NovelToon NovelToon
Merebutmu Kembali

Merebutmu Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Romansa / Menikah Karena Anak / Lari Saat Hamil / Balas Dendam
Popularitas:909
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Tawanan Di Dalam Sutra

Keringat dingin membasahi punggung Megan, meskipun kipas angin di atasnya berputar dengan lambat. Nomor telepon Rommy Ivanov berkedip-kedip di monitor CRT yang buram, menerangi wajahnya yang pucat. Rommy tahu. Dia tahu segalanya—dari malam di klub itu, pengkhianatan Wina, hingga mata tajam Axel yang jenius.

“Sialan,” desis Megan, mencabut kartu memori itu dengan kasar. Jantungnya berdebar kencang, memukul tulang rusuknya seperti genderang perang. Rommy tidak mencari dirinya; Rommy mencari alat untuk melawan Vega Xylos, dan alat itu adalah Axel, putra musuh besarnya!

Dia berdiri, melangkah menjauh dari komputer yang berbau debu, seolah-olah mesin itu adalah jebakan yang baru saja diaktifkan. Cikadongdong. Tempat terpencil yang ia pikir aman ternyata hanya sebuah panggung terbuka di hadapan dua bos mafia global.

Pilihan ada dua: Lari lagi, atau menerima uluran tangan Rommy.

Lari berarti kembali ke hutan, kembali ke anonimitas yang berbahaya. Tapi Rommy telah membuktikan bahwa kejeniusan Axel telah menarik perhatian tingkat tinggi. Vega Xylos, sang Raja Mafia, pasti juga sudah menyadari bakat putranya itu—jika dia belum menyadarinya sekarang, cepat atau lambat dia akan tahu. Megan tahu, jika Vega Xylos mulai bergerak serius, seluruh dunia akan terasa seperti ruang sempit yang tak bisa ia hindari.

Memikirkan Vega, sebuah rasa sakit sekaligus getaran liar menyergapnya. Trauma yang dibungkus daya tarik kekuasaan yang dingin.

Megan bersandar ke dinding warnet yang lengket, menutup mata, dan tanpa sadar membiarkan memori malam itu menyeruak. Malam di mana ia dilemahkan oleh obat, malam di mana Vega Xylos memilikinya. Itu bukanlah pengalaman yang lembut, namun itu juga bukan kekerasan brutal yang tanpa perhitungan. Vega adalah badai yang terkendali.

Ia ingat tatapan mata Vega yang menolak emosi, namun tangannya yang mencengkeram pinggulnya terasa begitu panas, begitu menuntut. Kekuatan pria itu adalah gravitasi yang tak terhindarkan. Pria itu menindasnya dengan bobot kekuasaannya, membuat tubuhnya, yang dipenuhi racun bius Wina, bereaksi pada dominasi absolut.

Vega tidak mengucapkan janji, tetapi tubuhnya telah mengeluarkan pernyataan: Kau milikku.

Megan ingat bagaimana saat kemeja Vega dilemparkan ke lantai marmer yang dingin, tato naga hitam di punggungnya seolah bergerak, menyiratkan bahaya dan kemewahan dalam satu paket mematikan. Itu adalah momen kepemilikan total. Meskipun traumatis, sensasi itu telah mengukir standar baru dalam kesadaran Megan tentang apa itu 'kekuatan'. Jose adalah boneka yang rapuh; Vega adalah gunung es yang tak tergoyahkan.

Ia membuka mata, menarik napas tajam. Itu adalah daya tarik yang paling ia takuti: daya tarik terhadap kekuatan yang mampu menghancurkan, namun juga kekuatan yang mampu melindungi. Dan Vega telah meninggalkan Axel, meninggalkannya dalam kekacauan, hanya karena urusan bisnisnya lebih mendesak.

Rommy, sebaliknya, menawarkan keamanan yang dihias sutra. Rommy menawarkan status dan janji masa depan untuk Axel. Rommy ingin menggunakan Axel, tapi setidaknya, Rommy ingin Axel hidup dan berkembang di bawah pengawasannya.

Vega hanya menginginkan Megan kembali sebagai 'harta' yang hilang.

“Jika aku lari lagi, Rommy akan menemukan kita. Dan jika Rommy tidak menemukannya, Vega pasti akan menemukannya,” bisik Megan pada dirinya sendiri, rasa takutnya kini bercampur dengan logika dingin seorang ibu yang terpojok.

Melarikan diri adalah bunuh diri perlahan. Menghadapi Rommy adalah kesempatan untuk bernegosiasi, untuk mendapatkan keuntungan, bahkan jika itu berarti harus menjadi tawanan berharga yang dipertontonkan di hadapan musuh Vega.

Axel adalah alasan dia harus berhenti lari. Axel pantas mendapatkan lebih dari kasur apek dan kamar sewa berbau jamur.

