NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Game
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yuna Adalah Mafia

“Udahlah, pilih Wira atau Hagian aja, mereka kan nyoba bunuh Nathan!” kali ini Yuna mengintrupsi.

“Lo gila?! Mereka udah bilang kalau mereka dijebak sama mafianya! Jangan asal bicara dan nuduh kayak gitu, lo nggak inget kejadian Sinta? Lo nuduh dia padahal dia warga?!”

Kali ini semua orang mengangguk setuju.

“Ya terus siapa yang bakal kita pilih?! Lo mau kita semua mati?”

Khalil menghela napas, menatap Endru yang mendekati Yuna tanpa alasan yang jelas sebelumnya, membuat gadis itu menatap bingung.

“Yun, lo nggak akrab sama Aletha kan?”

“Apa maksud lo? kenapa jadi bahas Aletha?”

“Karena dia master pemainan ini, lo cuek dan selalu kasar sama dia” runtuk Endru.

“Kapan?!” kali ini Melanie membuat semua pasang mata tertuju padanya, “Kita nggak pernah ngelakuin itu”

“Nggak usah bohong, Aletha bunuh diri karena kalian kan?!” Ditto kali ini menegas, meyakinkan bahwa dugaan mereka selama ini adalah benar.

“Kalian selalu gosipin dia sama cwek lain, Sinta kasih tahu gue!”

“Wah omong kosong apa lagi sih ini?!” Melanie menolak, wajahnya tampak takut dan tentu saja cemas. Sementara Khalil sembari tadi hanya megintai gerak-gerik semua orang yang ada di aula.

“Apa kalian mafianya?”

“Tunggu”

Pertanyaan Endru sontak membuat semua orang menatap Melanie dan Yuna. Dibalas kejut dengan penolakan-penolakan seperti biasanya.

“Tunggu sebentar, gue tahu siapa yang mulai rumor itu!” semua orang kali ini menatap ke arah Intan saat telunjuk Yuna terarah kesana, ‘Dia”

Khalil membelalakkan matanya, bukannya dia sudah meminta Intan bersembunyi, kenapa dia malah ikut berdiskusi?

“Ada videonya?”

Melanie mengangguk, “Iya dia yang membuatnya”

Yuna Memilih Intan.

Melanie Memilih Intan.

Intan menatap kejut pada kedua orang itu. menuduh tanpa bukti? Apakah itu caranya bermain? Bahkan dalam hidupnya saja, Intan tidak pernah melakukan apa yang mereka berdua ucapkan.

“Apa yang kalian lakuin?!”

Khalil menyeka tubuh Intan yang hampir mendekat, “Tunggu, biar gue selesaikan semua perdebatan nggak masuk akal ini”

Yuna membelalakkan matanya, “Mau belain dia lagi?”

“Lagi? kapan gue belain dia, bahkan gue ngomong karena kalian nuduh tanpa bukti, lagi!” sentak Khalil.

Semua orang menelan ludahnya susah payah, menatap perdebatan demi perdebatan yang tidak kunjung berakhir.

“Lo berani bertanggung jawab sama ucapan lo?”

“Kenapa gue? Harusnya dia yang bertanggung jawab!”

Khalil mendegus, “Kita akan tahu siapa mafianya kalau kita memeriksanya, kan?”

“Apa maksud lo?’ Farhan kali ini menyela, menatap tegang pada Khalil yang baru saja mengeluarkan ponselnya. Sejenak menunduk untuk memastikan layar belum berubah.

“Gimana lo bisa periksa, lo bukan,” maniknya membelalak saat identitasnya terbongkar didepan semua orang. Setetes air mata jatuh saat Khalil kembali menyimpan ponselnya.

“gue polisi”

“Enggak, bukan,”

“Lo harus bertanggung jawab sama ucapan lo sendiri”

Khalil Memilih Yuna.

Hagian memilih Yuna.

Wira memilih Yuna.

