NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 – Gerbang Masa Depan Kampus UI

Pagi itu, suasana rumah keluarga Purnomo dipenuhi hiruk pikuk kecil. Arunika sudah rapi dengan seragam kemeja putih, celana kain abu-abu, dan sepatu hitam. Tas barunya tersandang di bahu. Wajahnya masih polos, hanya diberi bedak tipis oleh ibunya, Eka. Ia tampak gugup sekaligus bersemangat.

Purnomo sendiri sudah menyiapkan diri sejak subuh. Jas hitam sederhana dikenakan, rambut disisir rapi. Ia ingin mengantar putri satu-satunya ke gerbang masa depan dengan penuh kebanggaan.

“Ingat ya, hubungi Ayah jika terjadi sesuatu. Lapor semua kegiatan masa orientasi!” pesan Purnomo saat mereka tiba di depan gerbang Universitas Indonesia.

“Iya, Ayah,” jawab Arunika sambil tersenyum, meski hatinya berdebar.

“Kalau kamu pulang sebelum jam sebelas, bilang Ayah duluan. Jangan tiba-tiba menghilang,” lanjut Purnomo, matanya penuh kekhawatiran khas seorang ayah.

Arunika menunduk, lalu mencium punggung tangan Purnomo dengan lembut. “Insyaallah, Yah. Doakan aku ya.”

Purnomo mengangguk pelan. Ia ingin berlama-lama di sana, tapi tahu putrinya harus mandiri. Dengan berat hati, ia pun memutar kemudi mobil, meninggalkan Arunika di depan gerbang kampus.

Namun, Arunika tak langsung masuk. Ia tetap berdiri di bawah naungan pohon besar dekat gerbang. Tasnya digenggam erat, matanya sibuk meneliti wajah-wajah yang lewat. Harapannya sederhana: menemukan sosok Raka.

Sudah lima belas menit ia menunggu. Gerbang UI begitu ramai. Mahasiswa baru berdesakan masuk, sebagian sudah dikelompokkan oleh panitia orientasi. Arunika mulai resah. Janji Raka terngiang kembali.

“Aku tunggu kamu di gerbang Universitas Indonesia.”

Kini justru ia yang menunggu.

Arunika melirik jam tangannya. Waktu masuk tinggal sebentar lagi. Dadanya sesak, tapi ia mencoba realistis. Mungkin Raka terlambat. Mungkin aku yang terlalu cepat datang.

Ia menghela napas panjang. “Baiklah, aku masuk dulu,” gumamnya pada diri sendiri.

Baru saja ia hendak melangkah, seorang tukang ojek berhenti di dekatnya. “Ojek, Neng? Mau masuk kampus? Lumayan jauh kalau jalan.”

Arunika berpikir sebentar. “Berapa, Mang?”

“Dua puluh lima ribu aja!"

Arunika sempat kaget. Ongkos itu terasa mahal hanya untuk jarak beberapa kilometer ke fakultasnya. Tapi ia sadar tak punya banyak pilihan. Ia pun menyerahkan uang pas, lalu dibonceng masuk.

Angin menerpa wajahnya. Arunika menggenggam erat tasnya sambil merenung. 'Apa Ayah nanti mau belikan motor? Mahal sekali kalau tiap hari naik ojek!'

Sesampainya di lapangan fakultas ekonomi, suara teriakan panitia orientasi sudah terdengar.

 “Mahasiswa baru, segera baris! Jangan terlambat!”

Arunika buru-buru turun dari ojek. Ia berlari kecil, menyesuaikan langkah dengan rombongan lain.

Satu jam berlalu. Perkenalan singkat dari panitia berlangsung meriah. Mereka mengenalkan visi kampus, sejarah fakultas, hingga aturan-aturan dasar.

Namun sepanjang acara, mata Arunika terus mencari. Pandangannya menelusuri barisan mahasiswa, tribun penonton, bahkan panitia di panggung. Tapi Raka tak juga terlihat.

"Kita keliling kampus!' ajak salah satu anggota BEM.

Mereka berkeliling,.ternyata di sana tidak hanya ada satu fakultas berdiri. Tetapi sangat banyak, Arunika baru menyadari kebodohannya.

"Ah, pantas aku nggak ketemu Raka!' keluhnya dalam hati.

Setelah mengenal kampus, mereka pun kembali ke lapangan. Para senior mulai membagi kelompok. Arunika masuk di kelompok berjumlah lima belas orang.

''Nama kelompok kita adalah Empeng bocor ya!" sahut ketua kelompok.

'Kami nggak nyuruh kalian beli macem-macem. Tapi, kalau beliin es krim boleh dong!" sahut salah satu anggota Bem.

"Oh, boleh Kak! Kebetulan itu ada es nong-nong!' sahut salah satu junior.

"Udah nggak usah ditanggepin ya. Kakak ini bercanda kok!" ujar salah satu ketua kelompok.

"Kita juga Kak!" sahut junior berani.

Arunika sangat beruntung bersama dengan anak-anak yang berani dengan para senior. Ia yang introver, pasti akan kesulitan beradaptasi.

Istirahat siang tiba. Mahasiswa baru dipersilakan membeli makanan di kantin atau sekadar duduk di bawah pohon rindang. Arunika memilih duduk sendirian di bangku dekat lapangan. Ia membuka bekal kecil yang disiapkan ibunya.

Roti isi sederhana. Namun lidahnya terasa hambar. Bukan karena rotinya, tapi karena hatinya kosong.

Ia menatap layar ponsel yang baru saja dibelikan ayahnya karena kelulusannya kemarin. Tak ada nomor lain selain nomor sang ayah.

