Termasuk dalam series Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)
Sekretaris Han, bisakah dia jatuh cinta?
Kisah hidup Sekretaris Han, sekretaris pribadi Tuan Saga, sekaligus tangan kanan dan pengambil keputusan kedua di Antarna Group.
Dia meneruskan sumpah setia mengabdi pada Antarna Group, hidupnya hanyalah untuk melihat Tuan Saga bahagia. Bahkan saat Saga mengatakan dia bahagia bersama Daniah, laki-laki itu tidak bergeming, dia yang akan memastikan sendiri, kebahagiaan tuan yang ia layani.
Hubungannya dengan Arandita memasuki babak baru, setelah gadis itu dipecat dari pekerjaannya sebagai pengawal pribadi Nona Daniah.
Bagaimana hubungan mereka akan terjalin, akankah usaha Aran mengejar dan meraih Sekretaris Han membuahkan hasil.
Simak kisahnya hanya di novel Lihat Aku Seorang (LAS) 💖💖
ig : @la_sheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Dipecat
Pandangan Aran rasanya semuanya buram dan menghitam. Di sampingnya berdiri Jenika dan Sofia tak kalah takutnya. Dokter Harun, dokter kandungan dan beberapa perawat sudah ada di kamar sekarang. Memeriksa Nona Daniah. Pak Mun belum muncul untuk ditanyai.
“Aku nggak apa-apa, benar, hanya luka ini. Tadi tidak sengaja terbentur.” Nona Daniah memang mengatakan itu, namun semuanya rasanya jauh lebih mencemaskan bayi dalam perutnya. Hingga kepanikan yang tercipta.
“Aran maaf seharusnya kami tidak meninggalkan kakak ipar.” Sofia yang terlihat mulai gemetar. “Bagaimana ini.”
Aran sama sekali tidak mendengar apa pun yang mereka katakan. Toh ini semua tetap kesalahannya. Hanya itu yang terlihat di matanya. Nona Jen atau Nona Sofia bagaimana pun dia akan dimaafkan. Tapi dia. Bahkan apa yang akan terjadi ke depan sudah bisa ia reka ulang dipikirannya.
Suara mobil berdecit di depan rumah. Membuat tiga gadis itu langsung berdiri tegak mencengkram tangan mereka di dada.
Mereka melihat Saga yang membanting pintu mobil lalu masuk ke dalam rumah. Langkah laki-laki itu terhenti, saat melihat ketiga gadis berdiri di dekat pintu. Wajah mereka semakin pias.
“Jenika, Sofia!” Berdiri marah di depan pintu saat melihat kedua adiknya.
“Kakak, maafkan kami.” Jen menarik tubuh Sofi supaya mundur ke belakangnya. “Kami yang salah. Maaf Kak.” Sofia mencengkram pinggang Jen. Gadis itu bisa merasakan tangan adiknya yang gemetar.
Pasti hubungannya dengan Haze akan ikut terbawa.
“Kalau sampai terjadi apa-apa pada kakak ipar kalian, ini tidak akan berhenti dengan aku menyita semua kartu kalian.” Menahan geram. “Dan kau!” Menunjuk hidung Aran. Sebentar lagi tangan itu pasti melayang ke wajah pucat Aran.
“Tuan Muda, nona pasti menunggu Anda di atas.” Han merentangkan tangannya membuat langkah Saga terhenti mendekat ke arah Aran.
Plak!
“Minggir! Bagaimana kau bisa membawa gadis bodoh itu untuk menjaga istriku.” Mendorong tubuh Han yang tak bergerak sama sekali, membuat Saga semakin kesal.
Saga menatap tajam Han.
“Saya yang akan mengurus mereka Tuan Muda, sekarang sebaiknya Anda naik.” Pak Mun terlihat tergesa menuruni tangga.
“Minggir!”
Han mundur selangkah, Saga berjalan cepat menaiki tangga. Pak Mun langsung menyusul di sampingnya. Terdengar dia mengatakan sesuatu.
