Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rusun
"Saat kelulusan? Kenapa kamu begitu yakin?" Tanya Savier tidak mengerti.
"Hanya firasat..." Amelia sama sekali tidak dapat tersenyum mengingat isi dalam novel yang ditemukan olehnya.
Saat itu perhiasan milik Gina dan Siska menghilang. Tiara juga membongkar bahwa Amelia memiliki banyak hutang. Pada akhirnya Amelia menjadi satu-satunya orang yang paling dicurigai.
Kala itu Amelia menyeret koper meninggalkan rumahnya penuh dendam.
"Apa aku akan jatuh sampai tahap menjadi pencuri..." Gumam Amelia bergidik mengeri. Tapi memang dalam novel hanya ada adegan yang diambil dari sudut pandang orang ketiga. Bukan dari sudut pandang Tiara atau Amelia.
Entahlah... tapi dalam cerita novel yang ditemukan oleh Amelia, memang salah satu anting milik Siska ditemukan oleh Tiara dalam kamar Amelia.
Novel dimana memperlihatkan betapa bengisnya sosok Amelia yang setelah diusir pun tidak mau pergi, tidak mau mengakui kesalahannya.
"Amelia memang pencuri. Pencuri hatiku..." Savier menunjukkan tanda hati menggunakan jari tangannya.
Sedangkan Amelia mengerutkan keningnya, benar-benar wanita datar tanpa ekspresi, berada dalam jarak wajah yang begitu dekat dengan Savier.
"Ja...jangan terlalu dekat. A...aku jadi gugup." Ucap Savier memilih jemari tangannya sendiri.
"Mulai besok aku akan mengantar jemputmu. Jadi, dimana alamatmu." Pada akhirnya pertanyaan pamungkas yang membuat pemuda itu mengeluarkan keringat dingin.
Alamat... alamat? Itulah masalah terbesar dalam hidup Savier. Pemuda yang tersenyum canggung, nanti aku tunjukkan jalannya. Pemuda ramah penuh dengan senyuman, mengingat-ingat rusun yang dilewatinya saat dalam perjalanan ke sekolah.
Dapat! Dirinya benar-benar ingat, jalannya.
***
Mobil miliknya Amelia masih melaju menembus jalanan perkotaan."Kemana?" Tanya Amelia.
"Belok kanan, ta...tapi tempatku tinggal lumayan kumuh." Savier tertunduk gugup, bagaikan takut mengecewakan Amelia.
"Aku juga harus belajar untuk hidup sederhana. Sebelum..." Amelia menghelat napas mengingat cerita kematiannya yang tragis.
"Nah! Itu rusun tempatku... tinggal..." Savier mengerutkan keningnya. Saat siang tidak terlihat jelas. Tapi kala malam benar-benar terlihat. Hanya sedikit lampu yang menyala. Dalam artian tempat ini sudah pasti minim penghuni. Kata lainnya hampir dapat dikatakan terbengkalai.
"Ini?" Amelia mengamati daerah sekitar.
"A...antar sampai depan rusun saja. Rumahku berantakan, aku tidak nyaman." Savier turun dengan cepat, tidak ingin Amelia mengikutinya ke area dalam rusun.
"Oh...oke." Amelia masih duduk di kursi pengemudi. Lebih tepatnya tidak turun sama sekali."Benar kamu tinggal di rusun ini?" tanyanya.
"Be... benar memang sedikit penghuninya jadi harga sewanya murah. Ha...ha...ha..." Savier berusaha tertawa, tapi sejatinya ingin menangis rasanya.
"Oh... tidak pernah diganggu?" Pertanyaan dari Amelia membuatnya menelan ludah.
"Diganggu?" Tanya Savier.
"Aku hanya mendengar isu. Dulu ada dukun sakti yang tinggal di rusun ini. Mengambil tumbal untuk makhluk peliharaan nya. Setelah dukun sakti itu meninggal, para makhluk peliharaannya berkeliaran untuk mencari tumbal sendiri." Amelia masih terdiam dalam mobil menatap ke arah sekitar.
"Ada lagi, sepasang kekasih bunuh diri dengan cara melompat bersama dari lantai 18. Ada juga anak kecil yang tenggelam di kolam belakang. Juga... pembantaian satu keluarga karena dendam." Kalimat demi kalimat dari wanita yang begitu dingin bak boneka Annabelle ini membuat Savier menelan ludah.
Sial! Itu artinya dirinya dan Amelia akan tinggal di tempat horor ini. Jika Amelia diusir dari rumahnya. Apa tidak ada rusun lain!? Benar-benar bodoh rasanya.
"Tapi itulah yang mungkin membuat harga sewanya murah. Lumayan juga, lain kali aku akan main kemari. Da...daa...sayang." Amelia mengedipkan sebelah matanya, kemudian melajukan mobilnya.
