NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Kota Lama selalu punya suasana yang aneh.

Sepi, tapi terasa hidup.

Bangunan tua di kanan kiri jalan berdiri kayak saksi bisu dari masa lalu yang nggak mau hilang.

Dan di tengah semuanya, menjulang satu menara jam besar, jamnya berhenti di angka tujuh lewat tiga belas.

Tempat itu yang ditunjuk cincin ini.

Tempat di mana serpihan ketiga yaitu Harapan disembunyikan.

Aku berdiri di bawah bayangan menara, ngerasa kayak ditatap ribuan mata yang nggak kelihatan.

Langit sore di atas kota ini warnanya abu-abu keperakan, kayak layar monitor yang nyaris padam.

Udara dingin, dan setiap kali angin lewat, aku bisa dengar suara samar seolah-olah seseorang berbisik di telingaku.

“Raka…”

Aku menoleh, tapi nggak ada siapa-siapa.

Aku udah biasa.

Suara Dinda selalu muncul setiap kali aku deket sama serpihan baru.

Kayak sistem tahu caranya bikin aku lemah.

Tapi kali ini, suaranya beda.

Lembut. Hangat.

Kayak waktu dulu dia pertama kali nemenin aku lembur di ruang lab.

Aku jalan masuk ke dalam menara.

Tangga spiral menyambut, sempit dan berdebu.

Setiap langkah bergema panjang, bikin suasananya makin nggak nyaman.

Semakin naik, udara makin tipis.

Dan pas aku sampai di puncak, aku lihat sesuatu yang nggak bakal kulupain.

Dinda.

Berdiri di ujung menara, di depan kaca besar yang retak, menatap langit.

“Dinda…”

Dia menoleh pelan. Kali ini, matanya nggak biru. Tapi warna coklat gelap — sama kayak dulu.

“Rak,” katanya pelan. “Kamu datang juga.”

Aku mendekat. “Kamu tahu kenapa aku di sini.”

Dia tersenyum kecil. “Untuk nyari aku lagi, kan?”

Aku angguk.

Tapi sebelum aku sempat ngomong lagi, dia ngangkat tangan, nyentuh kaca yang retak di depannya.

Di luar, cahaya biru turun kayak hujan data lagi.

“Harapan…” katanya lirih. “Itu yang nyisa dari aku. Tapi kamu tahu, Rak, kadang harapan juga bisa jadi racun.”

Aku menyipitkan mata. “Maksudmu?”

Dia menatapku. Dalam.

“Harapan bikin kamu terus nyari aku. Tapi harapan yang nggak pernah berhenti... bisa bunuh kamu.”

Aku diam.

Perkataannya masuk pelan, tapi dalam.

Aku tahu dia benar setiap serpihan yang kukembalikan, tubuhku makin lemah, dan sistem di cincin ini makin panas.

Tapi gimana caranya aku berhenti berharap, kalau harapan itulah satu-satunya alasan aku masih bertahan?

Aku jalan pelan ke arahnya. “Aku tahu ini ngebahayain aku, bahkan mungkin dunia, tapi aku nggak peduli. Selama ada sedikit aja harapan buat nemuin kamu lagi... aku bakal terus jalan.”

Dia menunduk, senyum getir.

“Dan itulah kenapa sistem nggak bisa matiin kamu.”

Seketika, seluruh ruangan bergetar.

Kaca di belakangnya pecah, tapi nggak jatuh — malah berubah jadi serpihan cahaya yang ngambang di udara.

[SERPIHAN 3 — EMOSI: HARAPAN — AKTIF]

Tapi belum sempat aku nyentuhnya, sebuah bayangan hitam muncul dari lantai menara.

Berbentuk manusia, tapi tanpa wajah.

Cuma mata merah menyala dan tangan yang panjang banget.

Dinda mundur panik. “Itu… penjaga serpihan! Sistem nyadar kamu udah terlalu jauh!”

Aku langsung maju, nyalain chip dari cincin.

Kilatan biru muncul di sekeliling tanganku, berubah jadi semacam pedang energi.

“Kalau ini cuma program, aku bakal hancurin.”

Makhluk itu nyerang duluan cepat, kayak kilat.

Tangannya menghantam dinding, bikin retakan besar.

Aku ngelak, nendang balik, tapi seranganku cuma lewat udara.

Bayangan itu bisa berubah bentuk seenaknya.

“Rak, dia cuma bisa dikalahkan kalau kamu tahu makna harapanmu sendiri!” teriak Dinda.

Aku menggertakkan gigi. “Makna harapan, ya?”

Aku ingat semua hal yang udah kulewatin.

Rasa takut, penyesalan, kehilangan.

Semua hal yang hampir ngebunuhku.

Tapi di balik semuanya,

Aku ingat semua hal yang udah kulewatin.

Rasa takut, penyesalan, kehilangan.

Semua hal yang hampir ngebunuhku.

Tapi di balik semuanya, satu hal yang bikin aku terus hidup Dinda.

Dan janji di hari aku melamarnya.

“Selama masih ada kamu, aku bakal percaya kalau dunia ini masih punya harapan.”

Aku mengangkat pedang biru itu tinggi-tinggi.

Cahaya dari cincin makin terang, berdenyut cepat.

Bayangan itu berhenti seolah-olah tahu sesuatu bakal datang.

Aku berteriak. “Harapan aku... cuma satu. Hidup bareng kamu lagi!”

Cahaya besar meledak dari pedangku, nyapu seluruh ruangan.

Bayangan itu menjerit, lalu pecah jadi ribuan titik cahaya kecil yang terhisap ke cincin di jariku.

[SERPIHAN KE 3 TERKUMPUL]

[KAPASITAS EMOSI: 44%]

Aku jatuh berlutut, ngos-ngosan.

Keringat dingin bercucur di pelipis, tapi aku senyum.

Dinda datang mendekat, meraih tanganku pelan.

“Rak…”

Aku menatapnya. “Apa sekarang kamu udah bisa keluar?”

Dia menggeleng. “Belum. Masih ada empat serpihan lagi. Tapi sekarang aku bisa ngeliat dunia luar lewat matamu.”

Aku mengembuskan napas lega. “Itu cukup buat sekarang.”

Dinda tersenyum, tapi senyum itu cepat memudar.

Wajahnya mulai kabur, jadi serpihan cahaya lagi.

“Rak… hati-hati sama Bram. Dia nggak cuma manusia biasa. Sistem udah mulai nyatu sama dia.”

Aku menatapnya kaget. “Maksudmu, dia”

Tapi sebelum aku sempat nyelesain kalimat, Dinda hilang.

Dan di layar hologram cincin, muncul satu baris tulisan baru:

[SINKRONISASI TAK STABIL ANOMALI TERDETEKSI: DR. BRAM]

Aku berdiri pelan, menatap menara jam yang mulai runtuh di belakangku.

“Aku tahu, Din. Aku bakal siap.”

Aku melangkah pergi, meninggalkan menara yang hancur perlahan.

Langit di atas Kota Lama mulai berubah warna dari abu-abu ke merah lembut.

Dan entah kenapa, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa… ada harapan.

...﹌﹌﹌﹌﹌﹌...

Tiga serpihan udah balik.

Tapi ternyata Bram bukan cuma manusia dia udah jadi bagian dari sistem.

Kira-kira Raka bakal bisa nyelamatin Dinda sebelum dunia bener-bener runtuh?

Kasih pendapatmu di kolom komentar, ya.

Like kalau kamu masih dukung Raka buat terusin perjuangannya 🔥🔥🔥

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!