Sebelum menyusul Saga, Han melihat sekilas ke belakang. Pandangan mata mereka bertemu, tapi dia langsung memalingkan wajah sambil berdecak.
...***...
“Aran maaf.”
Saat ini gadis itu ingin menangis, namun dia mengigit bibirnya supaya tetap terjaga. Dia tidak mendengar apa pun yang dikatakan Sofia.
Selang tak lama, Pak Mun kembali menuruni anak tangga. Kali ini membawa pandangan yang sedikit terlihat lega. Namun ketiga gadis itu tak ada yang melihatnya. Mereka pun tak ada yang berani bertanya tentang keadaan Daniah.
“Tunggu di ruanganku.” Ucapan itu dia tujukan untuk Aran.
“Baik Pak.”
Aran berjalan gontai menuju ruangan Pak Mun. Apakah ini adalah akhir dari semua. Bukan hanya pekerjaannya, namun juga hubungannya dengan Sekretaris Han. Tatapan kecewa, apalagi saat kata-kata Tuan Saga tadi. Bahkan hatinya yang mendengar pun terasa nyeri.
Padahal semuanya baik-baik saja dari pagi. Padahal nona sangat bahagia. Padahal kami juga mau kencan akhir pekan nanti.
Dia terduduk tak bertenaga di meja ruang kerja Pak Mun, untuk kedua kalinya.
Sementara itu di ruang tamu. Dua gadis itu masih tertunduk dalam, Sofia tangannya bahkan gemetar ketika mencoba mendongakkan kepala melihat ekspresi Han. Dia mundur selangkah merapat di tubuh Jen.
“Maafkan kami!” Sofia berteriak sambal menyentuh bahu Jen, melindungi dirinya. “Kami benar-benar minta maaf.” Ulangnya lagi.
Han mendesah keras.
“Baguslah, saya tidak perlu mengatakan apa-apa, karena kalian tahu kesalahan besar apa yang sudah kalian lakukan.”
“Bayi dalam perut kakak ipar baik-baik saja kan?”
Jen dan Sofia melihat tadi segala macam peralatan yang di bawa dokter.
“Tadi kakak ipar bilang perutnya tidak apa-apa, jadi keponakan kami pasti baik-baik saja. Hanya tangan kakak ipar yang lecet.” Jen mencercau.
“Hanya?” Han memberi tekanan kuat pada kata itu. “Kalian bilang hanya. Ckck. Kalau begitu naiklah sekarang dan katakan pada Tuan Saga seperti yang nona katakan pada saya barusan. Kalau hanya luka di lengan....”
Ampun, kami salah!
Sofia menarik baju Jen.
“Kak jangan bicara lagi kita yang salah, aku tidak berani menemui Kak Saga sekarang. Kita yang meninggalkan kakak ipar tadi.” Berbisik pelan.
“Nona, bayi dalam perut Nona Daniah memang calon penerus Antarna Group yang berharga. Tapi sekarang, Nona Daniah jauh lebih berharga bagi Tuan Muda."
"Maafkan kami.” Lagi-lagi Sofia yang berteriak di belakang Jen.
“Berdiri menghadap tembok.”
Apa! Dia menghukum kami seperti anak kecil.
Sofia sudah mau menurut, tapi Jen menantang.
“Kalau begitu, naiklah dan temui tuan muda sekarang di kamar.”
“Ia, ia dasar sekretaris gila. Memang kami anak kecil masih kau suruh berdiri menghadap tembok.”
“Kalau Nona bukan anak kecil seharusnya paham tanggung jawab Nona kan.”
Tidak bisa membantah akhirnya dua orang itu benar-benar berdiri menghadap ke tembok. Hukuman yang mereka terima saat dulu masih bocah, saat tidak mendengarkan kata-kata Han, dan akhirnya menyulut kemarahan Kak Saga.
