NovelToon NovelToon
HIDDEN MARRIAGE

HIDDEN MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Pernikahan rahasia
Popularitas:563
Nilai: 5
Nama Author: Wendy081104

Elena terikat pernikahan sejak umurnya menginjak 17 tahun. Awalnya pernikahan ini tidak ia ketahui, hingga saat umurnya menginjak 20 tahun, barulah ia mengetahui bahwa ia sudah menikah selama 4 tahun. Namun yang membuat Elena bertanya, siapa pria yang berstatus sebagai suaminya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wendy081104, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Moskow, Rusia.

Bandara Internasional Sheremetyevo (SVO)

Setelah berada di pesawat cukup lama, akhirnya Elena sampai di Moskow, Rusia. Beberapa hari sebelum Elena sampai di sini, dirinya sudah mengirim sebagian barangnya, dan sekarang dia hanya membawa satu koper berisi semua hal pribadinya. Suasana di sini begitu dingin, Elena lalu mengambil kopernya, dan berjalan keluar menuju ke depan mencari taksi untuk pergi ke apartemen miliknya, yang ada di tengah Moskow.

Setelah mencari beberapa menit akhirnya ada taksi yang kosong, dan bisa membuat Elena. Setelah itu mereka langsung menuju ke gedung apartemen milik Elena. Karena jarak apartemen Elena dengan bandara yang lumayan dekat, hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di sana.

"Kakak, sebenarnya kamu memesan apartemen? Atau penthouse untukku?" gumam Elena, menatap gedung tinggi di depannya.

Menghela napasnya pelan, Elena langsung masuk ke dalam. Di lobby diirnya menunjukan datanya dan kartu miliknya, sebagai bukti jika dirinya benar - benar pemilik apartemen ini. Resepsionis wanita mengantar Elena ke lift dan menekan lantai 27, Elena langsung tersenyum kepada resepsionis wanita itu, sebagai tanda terimakasih.

Setelah sampai di lantai 27, Elena langsung membuka pintu apartemen miliknya, namun dirinya terdiam. Ini bukan lagi apartemen, tapi penthouse. Kakaknya memang mempunyai selera yang aneh, adiknya minta apartemen kakaknya mencari penthouse yang besarnya sama seperti ruang keluarga mereka.

"Ini bukan apartemen, ini penthouse....astaga apakah kakakku tidak bisa membedakan keduanya itu?" Elena masuk sambil, memijat dahinya yang sakit.

Elena sepertinya terlalu lelah untuk menelpon kakaknya sekarang, ia butuh tidur, ia butuh untuk memejamkan matanya dan memulihkan energinya kembali.

·–·–·–·–·

M.I.A Company

Alex duduk di kursi kerjanya, sambil menatap serius pada berkas yang ada di depannya, yang ada di atas meja kerjanya. Tiba - tiba ketukan pintu membuat pria itu melirik sebentar, tapi langsung memfokuskan kembali pandangannya ke arah berkas itu.

"Tuan." David membungkuk hormat, pada Alex.

"Katakan." ucap Alex tanpa menatap David.

"Nyonya telah sampai dengan selamat." perkataan David sukses membuat Alex menghentikan aktivitasnya dan mengangkat kepalanya.

"Kau yakin?" tanya Alex.

"Kami mengawal nyonya secara diam - diam, sejak nyonya keluar dari bandara menuju ke apartemen miliknya." jelas David pelan.

"Terus awasi dan jaga istriku, jika sesuatu terjadi padanya, kalian yang akan aku urusi lebih dulu." kata Alex dingin.

"Baik tuan." David lalu berjalan keluar dari ruangan Alex.

Alex menghela napas, matanya masih terpaku pada berkas di depannya. Namun pikirannya sudah melayang ke tempat lain, ke tempat di mana istrinya sekarang berada. Menikah selama 4 tahun, tanpa memunculkan dirinya di depan istri, membuat pria itu begitu tersiksa. Pernikahan ini adalah keinginan pribadi Alex, dirinya ingin mengikat Elena hanya untuk dirinya, karena itulah dia mengambil keputusan ini.

Dan saat itu Elena bisa di bilang masih sangat muda, usianya masih 17 tahun, dan belum memasuki usianya untuk menikah, sedangkan Alex waktu itu sudah berusia 26 tahun. Mereka berdua bahkan beda 9 tahun, tapi begitulah Alexander.

"Dia sampai dengan selamat." Alex bergumam pelan, sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya.

Alex memejamkan mata sejenak, menghela napas panjang. Ia harus bersikap tenang. Ia harus berpikir jernih. Ia harus menemukan cara, untuk mendekati istrinya itu tanpa menimbulkan rasa takut padanya, tapi kemunculannya ini, akan menimbulkan pertanyaan pada istrinya itu.

·–·–·–·–·

5 hari kemudian....

Beberapa hari belakangan ini Elena sibuk dengan kegiatannya, sebelum memasuki kuliah pada hari senin, dan sekarang adalah hari jumat. Elena sudah merapikan seluruh penthousenya yang besar ini, membersihkannya hingga bersih membuat Elena tersenyum puas. Waktu sudah menunjukan pukul 18.39, Elena langsung naik dan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia harus pergi ke supermarket yang ada di dekat apartemen miliknya, untuk membeli bahan stok beberapa hari ke depan.

