(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-14
...🖤🖤🖤...
Di dalam mobil, Luna yang kembali tenang setelah menelan obat penenang, duduk terdiam menatap lurus ke depan. Namun ketenangannya terus di ganggu oleh nada dering ponsel Alex yang tak kunjung berhenti, terpaksa Luna merangkak menuju kursi kemudi, lalu membuka pintu mobil dengan lebar.
"Eemm... Alex," panggil Luna canggung.
Tersadar dengan suara Luna, Alex pun menoleh ke arahnya."Iya," jawab Alex melangka mendekat.
"I-ini, ponselmu terus berdering," ucap Luna segera kembali ke kursinya.
Alex pun melirik ke arah ponselnya yang tergelatak di bawa kursi kaki Luna, dan mendapati nama sang ayah tertera di layar ponsel. Nafas Alex langsung memburu, dan segera membungkuk dan meraih ponselnnya, lalu menggeser icon hijau tanpa bergerak dari posisi membungkuk ya itu.
"Halo," ucap Alex dingin.
📱"Bajingan tengkik, dimana kamu?!" Suara bentak Tuan Paul menggema dari seberang ponsel.
"Aku sedang diluar, untuk apa mencariku?" tanya Alex.
📱"Pulang, sekarang!" perintah Tuan Paul mematikan panggilan begitu saja.
"Hah..." Alex menghela nafas berat, lalu hendak bangkit. Namun ia terdiam sejenak saat melihat Luna dengan susah payah menghindarinya sambil terus mendorong tubuhnya kebelakang kursi mobil.
"Kamu takut kepadaku?" bisik Alex perlahan mendekat ke arah Luna, menatap Luna dengan tatapan dingin.
Luna menggeleng dengan cepat."Ti-tidak, aku hanya-"
"Hanya apa?" potong Alex mengulang perkataan Luna, mengusap pipi Luna dengan lembut. Perlahan tatapan Alex turun dan berhenti tepat di bibir Luna, lalu ia menelan luda dengan kasar.
Luna yang menyadari tatapan Alex, menjadi gugup dan mengigit bibir bawanya dengan frustasi. Namun hal itu justru memancing Alex, dengan cepat Alex mendaratkan ciuman di bibir Luna sambil melumatnya dengan lembut.
Luna tersentak dan membulatkan kedua matanya, sambil menepuk bahu kekar Alex, berharap Alex akan berhenti. Akan tetapi Alex justru menurunkan kursi duduknya tanpa melepaskan tautan bibir mereka, lalu menindih tubuhnya. Dengan nafas memburuh, Alex terus mencium dan melumat bibir Luna, sedangkan tangannya yang nakal, mulai meraba kedua gundukan dan meremasnya dengan lembut.
"Hhhmmppp!" Luna meronta dan memukul pundak Alex.
Alex melepaskan tautan bibirnya, lalu menatap Luna dengan tatapan sayu."Luna..." lirih Alex membenamkan wajahnya di leher Luna, mulai menyesap leher Luna, tak lupa ia meninggalkan beberapa bekas merah yang cukup besar disana.
"Alex hentikan. Kita masih ada diluar, bagaimana kalau ada orang yang melihat kita?" kata Luna berusaha mendorong Alex menjauh.
"Jangan ganggu aku, Luna." Alex segera meraih kedua tangan Luna, lalu menguncinya keatas kepala Luna.
Luna mengigit bibirnya dengan kuat saat ciuman Alex perlahan turun kebawa, dan memaksa membuka beberapa kancing kemejanya, lalu mengeluarkan salah satu gundukannya dari dalam bungkusannya.
"Ah," desah Alex menatap pucuk merah muda milik Luna yang seolah-olah sedang menatapnya, sambil menelan luda dengan kasar.
"Alex, Alex... Akkhhh." Luna memekik pelan saat bibir Alex meraih pucuk miliknya, dan melumatnya dengan lembut.
Kring, kring, kring.
Ponsel Alex kembali berdering, mengganggu Alex yang tengah menikmati pucuk Luna. Dengan marah, Alex melepaskan diri dari Luna, lalu menjauh dengan nafas memburu kasar duduk di kursi kemudi.
"Rapikan bajumu, kita pulang," desis Alex memutar kunci mobil, lalu mengendarai mobil meninggalkan tempat itu sambil menggertakkan giginya dengan frustasi.
Fiuh... hampir saja. Pikir Luna menghela nafas lega, sambil memperbaiki penampilannya.
Dengan nafas memburu marah, Alex menambahkan kecepatan mobil, membuat mobil sport miliknya itu melaju menelusuri jalan raya bagaikan angin menuju kediaman keluarga Brown. Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai.
