"Jika kau mau membantuku, Aku akan memberikan tubuhku padamu!" Liu Xian
Yin Hei Long yang sudah terkurung selama ribuan tahun merasa tertarik.
Berjumpa dengan berbagai macam orang hingga bertemu dengan Bai Caishen, pemimpin suku dewa dari dunia atas.
Iblis berdarah dingin yang kini menempati tubuh manusia mulai memiliki pandangan yang berbeda tentang seluruh dunia.
Mulai dari sini, kehidupannya akan berbalik arah sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BaoshanSanren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. HEI HUA
12
"Tuanku!!" Teriak pria dengan pakaian merah mencolok.
Melesat secepat yang ia bisa, akhirnya dapat menemukan tuannya.
Pria dengan Surai merah cerah itu tampak sedikit kebingungan.
Ia dapat merasakan keberadaan tuannya, namun pria yang tergeletak di hadapannya sama sekali bukan tuannya.
Siapa ini? Pria bersurai merah itu mengernyit heran.
Tuan pemimpinnya adalah pria bertubuh besar, dengan wajah yang tegas dan aura yang mendominasi.
Di hadapannya tergeletak seorang manusia kecil yang bahkan tidak setinggi dirinya.
Juga wajahnya, kenapa mungil sekali?
Di tengah kebimbangan di hatinya, pria dengan Surai merah itu mendengar gaya bicara yang sangat ia kenali.
"Hua sialan!" Yin Hei Long yang berkata sambil masih memejamkan matanya.
"Tuankuuuu!!!" Seru pria dengan Surai merah lalu berhambur memeluk Yin Hei Long yang terbaring di tanah.
"Huhuuuu Tuannn!!!"
Yin Hei Long hanya bisa pasrah mendengar pria bersurai merah itu menangis tersedu.
"Huhuuuu, tuan, aku sangat merindukanmu.." kata pria bersurai merah itu sambil terus terisak.
Yin Hei Long makin jengah, "Kau ini, tidak akan membantuku bangun?" Katanya dengan sarkas.
"Ahh benar, tuan, kenapa tubuhmu jadi kecil sekali?" Ucap Pria bersurai merah itu, Hei Hua.
"Ini bukan milikku.." Jawab Yin Hei Long sambil beranjak duduk.
Ia lalu berdiri di bantu Oleh Hei Hua.
"Lalu,, lalu apakah tuan mengambilnya dengan paksa?" Tanya Hei Hua lagi.
"Bodoh!" Yin Hei Long memukul lengan pria bersurai merah di depannya. "Tentu saja tidak.." Sambungnya lagi.
"Tapi tuan, kenapa memilih tubuh yang begitu kecil?" Keluh Hei Hua melihat tuannya dengan penampilan baru.
Tubuhnya mungil dengan wajah yang sangat manis.
"Sekarang malah jauh lebih cantik dari pada aku" keluh Hei Hua.
"Diamlah.. Bawa saja aku ke istana kekaisaran." Kata Yin Hei Long dengan kesal.
Hei Hua memapah tuannya yang terlihat malas bergerak.
"Tapi kenapa harus ke istana kekaisaran, tuan?" Tanya Hei Hua pada akhirnya.
"Aku tinggal di sana." Jawab Yin Hei Long.
Namun Hei Hua menunjukkan mimik wajah yang makin kebingungan.
"Aku tinggal di sana." Jawab Yin Hei Long.
Hei Hua lalu membawa tuannya melompat dengan ilmu meringankan tubuh miliknya.
"Ahh Jadi pelayan?." Tanya Hei Hua sambil terus melesat. "Atau gundik?" Pertanyaannya itu sukses membuat Yin Hei Long melotot tajam ke arahnya.
Hei Hua tersenyum kikuk lalu mulai melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Kali ini hutan yang mereka lewati seperti daerah perbukitan.
"Bukan, Bocah kecil ini pangeran kekaisaran." Jawab Yin Hei Long merujuk pada pemilik asli dari tubuh yang sekarang ia gunakan.
"Ohhh..." Hei Hua hanya mengangguk angguk. Namun tiba tiba saja ia berseru kaget.
"Hahhh!!!!"
.
Di gerbang timur ibukota.
Jendral Besar Shi Pei Xin berhasil menumpas habis seluruh gerombolan Monster yang menyerang.
Sat malam tiba, tenda tenda sementara sudah di dirikan untuk tempat para pasukan beristirahat.
Masih ada beberapa prajurit yang membersihkan area pertarungan.
Mulai dari memungut anak panah hingga memindahkan tubuh monster monster yang sudah menjadi mayat.
Ini adalah kebiasaan jendral besar Shi.
Tidak akan menyia-nyiakan perbekalan dalam bentuk apapun.