“Kak Jen, kenapa menjawab Han terus si, bilang ia, ia baik saja kenapa biar hukuman kita cepat selesai.”
“Apa masuk akal dia menyuruh kita berdiri menghadap tembok, memang kita masih bocah SMP.” Jen masih sewot dan menantang.
“Kalau begitu berikan kunci mobil dan semua kartu Nona.” Han menjawab datar.
“Tidak! Kami berdiri saja.”
Keduanya langsung berteriak lalu membisu.
“Ini karena Kak Jen tadi semangat sekali.”
“Apanya, kamu kan yang histeris saat Haze naik panggung dan ikut masa meringsek ke depan.”
“Huaaa, gimana nasib Haze Kak, dia bahkan belum ketemu Kak Saga tapi sekarang.”
Han pasti tahu kalau Haze manggung tadi bareng selebriti yang memicu keributan sesaat yang membuat kakak ipar mereka terdesak hingga tangannya lecet membentur tiang penyangga stand.
“Berdiri diam, memang aku mengizinkan kalian bicara.”
“Maaf!”
“Sofi, pelankan suaramu.”
Mereka curi-curi pandang melirik ke belakang, menghela nafas lega saat Han sudah tidak ada di tempatnya berdiri.
Kak, aku capek, mumpung Han pergi duduk yuk.”
Langkah kaki terdengar membuat Sofi dan Jen kembali berdiri tegak sempurna. Tapi derap langkahnya terdengar lembut.
“Kalian sedang apa?” Suara renyah seorang gadis terdengar.
“Kak Mera mengagetkan saja!” Sofia yang girang ternyata itu bukan Han.
“Kenapa kalian?”
Cerita, cerita , cerita. Mengadu cari pembelaan supaya Amera ikut mengatai Han.
“Kalian sudah gila ya!” Malah marah. Bukanya mendapatkan pembelaan. “Kalian tahu Kan Kak Niah sedang hamil.”
Hiks padahal kami minta dibelain.
...***...
Di ruangan Pak Mun
Untuk kedua kalinya Aran terduduk lemah. Ditempat duduk yang sama. Dia masih sendirian, sedang berusaha menata hatinya baik-baik.
Aran, tenanglah nona bilang tadi baik-baik saja kan. Bayinya tidak apa-apa.
Tapi bayangan hitam itu tak bisa pergi dari pikirannya. Bagi Tuan Saga kesalahan sekecil apa pun tentang Nona akan berakibat fatal untuknya. Dia sudah pernah mengalami itu.
Bodohnya aku, bodohnya aku. Kenapa.aku sampai meninggalkan nona tadi.
Kalau boleh menangis, dia ingin menangis sekerasnya. Karena penyesalan. Ini kesekian kalinya dia melakukan kesalahan fatal. Padahal Sekretaris Han percaya pada ku, gumamnya kelu sambil menjatuhkan kepala keras ke atas meja.
Saat mendengar suara pintu dia.langsung terbangun dari duduk. Melihat Han melangkah mendekatinya. Dengan pandangan dingin dia duduk di tempat Pak Mun saat itu duduk. Menatap Aran dengan pandangan menyedihkan.
“Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf. Tapi, “ Melihat takut ke arah Han. “Nona bilang baik-baik saja, perut nona juga baik-baik saja. Bayi dalam perut nona semua baik kan? Tuan...”
“Kau sudah selesai bicara?”
Deg... Aku takut!
“Maafkan saya Tuan.”
“Padahal aku percaya padamu
Arandita.”
Dia marah, dia tidak pernah memanggil dengan nama lengkapku kecuali jika dia sedang marah.
“Bayi dalam perut nona memang calon penerus Antarna Group yang berharga, tapi sekarang tidak ada yang jauh lebih berharga dari Nona Daniah bagi tuan muda.”
Gelap, suara kekecewaan Sekretaris Han memenuhi kepala Aran.
“Maafkan saya Tuan, saya bersalah.”