"Aku akan menelfon mu, nanti," ucap Alex tanpa menatap ke arah Luna.
"Baik." Luna segera membuka pintu mobil dan turun, dan berdiri di samping mobil.
Vroom!
Raung mobil Alex, kembali melaju pergi dengan kecepatan tinggi hingga menghilang dari pandangan Luna.
"Hah, dasar pria gila," gerutu Luna, berbalik dan berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas.
*
*
*
(Di mansion keluarga Salvatore)
Di ruang tamu, terlihat Jesi tengah menangis terisak setelah menceritakan semua yang telah Alex lakukan padanya, tepat di hari pernikahan mereka. sambil di rangkul oleh Nyonya Helena Salvatore, Jesi terus menangis pilu.
Nyonya Helena adalah ibu tiri Alex, yang dinikahi oleh Tuan Paul, setelah kematian ibu kandung Alex. Dalam pernikahan mereka, Nyonya Helena berhasil melahirkan seorang putra yang diberi nama Jason Salvatore. Akan tetapi, hubungan mereka kurang baik dari dulu hingga sekarang, bahkan Alex tak segan memukul Jason saat sedang marah, membuat kebencian ibu dan anak itu semakin mendalam kepada Alex.
"Pa, kamu harus bertindak lebih keras kepada anak itu, agar dia tidak semena-mena terhadap istrinya sendiri," ucap Nyonya Helena, sengaja menambah percikan api.
"Awas saja, kalau dia sudah sampai disini," geram Tuan Paul berjalan mondar mandir dengan nafas memburu kasar.
Vroom!
Raungan mesin mobil Alex tiba di depan mansion, menyadarkan mereka semua.
"Ma, dia datang, aku takut..." lirih Jesi pura-pura, sambil membuat tubuhnya sedikit gemetar, agar terlihat lebih natural.
"Kamu tidak perlu takut sayang, Papamu akan mengurusnya," bujuk Nyonya Helena, mencoba menenangkan Jesi.
Tap, tap, tap. Alex melangka masuk ke dalam mansion dengan marah, menghampiri mereka semua.
"Ada apa? Kenapa-"
Bugh!
Brak!
Belum sempat Alex menyelesaikan perkataannya, sebuah tendangan keras mendarat di dada bidangnya dengan keras, hingga tubuhnya pun tersungkur kebelakang dan mendarat sempurna diatas lantai. Alex mendongak menatap sosok yang menendangnya yang tak lain adalah Tuan Paul. Walaupun umur Tuan Paul sudah mencapai 50 tahun, namun fisiknya masih kuat, dengan tubuh kekar dan tinggi ia mampu membuat Alex tersungkur seolah tidak ada apa-apanya.
Lalu, dengan langka berat Tuan Paul menghampiri Alex, kemudian ia meraih kerah kemeja Alex dan mencengkeramnya dengan kuat, menariknya dengan paksa bangkit dari atas lantai dengan nafas memburu marah.
"Dasar bajingan, kamu berani melakukan hal menjijikan itu setelah kamu sudah berstatus menikah, Hah!" bentak Tuan Paul menatap Alex dengan tatapan nyalang.
"Lepaskan!" desis Alex melepaskan cengkraman Tuan Paul."Siapa suruh dia mau menikah denganku," desis Alex merapikan kemejanya yang sempat kusut.
"Aku melakukan itu, karena aku mencintaimu, Alex!" jerit Jesi, bangkit mengepalkan kedua tangannya menatap Alex.
"Alex, jangan lupa kalau dengan bantuan istrimu, kondisi perusahaan kita kembali membaik, ingat itu. Dan, segera tinggalkan gadis itu, sebelum aku yang bertindak Alex," ancam Tuan Paul menatap Alex dengan amarah menggebu-gebu.
Mendengar ancaman itu, Alex melirik sang ayah dengan tajam."Berani kalian menyentuhnya, aku tidak akan segan membuat kalian semua menyesal," tekan Alex berjalan pergi meninggalkan mereka semua menuju kamarnya.
"Kau lihat itu sayang, itu adalah sifat kurang ajar putramu yang tidak tau diri itu," cibir Nyonya Helena geram menatap punggung lebar Alex yang menaiki anak tangga.
Tuan Paul terdiam ikut menatap kepergian Alex, ia tak tau kenapa Alex bisa berubah seperti itu setelah kematian istri pertamanya. Padahal dulunya, Alex adalah putra yang patuh dan sangat sopan kepada semua orang.
(Bersambung)