--bukan novel Horor--
--bukan novel bertema Mafia--
ini novel bertema Pendekar dan kesaktian jika tidak suka jangan di baca karena akan merugikan author jika kalian membaca tidak selesai. hargai karya orang lain.
***
Adiwijaya Bagaskoro merupakan anak yang selalu di manja kedua orang tuanya yang merupakan seorang demang di desanya. Namun penghianatan terjadi paman Adiwijaya membunuh kedua orang tua Adiwijaya dan mengambil mustika keluarga.
Adiwijaya mengejar Pamannya yang kabur ke dalam hutan hingga Akhirnya Adiwijaya bertemu dengan banyak kera dan seorang petapa sakti yang sulit mati sebelum menurunkan ketiga Ajiannya yaitu Ajian Anoman Obong, Pancasona, dan Ajian Bayu Saketi.
Bagaimana kisah Adiwijaya selanjutnya? dan akankah Adiwijaya mampu membunuh Pamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pelatihan neraka
"Baiklah Intan, bagaimana caraku menemukan Mahesapati?" Tanya Adiwijaya.
"Kamu tidak usah khawatir dia sedang terluka parah, aku rasa kesaksiannya sudah menurun drastis, dia tidak memiliki kesempatan untuk pulih kecuali mengenapi ilmu sesatnya itu." Jelas Intan.
"Dia pasti akan mencari kembang desa lainnya, apakah aku harus mencari desa di sekitar sini?" Tanya Adiwijaya.
"Benar sekali adi."
"Terus kenapa kamu tidak pulang? Bukankah urusan kita sudah selesai karena kamu sudah memiliki Mustika Mayasaka Bagaskoro, kenapa kamu malah mengikutiku?"
"Aku ingin mengembara bersamamu." Jawab Intan.
"Maaf aku tidak bisa, sebaiknya kamu pulang saja Intan. Aku khawatir semakin lama mustika itu di tanganmu akan ada penjahat lain yang muncul dan menginginkan Mustika itu." Ujar Adiwijaya.
"Tidak perlu khawatir denganku Adi, sebenarnya selain bisa membuat tubuh manusia menghilang dan membuat makhluk ghaib bisa di lihat dengan mata manusia, jika mustika ini kamu pegang kesaktianmu akan bertambah." Ucap Intan.
"Tidak perlu intan. Kesaktianku yang sekarang sudah sangat cukup untuk membunuh Mahesapati, apalagi sekarang tangannya sudah buntung dan dia juga sudah tidak memegang Mustika Mayasaka Bagaskoro."
"Tapi Pangeran Brajasakti yang bersamanya bukanlah siluman biasa, dia merupakan Pangeran Siluman golongan hitam, walaupun ada sepuluh pendekar sepertimu tidak akan mampu mengalahkannya Adi. Kamu membutuhkan kekuatan lainnya."
"Ya, mungkin kamu ada benarnya Intan. Tapi bagaimana caranya mencari guru yang bisa mengalahkan Bangsa Siluman dan Semacamnya?" Tanya Adiwijaya.
"Ada seseorang manusia sakti yang tinggal di sekitar sini, setiap hari dia berurusan dengan Siluman dan sejenisnya, aku rasa kamu bisa berguru kepadanya Adi, aku akan mengantarkanmu kesana."
Adiwijaya berfikir keras, daripada dia terbang tidak jelas seperti ini lebih baik dia mengikuti Intan guna menambah kesaktiannya.
Mereka berdua akhirnya sepakat untuk mencari guru untuk Adiwijaya.
Sementara itu....
Ki Joko Tuak dan Jambulana akhirnya tiba juga di Kotaraja. Jambulana tampak sangat bahagia begitu melihat ramainya Kotaraja, begitu pula dengan Ki Joko Tuak yang memang sudah sangat rindu dengan rasa tuak yang di jual di Kotaraja.
"Hidung Jambu kita berpisah sampai sini saja ya, semoga nanti kita bisa bertemu lagi." Ucap Ki Joko Tuak.
Jambulana mengangguk mengiyakan ucapan Ki Joko Tuak, "Terimakasih Ki, semoga kita bisa bertemu lagi nanti." Ucap Jambulana.
Jambulana langsung menuju ke istana Kotaraja di mana dia mendengar kalau di sana sedang ada perekrutan prajurit istana, Jambulana segera menemui penjaga gerbang dan mengutarakan tujuannya penjaga gerbang langsung mengantar Jambulana menemui seorang Guru yang melatih para calon prajurit.
Dan ketika melihat siapa yang menjadi guru para calon prajurit alangkah kagetnya Jambulana.
"Hehe, kita bertemu lagi hidung jambu." Ucap Ki Joko Tuak.
"Ba-- bagaimana bisa aki yang menjadi guru bagi para calon prajurit?" Tanya Jambulana dengan ekspresi tidak percaya.
