Musim pertama : Tatap Aku, Suamiku
Musim Kedua : Bunda dari Anakku
Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Wira (22 tahun) nekad membawa kedua orang tuanya ke Yogyakarta untuk melamar Naina ( 17 tahun), yang hanya seorang gadis yatim piatu.
Wira yang terlahir dari keluarga berada, menikah dengan Naina yang hanya gadis dari keluarga biasa.
Lima tahun pernikahan, guncangan menghantam kehidupan rumah tangga mereka. Dunia Naina hancur seketika. Kebahagiaan yang selama ini direguknya, apakah hanya sebuah kebohongan semata atau memang nyata. Apakah pernikahan ini sanggup di pertahankan atau harus berakhir??
Ikuti perjalanan rumah tangga Wira dan Naina
“Tolong tatap aku lagi, Suamiku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S1. Bab 13
“Mas, kalau ada pekerjaan kantor, Nai tidak apa-apa ditinggal di sini. Lagipula Nai sudah membaik, ada perawat juga yang bisa membantu Nai.”
“Tidak, Mas tidak kemana-mana. Urusan pekerjaan sudah selesai. Bukankah begitu Stev?” tanya Wira, memberi kode dengan lirikan matanya. Meminta sekretarisnya itu menjawab sesuai dengan keinginannya.
“Iya Nyonya. Sudah beres semua. Makanya saya kesini untuk meminta tandatangan Pak Wira,” sahut Stevi.
“Mas lepaskan, tidak enak dengan Stevi,” bisik Naina, berusaha melepaskan diri dari dekapan hangat Wira.
“Tidak apa-apa, supaya dia sadar diri dan cepat keluar dari kamar ini,” sahut Wira, menyeringai licik. Melempar ancamannya lewat tatapan mata memerah, berharap wanita yang memaksa masuk di dalam rumah tangganya dan Naina dengan berbagai cara itu segera pergi.
“Baiklah, kalau begitu aku permi..” Stevi menggantungkan kalimatnya. Perhatian sekretaris itu teralihkan dengan pintu kamar yang terbuka. Muncul sepasang suami istri yang sudah sangat dikenalnya.
“Stev, kamu di sini?” sapa Mama Wira, menatap suaminya.
“I-iya ... tan-te,” ucap Stevi terbata. Lidahnya keluh harus berada di situasi yang tidak mengenakan seperti ini.
“Dimana Wira?” tanya laki-laki paruh baya, menyerobot masuk karena sang istri yang mematung di tengah pintu, menatap Stevi dengan pandangan aneh.
“Iya Pa, masuk saja. Aku disini,” teriak Wira. Dia bisa mendengar percakapan, tetapi posisi brankar yang terhadang kamar mandi membuat setiap ada yang masuk ke dalam kamar, tidak bisa melihat ke pasien langsung.
Mama Wira masih mematung, menatap Stevi tidak percaya. Tidak bisa menebak apa tujuan Stevi, sampai berani datang ke rumah sakit.
“Wir, kamu masih ada pekerjaan? tanya sang mama.
“Tidak Ma. Hanya ada satu berkas yang harus aku tandatangani, tetapi sudah beres. Stevi juga akan segera kembali ke kantor,” jelas Wira dengan santai.
“Kalau kamu masih ada pekerjaan, sebaikanya kamu ke kantor saja. Biar mama yang menjaga Naina,” ucap mama Wira, berjalan masuk.
“Pa, Ma,” sapa Naina, mencium tangan kedua orang tua Wira dalam posisi duduk di atas brankar.
Pasangan suami istri itu sudah berdiri di samping tempat tidur, menatap iba pada menantunya. Wira sendiri sudah meloncat turun begitu kedua orang tuanya masuk.
“Wir, selesaikan urusan kantormu dengan Stevi. Biarkan mama yang menjaga Naina untukmu,” titah sang mama.
Belum sempat Wira menjawab, sang mama sudah melanjutkan kalimatnya.
“Nai, tidak apa-apa, kan? Wira tinggal sebentar untuk mengurusi pekerjaannya,” tanya sang mertua pada Naina.
“Iya Ma. Nai tidak apa-apa.”
Wira terlihat mendekati istrinya, membisikan sesuatu sembari menggengam tangan Naina. “Mas, keluar sebentar. Ada apa-apa hubungi Mas,” ucapnya sembari mengecup pelipis istrinya.
“Iya Mas. Hati-hati di jalan,” sahut Naina, sembari mengecup punggung tangan suaminya.
***
Sepanjang perjalanan, Wira dan Stevi tidak saling bicara, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Wira fokus dengan kemudinya dan Stevi menatap keluar jendela, menghitung kendaraan yang lalu lalang.
Tadinya hubungan mereka baik-baik saja, Stevi adalah sahabat sekaligus teman baik Wira. Mereka sudah bersama sejak duduk di bangku SMA hingga kuliah. Setelah menyelesaikan pendidikan pun mereka masih tetap bersama, Wira yang anak pemilik perusahaan sekaligus pemimpin perusahaan tempat dimana Stevi bekerja.
