokong telanjangnya. Wajahnya masih mengantuk, tapi ia masih bisa melihat keadaan ruang tamu apartment sahabatnya itu kosong.

Dimana Arkan?

ia menarik nafas saat mendapati pintu apartmennya terbuka. Jadi dengan santai ia berjalan untuk menguncinya tanpa memperdulikan fakta bahwa dirinya sedang dalam keadaan bugil tanpa busana.

"Dasar gila.." Dengusnya lalu kembali masuk kedalam kamar dan menyamankan tubuhnya diranjang tepat disebelah Senja yang tengah tidur memunggunginya.

"Mimpin indah, sayang," bisiknya sembari mengecup pundak Senja yang terbuka sebelum kembali memejamkan mata.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!