"Hei, kamu Arunika anak fakultas Ekonomi dan Bisnis kan?" tanya seorang gadis berambut sebahu.

"I-iya," jawab Arunika terbata.

"Oke, kita kenalan yuk. Nama Aku Media! Kamu boleh panggil aku Medi!" ujar gadis itu memperkenalkan diri.

Arunika menjabat tangan Medi dengan sangat pelan dan takut-takut. Medi.duduk di sisi Arunika.

"Kamu introvert ya?" terkanya.

"Kamu tau?" tanya Arunika lirih.

"Kakakku juga kek kamu! Tak suka sama keramaian. Malah lebih parah kakak Aku. Dia nggak bisa banget di tempat ramai seperti ini!" jawab Medi dengan pandangan ke depan.

"Makanya Tuhan sangat baik, Kakak dipanggil dua tahun lalu akibat kanker hati! Karena ia diam, kami nggak tau kalau dia sakit!" lanjutnya sedih.

"Maaf ...," ucap Arunika sedikit bingung.

"Hei ... kamu nggak salah kok!' ujar Medi menenangkan Arunika.

Lalu ia menatap ponsel Arunika dan meminta bertukar nomor.

"Oke, kita pasti ketemu setiap hari. Jangan khawatir, aku jagain kamu dari orang-orang usil!" ujar Medi kembali menenangkan Arunika yang selalu gugup.

Istirahat selesai, semua kembali ke barisan. Ada perlombaan kecil-kecilan, itu pun tanpa paksaan. Arunika yang introvert tentu memilih diam dan berdiri.

Tak terasa sore menjelang. Orientasi hari pertama selesai. Semua mahasiswa diarahkan pulang atau kembali ke kos masing-masing. Arunika kembali berdiri di dekat gerbang fakultas. Pandangannya sekali lagi menyapu keramaian.

Media berpamitan dengannya, sosoknya yang periang. Mampu membuat Arunika merasa nyaman. Walau begitu, hati Arunika merasa kosong.

Ia mencari keberadaan Raka.

Namun, sosok yang ia cari tak kunjung kelihatan. Di banyaknya orang lalu lalang. Tentu Arunika kesulitan menemukan Raka.

Tak lama, sebuah mobil BMW datang, Purnomo menjemputnya. Ia pun naik dan duduk di sisi kemudi.

"Bagaimana Nak?" tanya Purnomo ketika mengemudikan mobilnya.

"Alhamdulillah cape Yah!" jawab Arunika kelelahan.

Purnomo.tertawa, ia sangat tau bagaimana sulitnya Arunika menjalani masa orientasi.

"Berusaha lah berbaur, Nak! Ketika masuk dunia kerja. Kamu pasti akan kesulitan mendapat pekerjaan!" suruh Purnomo dengan mata masih tetap fokus di jalanan

"Iya Ayah!" sahut Arunika mengerti.

"Eh, sebenarnya tadi aku dapat teman baru Yah!" ujarnya setelah beberapa lama diam.

"Oh ya, siapa?" tanya Purnomo dengan nada sedikit ditekan.

"Namanya Media Gisela," jawab Arunika membuat Purnomo sedikit lega.

"Anaknya baik, ceria ... Dia punya almarhum kakak yang sama sifatnya seperti aku," lanjutnya dan Purnomo hanya diam menyimak.

Arunika menceritakan apa yang teman barunya itu obrolkan. Purnomo tetap diam dan menyimak, walau ada sedikit ketakutan dalam dirinya.

Kendaraan itu sampai rumah, gerbang terbuka otomatis. Lalu mobil itu masuk ke dalam pekarangan rumah. Keduanya turun dan memberi salam ketika masuk rumah

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!' balas Eka menyambut keduanya.

Bersambung.

Ayah masih takut melepas Arunika.

Next?

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
raka kenapa ya?
nurry
💪💪💪💪💪
nurry
maju terus Raka terjang rintangannya, kamu pasti bisa 💪
nurry
kaya manggul beras sekarung kali ya kak othor 🤭🤭🤭
Deyuni12
Raka
kamu bisa datang d saat kamu sudah siap dalam hal apapun,buat ayah Purnomo terkesan dengan perjuangan mu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
datanglah saat kau siap raka.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah.. 🥹🥹🥹... pasti sulit mengajarkan mandiri pada putri yang selalu ingin kau lindungi seperti dalam bola kristal, ya kan?setidaknya dirimu sudah mencoba ayah
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang berat, raka. tapi kalau cinta ya berjuang donk.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah, jangan rusak mental arunika dengan ke posesif an muuuu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalau perhatian di rumah cukup. tak perlu cari perhatian di luar lagi
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika & media cocok
Deyuni12
keren
Deyuni12
butuh perjuangan,cinta tak segampang itu,,hn
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit lagi, raka. arunika di fakultas ekonomi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika begitu banyak mendapatkan limpahan kasih orang tuanya. sementara raka?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian pasti akan dipertemukan oleh author. sabar ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
UI itu besar banget. wajar kalau pakai kendaraan. seharusnya ayah jemput di fakultasnya aja
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa kemarin gak tanya raka fakultas apa?
Ni nyoman Sukarti
ceritanya bagus....jadi kangen sm ibu dan bapak😇😇🙏
Ni nyoman Sukarti
Author....semua karya novel mu sangat bagus dan berkesan, baik dari alur cerita, tema dan karakternya, mempunyai value, edukatif dan motivasi bagi pembaca. Tidak membosankan. Sukses selalu ya Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!