"Jadi begitu cara main dia. Baiklah, aku akan tujukkan bagaimana aku menjadi iblis betina seperti apa yang kamu katakan pada selingkuhan kamu itu!"
Mendengar kalimat yang amat menyakitkan dari ruang kantor milik suami ku itu membuatku teramat sakit hati.
Aku sengaja mengaktifkan perekam suara diruangan suami ku yang seharusnya menjadi ruangan ku itu, bukan karna tidak percaya atas kerjakerasnya. Melainkan sikapnya yang beberapa bulan ini terasa aneh dimata ku, terlebih saat laporan keuangan yang ku terima dari orang kepercayaanku yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang di laporkan oleh suami ku sendiri.
"Aku akan menjadi iblis bagi suamiku dan juga selingkuhannya, kita lihat kehancuran wanita murahan dan lelaki penghianat itu sebentar lagi!"
Tunggu ceritanya yaaa😇🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Keesokan hari nya Papi mendapatkan telpon dari pihak lapas tempat Mas Leo ditahan, mereka mengabarkan jika Mas Leo terus saja mengamuk dan tidak mau mengakui kesalahannya saat berada di ruang introgasi.
"baik, saya akan segera kesana" jawab Papi dalam telpon tersebut, entah apa yang mereka sampaikan pada Papi selain dengan kondisi Mas Leo yang tidak mau mengakui kesalahannya.
"Kenapa Pi?" tanya bunda dengan raut wajah penasaran.
"biasa si Leo bikin masalah" jawab Papi sambil duduk di sofa yang ada diruangan itu.
Untung saja ruang rawat ku merupakan ruang rawat VVIP kelas premium, jadi semua fasilitas di ruangan ini lengkap bahkan dengan kamar tidur terpisah untuk penunggu.
"kalau hanya itu kenapa sampai menghubungi Papi? bukannya itu tugas mereka menyelidiki semuanya, lagian ada CCTV dan bukti data juga yang perusahaan miliki kalau si Leo memang menggelapkan dana perusahaan. Iyakan?" kata bunda di angguki oleh Papi.
"itu dia masalahnya, seharusnya memang cukup simpel. Tapi ternyata tidak seperti itu, Leo tetap saja kekeh dengan rasa tidak bersalahnya. Dalam artian tuh begini, karna Leo adalah menantu kita dia bebas melakukan apa pun untuk perusahaan itu bahkan dengan uang yang perusahaan miliki dia merasa berhak itu memiliki juga" kata Papi membuat bunda menggelengkan kepala tak percaya.
"bunda gak percaya ada orang seperti itu di dunia ini, heran yaa. Kok tidak tau diri sekali gitu loh" kata bunda. Aku dan Papi sama-sama menganggukkan kepala mendengar perkataan bunda.
"entahlah bun, Papi juga tidak percaya. Entah dapat dari mana anak kita itu lelaki seperti itu, nyesel rasa nya Papi menerima kamu menikah dengan dia" kata Papi membuatku menundukkan kepala.
"sudah lah Pi,, semua nya kan sudah berlalu, untuk apa diingat-ingat lagi" kata bunda menenangkan.
"iyaa,, tapi kalau diingat, rasanya kaya gimana gitu loh bun. Iyakan? Bunda juga ngerasain apa yang Papi rasain, kalau tau si Leo akan berulah seperti ini dulu Papi tidak ada membiarkan kamu menikah dengan dia" kata Papi.
"iya iya Pi,, maafin Rere ya Pi, mungkin karna tidak ada restu dari Papi juga makanya rumah tangga Rere jadi berantakan seperti ini. Tapi semua ini bukan murni salah Rere loh Pi, memang dasar nya aja Mas Leo yang tidak tau diri" jawab ku membela diri.
"Yaa sudah lah, seperti apa yang bunda kamu bilang. Semuanya sudah berlalu, tapi sekali lagi Papi pastikan, kamu benar mau bercerai dengan si Leo?" tanya Papi dengan nada yang terdengar tegas.
Aku pun menganggukkan kepala dengan mantap. "iya Pi, aku yakin ingin bercerai dengan Mas Leo. Tidak ada lagi yang bida di harapkan dengan dia Pi, apalagi sekarang dia berada dalam penjara. Itu menambah keyakinan ku" jawab ku dengan tegas.
"bagus kalau begitu, ini baru anak Papi" kata Papi dengan senyum mengembang.
POV author
Sementara itu di rumah kontrakan bu Lastri, keduanya sedang bersiap menuju pasar dimana bu Lastri bisa menjual semua perhiasan miliknya.
"Ayoo Nisaa,, cepaatt,, nanti keburu siang, kita harus sampai ke sel tahanan sebelum jam makan siang nanti agar Leo bisa cepat keluar dari sana" kata bu Lastri pada anak perempuannya.
"sabaarr dong bu,, lagian jam segini toko perhiasan juga pasti belum buka bu, ibu lihat dong sekarang masih jam tujuh bu. Toko perhiasan itu buka jam delapan, perjalanan dari kontrakan ini ke pasar juga tidak terlalu jauh. Santai aja dulu bu" jawab Nisa yang sedikit kesal dengan ibu nya yang tidak sabaran.
"ibu sudah tidak sabar melihat Leo bebas, kasian dia. Masih muda,, sudah berada dalam bui" kata bu Lastri dengan lirih.