Sedangkan Savier diam terpaku. Menatap mobil milik Amelia, kemudian menatap ke arah rusun yang begitu sepi dan kumuh. Hanya ada beberapa lampu yang menyala. Mungkin lift juga tidak berfungsi.
"Tidak apa-apa... tidak apa-apa... semakin menakutkan maka semakin ada alasan untuk bersama dengan Amelia." Gumam sang pemuda penuh senyuman. Wajahnya bagaikan malaikat, tapi sifatnya seperti malaikat kematian. Buat apa takut setan, seharusnya setan yang takut digusur olehnya.
Tangannya meraih ke arah tasnya. Mengambil handphone android miliknya.
"Jemput aku di rusun Mawar." Ucap Savier menghubungi seseorang.
Tidak lama, hanya berselang beberapa menit mobil Porsche berwarna hijau tua berhenti di hadapannya.
Pemuda yang memasuki mobil setelah sang supir membukakan pintu."Aku perlu istirahat hari ini benar-benar melelahkan."
"Tuan muda, tangan anda terluka. Apa tidak sebaiknya kita ke---" Kalimat sang supir disela.
"Biarkan luka ini berbekas. Karena setiap dia melihat luka ini dia akan merasa kasihan padaku. Lebih tepatnya rasa bersalah. Amelia..." Gumamnya menyeringai.
Tokoh novel yang menghilang saat acara kelulusan Amelia, karena akan menempuh pendidikan di luar negeri. Baru terlihat kala ending novel kala pernikahan Tristan dan Tiara terjadi.
Pemuda yang hadir penuh senyuman memberikan selamat. Dapat dibayangkan jika cerita novel dilanjutkan ke volume kedua, villain macam apa yang akan tercipta.
***
Siska mengupas buah apel sembari menghela napas berkali-kali. Savier benar! Jika cinta akan melindungi bukan merusak. Berarti selama ini cuma dirinya yang mencintai sedangkan Roni sama sekali tidak menyimpan perasaan padanya.
Penyakit galaunya kembali, mengiris potongan buah apel, membuatnya bagaikan memiliki telinga kelinci.
"Kenapa kamu sedikit bicara?" Tanya Gina pada putrinya, sembari memakan potongan buah apel.
"Ibu...aku bertengkar dengan Roni." Siska kembali menghela napasnya.
"Tapi pernikahan kalian sudah diambang pintu. Kedua orang tua sudah bertemu, tinggal menentukan tanggal pastinya saja." Seorang ibu yang berusaha keras untuk bersabar."Sebenarnya ada masalah apa? Apa karena Amelia memergoki kalian? Tapi itu memang salah..."
Siska menggeleng."Katanya aku terlalu protektif. Kami masih dalam vase vacum. Pacaran tidak, putus juga entahlah."
"Hanya karena masalah kecil? Mungkin terkadang seseorang terlalu emosional. Tapi berpisah adalah keputusan terakhir. Saat kamu memutuskan untuk berpisah itu artinya dia dapat memiliki pasangan lain dan kamu juga. Jika kamu mendapatkan yang lebih baik tidak apa-apa. Tapi kalau yang lebih buruk?" Nasehat dari Gina tidak ingin putrinya terlalu terburu-buru mengambil tindakan.
"Entahlah... sebelum menikah sudah seperti ini apalagi jika sudah menikah. Dia memintaku membuktikan cinta sebelum pernikahan. Tapi cintanya sendiri tidak terbukti. Ibu bayangkan saja jika Roni meminta hal yang sama pada wanita lain." Komat-kamit Siska mengomel.
"Jadi keputusanmu?" Tanya Gina, berusaha netral.
"Tidak tau!" Jawab Siska menghela napas. Wanita yang sedikit mengalihkan pembicaraannya. Benar-benar ingin tahu."Ibu dan ayah tau darimana Amelia tertukar dengan Tiara? Sebenarnya bagaimana bisa tertukar? Lalu dimana orang tua kandung Amelia sekarang?'
Gina menikmati secangkir teh di hadapannya. Menghela napas, mengingat bagaimana semuanya dapat terbongkar. Sebuah kenyataan pahit, Amelia yang dibesarkan dalam kemewahan ternyata bukan putri kandung mereka.
"Jadi sebenarnya..."
kangen sama ceritanya
yg bikin novel lgi lgi bermain adil..mmbri kesempatan antagonis& protagonis untk merubah takdir. kl amelia jls berubah,ntahlah klo tiara...mngkin makin mrjaa lela kebobrokannya,,, ato mngkin taubat..hnya othor yg maha tau sgl ceritanya🙃
kayaknya antara amelia& tiara semua bukan putrinya gina...ke2 nya putri palsu🤗
apakah ada yg balik lagi kah ke masa lalu😱😱😱
yg bnr tuh dikau lupa daratan !!!
dasar jangkrik....🤣🤣🤣🤣