Sepersekian detik tercipta kebisuan di antara mereka. Lalu kata-kata yang terucap kemudian sudah seperti petir yang menyambar pepohonan.
“Kau dipecat Arandita.”
Tamat sudah. Suara Han bahkan tak menyisa kehangatan seperti yang ia dengar tadi pagi. Ini suara yang saat itu ia dengar. Saat tangan itu mencengkeram lehernya dan memojokkannya di dinding stasiun TV. Bahkan rasanya saat ini kekecewaan itu berkali lipat rasanya.
“Tuan, saya.”
“Pak Mun akan menyiapkan surat pemecatanmu. Setelah selesai semua prosedur, keluar dari rumah ini malam ini juga.” Jelas, langsung membuat Aran mengigit bibirnya karena mau menangis.
“Tuan, saya mohon izinkan saya bertemu dengan nona dan Tuan Saga. Saya akan memohon pada Tuan Saga, saya salah. Saya akan mengakui semua kesalahan saya.”
“Aku akan menyuruh sopir mengantarmu keluar setelah semua selesai.” Suaranya masih sama, menyayat hati Aran.
Sekretaris Han menatap Aran yang bahkan tak berani membalas pandangannya, gadis itu hanya tertunduk dengan menahan tangan yang gemetar.
“Pergi dan bersembunyilah, kau pintar melakukannya kan.”
“Tuan, saya mohon biarkan saya bertemu Tuan Saga, saya mohon.”
“Tutup mulutmu! Kau pikir apa yang ingin kau katakan pada Tuan Saga, kalua tangan nona terluka karena kau tidak becus menjaganya.”
Lidah Aran tercekat.
Kau pikir aku bis melindungimu dari kemarahan Tuan Saga.
Han bangun, meninggalkan meja. Berjalan tanpa hendak menoleh sedikitpun ke arah Aran.
“Tunggu Tuan.” Langkah kaki Han terhenti tepat di depan pintu, namun pandangannya masih membelakangi Aran. “Saya mohon maafkan saya, tetaplah di sini. Temani saya. Saya mohon.”
Aku tahu aku akan di pecat, tapi aku mohon yang terakhir kali. Berdirilah di sampingku kali ini saja. Aku mohon.
“Aku mohon, temani aku di sini.”
Tangan Han bergerak menyentuh handle pintu.
“Kalau Tuan keluar, hubungan kita berakhir sampai di sini. Saya akan melupakan Anda, saya akan menghapus nama Anda di hati saya. Aku mohon tetaplah di sini sampai Pak Mun selesai.”
Aku mohon, aku mohon jangan pergi. Aku hanya akan melihatmu seorang. Aku akan menunggu walaupun aku harus pergi, tapi aku mohon jangan pergi.
Jegleek! Pintu terbuka. Tubuh Han hilang seiring dengan menutupnya pintu.
Aran gemetar terduduk di lantai menatap bayangan kosong di depannya.
Semuanya sudah berakhir…..
...***...
Babak baru hubungan Sekretaris Han dan reporter TV Arandita akan dimulai sekarang.
Bersambung.
Note :
Hallo semua, aku Lasheira ^_^
Selamat hari raya, semoga berkah
dan kebaikan Ramadhan yang berlalu akan menjadi cahaya di 11 bulan berikutnya
untuk kita semua. Selamat merayakan hari kemenangan.
Sehat selalu dan Bahagia untuk
semuanya.
Selamat membaca
Sampai ketemu diupdate selanjutnya,
maaf masih slowupdate ya.
Terimakasih yang mencintai semua novel
sera di Noveltoon
_ Kak Aya dan Ren_
_Key dan Kak Bian_
_ Daniah dan Tuan Saga_
_Sekretaris Han dan Arandita_
Mengucapkan Selamat Hari Raya
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
Semoga Kemenangan Untuk kita Semua
Salam hangat
LaSheira
apa si Arya mnjdi cerita kisah key dn Abian yah
sweet banget.