Setelah selesai bersiap, Elena langsung turun ke bawah menggunakan lift. Dia hanya memakai baju kaos, dengan celana panjang kain berwarna hitam di padukan dengan jaket jeans miliknya.

Elena hanya perlu melewati beberapa gang untuk sampai di supermarket, yang ada di dekat gedung apartemen miliknya, dengan cepat Elena mengambil keranjang dan membeli sesuai kebutuhan, dan note yang sudah dirinya catat sebelumnya.

Selesai membayar semuanya, Elena langsung berjalan pulang ke apartemen, namun saat di jalan melewati gang terakhir, Elena samar - samar mendengar suara seseorang yang merintih kesakitan, namun dirinya pikir itu hanyalah halusinasi bayangan. Menyingkirkan pikiran negatif miliknya, Elena terus melangkah namun saat sudah melewati gang terakhir itu, sebelum dirinya bernapas lega, tubuhnya di tarik oleh seseorang yang, membuat Elena terkejut bukan main.

Elena menjerit, tubuhnya tersentak saat ditarik paksa ke dalam gang gelap. "Lepaskan!" teriaknya, tangannya meronta-ronta mencoba melepaskan cengkeraman kuat yang menggenggam tangannya.

Bau darah menusuk hidung Elena, mengiringi aroma lembap dan kotor yang khas dari gang sempit itu. Ia menunduk, mata emerald miliknya berusaha menyesuaikan diri, dengan cahaya redup yang merembes dari lampu jalan di ujung gang.

Di balik bayangan samar, Elena melihat sosok pria terduduk bersandar pada dinding. Luka tembak menganga di lengan kirinya, darah mengucur deras membasahi pakaiannya yang terkoyak. Pria itu terengah-engah, wajahnya pucat pasi, matanya menatap Elena dengan tatapan memohon.

"Tolong... tolong aku..." racaunya, suaranya serak dan lemah.

Elena terdiam, degup jantungnya berpacu kencang. Kepalanya berputar mencari jalan keluar dari situasi ini. Dia terjebak di gang gelap, bersama dengan seorang pria asing yang terluka parah. Siapa dia? Apa yang terjadi padanya? Dan, apa yang harus dia lakukan? Elena langsung menjatuhkan kantong belanjaan miliknya, lalu dengan cepat melangkah mendekati pria itu, yang sedang memegang lengan kirinya.

"Darahnya keluar sangat banyak." batin Elena.

"Tunggu sebentar, aku akan mencari apotek terdekat, jangan bergerak, lukamu sangat parah." Elena langsung berlari keluar dari gang itu, mungkin takdir sedang berpihak padanya, dirinya melihat apotek di seberang jalan itu.

Tanpa memedulikan tangannya yang terkena darah pria asing itu, dengan cepat Elena langsung berlari menuju apotek itu, membeli barang - barang yang Elena butuhkan, tidak butuh waktu lama dirinya sudah kembali ke gang itu. Elena menaruh plastik berisi obat dan beberapa benda yang dirinya butuhkan tepat di sampingnya, Elena melepaskan jaket miliknya.

"Napasnya sangat tidak teratur." Elena meraih jas pria asing itu, dan melepas paksa jas milik pria asing itu, lalu melihat luka tembak di lengan kirinya.

Keringat halus muncul pada keningnya Elena mulai mengobati pria itu perlahan, dengan hati - hati dirinya mencabut peluru di lengan pria itu, bahkan tak jarang dirinya terus mengerutkan keningnya. Bahkan saat mengeluarkan peluru itu, pria itu masih sedikit meringis merasakan sakit yang amat sangat.

Elena bernapas lega saat pelurunya berhasil di keluarkan, sekarang tinggal membalut lukanya dengan perban. Elena membalut lengan kiri pria itu perlahan, dan penuh kehati - hatian. Setelah selesai, Elena langsung bernapas lega. Ia mengusap dadanya perlahan, astaga jantungnya seperti akan jatuh, dari tubuhnya. Karena baju Elena berwarna putih, baju itu terkena darah akibat dirinya yang sempat di peluk, dan di dorong ke tembok.

"Bagaimana keadaanmu? Katakan padaku." kata Elena.

"Terimakasih,.....aku berhutang padamu." ucap pria itu lemah, sambil menatap Elena

Mendengar nada bicara pria itu lebih baik, Elena langsung menghela napasnya dan tersenyum simpul. Elena lalu berdiri mengambil kantong belanjaan miliknya, mengeluarkan satu buah apel lalu menyerahkannya pada pria itu.

"Aku harus kembali, jika memungkinkan pergilah ke rumah sakit, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut." ucap Elena.

Setelah berkata demikian, Elena langsung pergi meninggalkan gang itu bersama pria asing itu di sana, namun yang dirinya tidak tahu, pria itu diam - diam tersenyum...

"Rencananya berjalan lancar," gumam Alex, sambil menatap buah apel di tangannya.

Sedangkan di sisi lain, Elena masuk ke dalam penthouse miliknya, dengan bajunya yang berdarah, menghela napasnya pelan Elena menyimpan kantong belanjaan miliknya, dan langsung naik ke atas untuk mandi. Setelah membersihkan dirinya, dan memasukan pakaian darah itu ke dalam mesin cuci, Elena langsung turun untuk membuat makan malam sekaligus menaruh belanjaannya di tempatnya.

·–·–·–·–·

to be continue...

1
nyonya
jangan bilang lu sengaja menta ditembak lex
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!