"Hehe... bisa saja. Kamu harus tahu satu hal hidung jambu, pelatihan yang akan aku terapkan sangat berat saking beratnya aku menamai pelatihanku, pelatihan neraka!" Ucap Ki Joko Tuak kemudian meminum tuak di botolnya.
Jambulana masih bingung dengan apa yang terjadi, dia sama sekali tidak menyangka bahwa Ki Joko Tuak merupakan pelatih bagi para calon prajurit.
Hari itu juga Jambulana dan ratusan calon prajurit mulai berlatih di bawah bimbingan Ki Joko Tuak.
Pelatihan neraka Ki Joko Tuak benar-benar menyiksa fisik, setiap calon prajurit di suruh membawa seember besar berisi air dari sungai yang sangat jauh di ujung ke tempat pelatihan sebanyak seratus kali dalam sehari.
Ki Joko Tuak menghampiri Jambulana yang kelelahan, "bagaimana hidung jambu? Apakah kamu sudah lelah?"
"Begini guru, apa sebaiknya aku mundur saja masak seberat ini pelatihannya." Ucap Jambulana.
"Baru awal mengambil air saja kamu sudah mengeluh, bagaimana dengan pelatihan selanjutnya? Kamu ingin menjadi prajurit yang tangguh bukan? Ayo cepat bangkit dan ambil lagi air sebanyak seratus kali!" Ucap Ki Joko Tuak kemudian meminum tuaknya.
"Baik guru!" Sahut Jambulana dengan nada kesal.
Hari Hari Jambulana terasa sangat berat, latihan neraka benar-benar menguras tenaga dan membuat badan Jambulana sakit-sakit. Banyak para calon prajurit yang memilih untuk menyerah karena tidak kuat dengan pelatihan yang di terapkan Ki Joko Tuak. Namun masih ada beberapa calon prajurit yang mengikuti pelatihan itu.
Terlihat Raja Paku Alam penguasa Kotaraja berdiri di atas balkon istana menatap senang para calon prajurit yang sedang berlatih, Raja Paku Alam sangat yakin sekali mereka akan menjadi prajurit yang sangat tangguh di bawah bimbing Ki Joko Tuak.
"Patih bagaimana menurutmu tentang pelatihan yang di terapkan oleh Ki Joko?" Tanya Raja Paku Alam.
"Ampun Gusti Prabu, menurut hamba pelatihan yang di terapkan Ki Joko terlalu berat dan berlebihan beliau sudah banyak sekali menggagalkan calon prajurit, padahal kita saat ini membutuhkan banyak sekali prajurit." Jawab patihnya.
"Untuk saat ini biarkan saja, patih. Aku yakin sekali melalui pelatihan ini akan tercipta prajurit yang tangguh hebat dan bisa membunuh para orang asing yang meresahkan itu."
"Tapi kita sudah tidak punya banyak waktu gusti prabu, lebih baik kita undang para pendekar untuk membantu prajurit kita yang ada dan mengusir para orang asing yang telah membuat resah masyarakat."
"Ada benarnya juga ucapanmu Patih Joyo Kusumo, aku serahkan para pendekar kepadamu dan segera usir orang orang asing yang membuat resah penduduk."
"Sendiko Gusti Prabu." Jawab Patih Joyo Kusumo.
***
Sementara itu Jambulana terlihat beristirahat dia belum pernah menjalani latihan seberat ini, setiap hari ada saja ulah Ki Joko yang membuat Jambulana kehabisan tenaga. Seperti mengangkat batu besar dan yang lainnya.
Namun bukan hanya Jambulana saja yang mampu bertahan faktanya masih ada cukup banyak calon prajurit yang masih mampu bertahan, mereka adalah orang orang yang memiliki kemampuan fisik tinggi walaupun tidak memiliki ilmu kanuragan.
"Aku tidak boleh kalah dengan mereka, akan aku tunjukan kepada aki aki tua itu bahwa aku bisa menjadi prajurit tangguh!" Keluh Jambulana.
"Hidung Jambu ayo makan, setelah ini latihan lagi." Ucap Ki Joko Tuak yang tanpa Jambulana sadari dirinya mendengar semua keluhan Jambulana.
Mendengar kata makan membuat Jambulana kembali bersemangat, bagaimana tidak makanan di istana sangat lezat walaupun Jambulana hanyalah calon prajurit namun setiap hari dia makan-makanan mewah.
Jambulana dengan rakus menggigit daging bakar di tangannya. Tiba-tiba dia berhenti dan mendongak menatap langit.
Dia teringat tentang sahabatnya Adiwijaya, sedang apa dia? Apakah Adiwijaya berhasil membunuh Mahesapati? Apakah dia juga sedang makan enak sama seperti dirinya?