Hubungan keduanya memburuk setelah pernikahan siri yang terjadi dua tahun silam. Tidak ada lagi komunikasi baik-baik, Wira menjadi sosok arogan setiap kali berhadapan dengan Stevi.
Wira tiba-tiba memukul setir mobil dengan kencang, sembari berteriak. Teringat Naina yang ditinggalkannya di kamar perawatan.
“Aaarrrrrgh!!”
Terlalu muak dengan semua drama di hidupnya. Dia harus berlari kesana kemari hanya karena tragedi satu malam yang dia sendiri tidak tahu jelas apa yang terjadi. Tidak juga diinginkannya. Tiba-tiba terbangun, sudah berpelukan mesra dengan sekretarisnya dalam keadaan telanjang.
Mereka sedang melakukan perjalanan keluar kota untuk pekerjaan kantor. Terakhir yang diingatnya, mereka makan malam dengan beberapa karyawan lainnya. Setelah itu Wira sudah tidak ingat apa-apa lagi. Sampai terbangun di pagi hari.
Nasih buruknya seolah tidak selesai sampai disitu saja. Sebulan kemudian, Stevi datang padanya untuk meminta pertanggungjawaban. Hasil test menyatakan kalau sekretarisnya hamil.
Dunianya hancur, yang diingatnya pertama kali adalah Naina. Tentu saja dia menolak untuk menikah lagi. Istrinya hanya Naina dan tidak mungkin ada yang lain. Sudah berbagai kompromi dan jalan keluar dibicarakannya dengan Stevi. Bukan sedikit uang yang ditawarkannya pada sang sekretaris asal dia tidak perlu menikah lagi.
Mengulur waktu sampai perut sang sekretaris membesar, sudah menjadi perbincangan semua orang. Stevi dengan santainya seolah tak peduli, masih berharap padanya.
Tidak mempan dengan hasil tes-pack, wanita itu datang lagi dengan hasil tes DNA yang menyatakan bayi di dalam kandungan adalah bayinya. Tentu saja membuatnya tidak bisa berkata-kata.
Tragisnya, tidak sanggup merengek padanya, tidak mampu menggoyahkan keputusannya, Stevi datang pada orang tuanya. Tentu saja sang mama tidak membiarkannya bebas begitu saja, apalagi saat tahu Stevi mengandung anaknya. Dengan segala cara, kedua orangtuanya memaksa, sampai dia tidak ada jalan keluar lagi untuknya.
Kalau dia tidak bersedia menikahi Stevi, mamanya yang akan datang sendiri pada Naina dan meminta kerelaan istrinya itu. Pilihan untuk Naina hanya ada dua, merelakan suaminya menikah lagi atau silakan angkat kaki dari keluarga Wirayudha.
Wira tidak akan sanggup melihat Naina terluka. Apapun pilihan yang diambilnya pada akhirnya, Nainalah yang paling terluka. Dia hanya bisa memilih jalan yang paling tidak menyakiti Naina, yaitu menikahi Stevi tanpa sepengetahuan istrinya.
Itu pun, mamanya masih belum puas, mamanya menginginkan Wira menikahi Stevi secara resmi demi status cucu yang ada di kandungan Stevi saat itu. Namun, wanita paruh baya itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Itu penawaran Wira yang terakhir.
Pada akhirnya, Wira harus menikah lagi meskipun hanya pernikahan siri, karena tanpa sepengetahuan Naina, apalagi persetujuan istrinya. Naina akan hancur berkeping-keping kalau sampai mengetahui semuanya. Apalagi kalau sampai tahu, ada Nola, putrinya dan Stevi.
Menikahi Stevi secara siri, sama saja dia tidak memiliki hak apa-apa atas Nola, tetapi dia tidak bisa melakukan lebih dari itu. Pilihan yang sulit, tetapi akhirnya dia memilih Naina dibandingkan putrinya sendiri.
“Mas, apa tidak sekalian mampir melihat Nola?” tawar Stevi, memecahkan keheningan.
“Aku akan mengantarmu ke kantor, setelah itu aku akan menemui Nola di rumah,” sahut Wira, tanpa menoleh pada Stevi yang duduk disebelahnya.
“Aku ingin ikut pulang denganmu, Mas.” Tiba-tiba Stevi sudah merengkuh lengan Wira tanpa permisi. Bersandar manja di pundak Wira.
“Menyingkir dariku, Stev. Aku tidak bisa menyetir!” tegas Wira.
“Kalau Naina yang melakukannya, kamu tidak pernah protes, Mas. Kenapa tidak bisa adil padaku?” tanya Stevi dengan wajah memelas.
“Karena kamu mendapatkan tempatmu sekarang dengan cara kotor!” tuding Wira, menyingkirkan Stevi yang menempel padanya dengan kasar.
“Aku peringatkan. Kalau sampai Naina tahu, kamu akan kehilangan suami sekaligus ayah dari putrimu! Camkan itu!” ancam Wira.
"Aku pastikan kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun. Kamu beruntung mama dan papa masih di pihakmu karena Nola!"
***
TBC
Bahkan seakan ikut merasakan sakit yang sesakit itu bagi Dennis
full bintang ,subricrible, vote d tutup kopi
sebelum2 ni terlalu baik sampai tak peka langsung.