“Enggak, pasti ada yang salah! Jangan pilih gue!”

“Lo ngelakuin itu sama Sinta padahal lo mafianya?!” Melanie berseru dengan kaku, dia masih belum percaya dengan temannya yang justru adalah musuh dalam selimut.

“Gue nggak punya pilihan! Gue cuman mau bertahan hidup, kenapa?! Ujarnya dengan penuh ketakutan.

“Gue juga nggak mau jadi mafianya! Gue nggak mau juga bunuh orang!”

“Berhentilah omong kosong” ucap Endru malas, “Apa nyawa orang nggak penting buat lo, lo bahkan bunuh orang yang nggak bersalah!”

Endru Memilih Yuna.

Yuna menggeleng, “Bukan gue, orang lain, mafia lain yang bunuh dia!”

Agil memilih Yuna.

Farhan memilih Yuna.

Arsya memilih Yuna.

Merah memilih Yuna.

“jangan pilih gue?! Bukan gue yang bunuh mereka!”

Tidak ada yang peduli dengan omong kosong yang terus keluar dari mulut Yuna. Bahkan saat gadis itu menangis darah, tidak ada sekalipun yang akan iba. Termasuk Intan yang sudah lebih dulu berlari meninggalkan aula, tentu untuk melindungi Nathan dan Olive seperti perintah Khalil.

“Kalian mau tahu siapa mafianya?”

Khalil menghentikan langkahnya saat semua orang sibuk meninggalkan aura, tentu mencari tempat persembunyian mereka.

“Dia,”

Mafia Tidak Bisa Mengungkap Identitas Mafia Lain Kepada Tim Warga.

Khalil terdiam mendapati cairan darah keluar dari mulut Yuna. Seperti menelan ludah sesusah menelan batu, Khalil masih terdiam mendapati Yuna yang kesulitan merangkak ke arahnya. Mengisyaratkan untuk berhenti saat sebuah ejaan keluar dari mulutnya.

“Nggak mungkin”

Ditto memilih Yuna.

Intan memilih Yuna.

“Kita harus milih dia”

“Jangan, jangan bunuh dia!”

Tampak geram, picingan mata mulai mengintai, “Kenapa gue harus ikutin omongan lo? kalok lo nggak mau, biar gue aja yang bunuh” seseorang itu mencekik leher seorang yang tergeletak di lantai.

“Polisi bisa gunain keahliannya dalam sehari, arinya selama dua hari kedepan lo nggak bisa bunuh dia!” pekiknya.

“Aish, menyebalkan sekali” seorang itu beranjak meninggalkan Khalil yang tertidur dengan damai. Disusul seorang yang membelanya dengan alasan yang cukup tidak masuk akal itu. lagi pula dia tidakmungkin membuat Khalil terbunuh begitu saja.

Hagian dan Wira mematuhi semua perintah Khalil. Meletakkan sebuah lemari berat pada pintu untuk menghadangnya. Tubuh kekar itu bersandar pada dinding sambil berdecak kesal, “Kenapa nggak ada orang yang milih?! Dia ngerjain kita apa gimana sih?!”

Wira hanya menghela napas, sudah tidak peduli dengan segala keluh kesah Hagian. Lagian dia hanya perlu menunggu sampai waktu yang ditentukan, selepasnya kalau tidak ada yang memilih, mereka hanya perlu memilih asal.

“Kita tunggu sebentar lagi”

Khalil memilih Yuna.

Dengan tergesa, kedua orang itu segera melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Khalil. Memilih Yuna walaupun sebenarnya alasan apa yang mereka gunakan, belum semoat mereka ketahui.

Hagian memilih Yuna.

Wira memilih Yuna.

Pada malam yang panjang, akan jadi tempat istirahat yang aman untuk dua manusia brengsek itu. tapi apakah aman untuk yang lain, apakah aman untuk Khalil? Mereka hanya perlu memikirkan sebelum suara bel membuat mereka semua pingsan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!