Air mata bening bergulir deras di kedua pipi Megan. Malam itu hati seorang ibu berteriak putus asa, antara cinta pada sang buah hati yang merelakan dia jadi boneka? Atau cinta pada keluarga, namun dibatasi dan lebih terkungkung dalam kekuatan kemewahan yang menakutkan. Dilema.... itu kata yang pas. Tentang situasi itu....

Ia mengambil ponsel lamanya—sebuah ponsel murah yang tidak terdaftar atas namanya, hanya diaktifkan dengan kartu prabayar yang dibuang setelah tiga kali pemakaian. Tangannya stabil sekarang. Kepanikan telah mereda, digantikan oleh resolusi baja.

Dia memasukkan nomor Rommy. Delapan digit. Dia tidak perlu berpikir dua kali; nalurinya mengatakan, ini adalah satu-satunya jalan keluar yang cepat.

Jaringan tersambung. Di dering ketiga, suara yang sama yang ia dengar dari video—halus, aksen Eropa Timur yang menenangkan—menjawab.

“Aku sudah menunggu panggilanmu, Megan,” ujar Rommy, tanpa basa-basi, seolah dia tahu persis kapan Megan akan menelepon.

Megan menarik napas dalam-dalam, menelan ketakutannya ke dalam perutnya. Ia harus bersikap sekuat baja, demi Axel. Tidak ada lagi Megan yang rapuh.

“Kau tahu namaku. Kau tahu aku punya anak,” kata Megan, suaranya sedikit bergetar, namun tegas. “Apa yang kau inginkan dariku, Rommy Ivanov? Katakan dengan jelas.”

Terdengar tawa kecil di seberang sana, tawa yang terdengar seperti pecahan kaca yang dihaluskan.

“Jelas? Tentu saja. Aku ingin kau aman. Dan aku ingin anakmu, sang jenius kecil itu, mendapatkan masa depan yang tak tersentuh oleh kebodohan dan kekejaman dunia bawah tanah,” jawab Rommy. “Aku akan memberimu kemewahan, keamanan, dan status. Kau akan menjadi istriku, Ratu di sisiku, dan aku akan menjadikan Axel pewarisku.”

Istri? Megan tercekat. Itu lebih cepat dari yang ia duga. Rommy tidak hanya menawarkan perlindungan, dia menawarkan kepemilikan.

“Dengan imbalan apa?” tuntut Megan.

“Imbalannya sederhana. Kau harus diam. Kau harus melupakan siapa Vega Xylos. Dan kau harus membiarkanku membantu Axel mengembangkan bakatnya. Kau akan menjadi kunci yang akan menjamin kehancuran musuhku. Kau akan menjadi tameng yang melindungimu dari mata elang Vega,” Rommy berujar santai. “Anggap ini sebagai kesepakatan bisnis, Megan. Win-win solution.”

Rommy kemudian mengucapkan perintahnya, perintah yang tidak bisa ditawar.

“Aku akan mengirim jet pribadi ke bandara kecil terdekat dalam tiga jam. Tinggalkan ponsel itu. Bawa hanya Axel dan pakaian yang ada di badanmu. Kau akan dijemput oleh orang kepercayaanku, Dimitri. Jika kau menolak, Megan, aku tidak akan menjamin keselamatanmu. Aku tidak akan mengejarmu, tapi Xylos akan. Dan aku akan pastikan dia tahu di mana menemukanmu.”

Ancaman itu jelas: datanglah padaku, atau aku akan melemparkanmu kembali ke cengkeraman Vega.

Megan menutup mata lagi. Keputusan telah dibuat. Ia memilih sangkar emas. Ia memilih Rommy.

“Aku setuju,” ucapnya, kata-kata itu terasa pahit di lidahnya.

“Pilihan yang cerdas, Ratu. Sampai jumpa segera,” Rommy menutup telepon. Kontak terputus.

Megan mematikan ponsel itu, meremasnya hingga sendi jarinya memutih, lalu melemparkannya ke tempat sampah warnet. Ia bergegas keluar, meninggalkan aura bau rokok dan kegelapan di belakangnya. Tiga jam. Dia harus membangunkan Axel, meninggalkan semua jejak, dan bersiap menjadi Ratu di sisi Iblis, hanya untuk memastikan putranya selamat dari kejaran Raja Iblis yang lain.

Saat ia berjalan kembali menuju losmen kumuh itu, di bawah langit malam Cikadongdong yang gelap, Megan tidak tahu bahwa Rommy tidak hanya mengawasinya dari jauh, tetapi dia telah mengawasinya bahkan sebelum Megan meninggalkan warnet itu. Dimitri sudah berada di kota, mengunci setiap jalan keluar, memastikan Megan tidak akan pernah punya kesempatan untuk kembali berlari.

"Pilihan yang cerdas... Nyonya Ivanov!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!