"iyaa tapi sabar juga lah bu,,, kita kan tidak bisa mengubah aturan dari toko itu, lagi pula pasti belum ada yang datang juga disana" kata Nisa pada ibu nya.
"hmm yasudahlah, benar juga kamu" jawab bu Lastri pada akhirnya.
"tapi ya bu, menurut ibu apakah ada yang mau sipir didalam penjara itu dengan rencana ibu? Apa nanti kita tidak akan mendapatkan masalah?" tanya Nisa.
"dihh,, kami gimana sih Nis, kan kamu yang kasih ibu saran seperti itu. Kenapa sekarang kamu malah mempertanyakan yang sebaiknya, kenapa kamu jadi ragu?" tanya bu Lastri.
"emm sebetulnya Nisa juga tidak yakin sih bu, tapi kenapa tidak kita coba aja ya" jawab Nisa dengan wajah ragu.
"kalau ragu lebih baik tidak usah Nis, dari pada nanti justru kita yang mendapatkan masalah" kata bu Lastri dengan nada tegas.
"tidak apa lah bu,, kita coba saja, siapa tau nanti kita dapat jackpot. Tidak akan tau kan kalau tidak mencoba, mumpung kasusnya juga belum naik ke kejaksaan" kata Nisa membuat bu Lastri menganggukkan kepala.
Tepat pukul setengah delapan, akhirnya keduanya pun keluar dari rumah menuju pasar tersebut. Kebetulan toko perhiasan yang di maksud bu Lastri baru saja buka, bu Lastri pun langsung menghampiri dan di sambut hangat oleh petugas toko perhiasan tersebut.
"pagi ibu, silahkan pilih emas yang mana?" tanya pegawai tersebut dengan ramah.
"ah eh,, emm tidak mbak, saya mau jual perhiasan punya saya. Bisa tidak?" tanya bu Lastri membuat pegawai itu tersenyum.
"tentu bisa bu jika perhiasan itu berasal dari toko kami, tapi kalau bukan dari toko kami. Maaf ya bu, tidak bisa" jawab pegawai tersebut dengan senyuman.
"dari toko ini kok mbak, saya waktu itu beli sama si cici. Kemana dia?" tanya bu Lastri.
"oh cici,, cici belum datang bu, beliau hari ini masuk siang" jawab pegawai tersebut.
"oh gituu,, pantas tidak kelihatan, oiyaa ini perhiasan saya" kata bu Lastri menyerahkan kota perhiasan yang isi nya cukup lumayan banyak.
"banyak juga bu,, ini mau di jual semua kah?" tanya pegawai itu sambil meneliti perhiasan milik bu Lastri.
"iyaa saya jual saja semua mbak, saya ada perlu soalnya" jawab bu Lastri membuat pegawai itu menganggukkan kepala.
"baik kalau begitu tunggu sebentar ya bu, biar saya timbang" kata pegawai tersebut membuat bu Lastri menganggukkan kepala.
Pegawai tersebut pun menimbang emas milik bu Lastri, begitu selesai ia membawa kembali emas tersebut dengan senyuman.
"emas ibu ada delapan puluh tujuh gram ya bu, kalau di uang kan seratus empat juta empat ratus karna emas perhari ini sudah satu juta dua ratus ribu. Untuk potongan pergramnya dua puluh ribu, jadi totalnya satu juta Tujuh ratus empat puluh ribu. Yang ibu terima bersih seratus dua juta enam ratus enam puluh ribu" kata pegawai tersebut membuat keduanya menganggukkan kepala dengan wajah berbinar.
"banyak juga ya mbak,, saya fikir akan dapat sekitar tujuh puluh juta saja" kata bu Lastri membuat pegawai tersebut tersenyum.
"itu lah enak nya punya emas ya bu, kalau ada butuh di jual keuntungannya banyak. Ya asal yang emas kadar besar aja sih, kaya emas ibu ini. Lumayan lah emas dua puluh dua, kalau aja emas dua puluh empat pasti dapatnya lebih besar lagi loh bu" kata pegawai tersebut.
Aku pun membenarkan apa yang ia katakan, karna harga emas memang sedang sangat tinggi sekali.
"iyaa bener banget mbak, bahkan yang beli dari tahun tahun sebelum nya pasti mendapatkan banyak keuntungan. Saya pernah lihat berita itu" kata bu Lastri.
"iyaa bu,,, ibuu uang ibu akan saya transfer melalui rekening toko ya, bisa minta nomer rekening ibu?" tanya pegawai tersebut.
"bisa langsung di transfer ya mbak? Berarti kita ga perlu pegang uang banyak dong ya?" kata Nisa membuat pegawai tersebut tersenyum dan menganggukkan kepala.
"iyaa mbak, di sini memang sistem seperti itu semenjak harga emas melonjak. Karna pasti banyak dari mereka yang menjual kembali emas-emas nya karna harganya yang pasti mahal. bahaya kan kalau bawa uang banyak, jadi untuk penjualan atau pembelian di atas lima juta kami gunakan sistem tranfer mbak. Kalau beli, cash juga boleh tapi batasnya pembelian sepuluh juta. Di atas itu harus di tranfer" jawab nya membuat Nisa menganggukkan kepala.
Bersambungg