Makanan secukupnya juga bekas senjata yang sudah di pakai.
Ia tidak akan segan mencabut kembali panah yang menancap pada mayat lawan.
Hal ini juga karena pengalamannya di Medan perang selama puluhan tahun.
Tidak ada yang tidak mungkin selama mereka sedang bertugas.
Nyawanya seperti di ikat dengan benang kecil yang mudah putus.
Ini adalah tindakan pencegahan yang ia lakukan sebisa mungkin.
Jendral besar Shi tengah duduk di tendanya.
Ia tampak menyantap roti gandum yang keras bersama dengan daging kering juga teh yang di seduh ala kadarnya.
Namun bukan keengganan yang terlihat.
Jendral besar Shi melahap makan malam tersebut tanpa kesulitan.
Ini sudah seperti makanan sehari harinya.
Setelah merasa kenyang, jendral besar Shi tidak sungkan kembali membungkus setengah dari roti gandum yang tadi ia makan. Bersama dengan suwiran daging kering, jendral besar Shi memasukkan bungkusan kertas itu ke lipatan baju.
Saat pergi berperang, roti keras ini adalah teman hidupnya.
"Lapor, jendral besar." Suara sang ajudan dari luar tenda.
"Masuklah." jawab Jendral besar Shi
Ajudan itu lalu memasuki tenda untuk melaporkan situasi.
"Pasekan terluka parah kurang dari sepuluh orang, sudah mendapat perawatan dan di bawa masuk ke ibukota." kata sang ajudan.
"Bagus juga." puji jendral besar Shi "Bagi pasukan yang tersisa menjadi tiga kelompok, Kirim satu kelompok untuk menyisir tempat sekitar, satu lagi berjaga. Yang lain biarkan istirahat." Terang jendral besar Shi memberikan perintah.
"Siap laksanakan jendral besar!" kata ajudan itu sebelum meninggalkan tenda.
Jendral besar Shi sedikit termenung.
Ia memikirkan percakapannya dengan penasehat Li di istana kekaisaran beberapa hari yang lalu.
Bagaimana bisa? Jendral besar Shi tidak akan mempercayainya jika bukan penasehat Li yang secara pribadi mengatakan padanya.
Sahabat karibnya itu sudah seperti saudara sedarah.
Mereka berteman baik sejak kecil juga melewati berbagai macam kesulitan bersama hingga sekarang.
"Jendral besar,," Belum sempat penasehat Li menyelesaikan ucapannya, jendral besar Shi langsung menyelanya.
"A Yi, Tidak ada orang".
"Ahh benar, Da ge." Panggil penasehat Li setelahnya. Persahabatan mereka terdiri dari 3 orang
Jendral besar Shi Pei Xin adalah yang tertua, mereka memanggilnya "Da ge" Dalam artian kakak pertama.
Lalu ada Jiang Heng, Saudagar kaya raya yang memiliki kelompok dagang besar. Ia di panggil "Er ge" sebagai kakak kedua.
Penasehat Li adalah yang paling muda di antara mereka bertiga, "a Yi" sebagai nama kecilnya dari Li Yi.
"Sebenarnya, ada hal yang butuh bantuan Da ge." Kata penasehat Li sedikit sungkan.
"Apa itu?." tanya Jendral besar Shi Pei Xin
"Itu,, da ge, sebenarnya..." Penasehat Li seperti ragu ragu mengatakannya.
"Katakan saja.." Suruh Jendral besar Shi kemudian.
"Emm, ituu tolong bantu menjaga keluarga Li." Kata penasehat Li .
"Hemm?" Jendral besar Shi mengernyit bingung.
Melihat gelagat penasehat Li, jendral besar Shi yakin jika masalah yang hendak ia katakan bukan perihal kecil.
"Baiklah" jawab jendral besar Shi pada akhirnya.
Ia lalu merangkul penasehat Li untuk berpamitan.
Jendral besar Shi berbisik pelan sambil berbasa basi untuk menutupinya.
"Kirim saja utusan ke kediamanku."
Penasehat Li berkedip memberi isyarat mengerti.
Saat sampai di kediamannya, Bukan kediaman dinas di ibu kota. Namun Kediaman Jendral Shi yang berada di timur laut.
Sudah ada surat yang menantinya saat ia baru saja sampai.
Begitu menyaksikan pertengkaran cucu kembarnya, jendral besar Shi Yuan memasuki ruang kerjanya untuk membaca surat yang di kirim penasehat Li.
Dadanya mendadak sesak saat membaca satu kalimat yang tertulis di sana.
"Kaisar menargetkan keluarga Li"
.
_TOLONG BERIKAN BANYAK NASEHAT DAN CINTA UNTUK MEREKA SEMUA_
*.*
_TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN PARA PEMBACA_