NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:946
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Boneka di Balik Tirai

Udara di ruangan asing itu begitu berat, seolah-olah setiap tarikan napas menambah beban di dada. Jinwoo merasakan keringat dingin menetes di pelipisnya meskipun tubuhnya masih dalam kondisi setengah hancur. Tangannya menggenggam erat pedangnya, jemarinya bergetar menahan insting bertahan hidup yang berteriak dalam dirinya.

Leonhard, meski kehilangan sayapnya dan tubuhnya penuh luka, tetap berdiri tegak dengan api tipis yang menari di telapak tangannya. Takeshi, dengan pedang terhunus, menatap tajam ke depan meski detak jantungnya terasa seperti genderang perang yang tak henti.

Ezekiel menahan tubuhnya agar tak roboh, matanya menyipit penuh perhitungan, sementara Selene berdiri di samping Jinwoo, cahaya suci tipis mengalir di sekitarnya seolah berusaha melawan hawa gelap yang memadat di udara.

Di hadapan mereka, Revenant—makhluk humanoid tanpa wajah—hanya tertawa. Tawa yang terdengar seperti gema dari ribuan suara, bercampur dalam satu harmoni mengerikan.

“Apakah kalian… takut?” Suaranya menusuk telinga, getir dan dalam. “Khawatir? Putus asa?”

Jinwoo menggertakkan giginya. “Kau ini apa? Dan… di mana ini sebenarnya?”

Revenant mengusap dagunya, menatap layar-layar raksasa yang menampilkan miliaran Hunter dan manusia yang berjuang, menangis, dan mati. “Hmm… aku? Sulit menjelaskan dengan cara yang bisa kalian pahami. Tapi, aku akan sederhanakan.” Ia menunduk sedikit, tubuhnya bergetar kecil sebelum berkata:

“Aku adalah sistem.”

Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam kepala Jinwoo. Pandangannya membeku.

“Si… sistem?” Napasnya tercekat. “Maksudmu… kau adalah sistem yang selama ini memberi kami kekuatan?”

Revenant mengangguk perlahan, gerakannya seperti bayangan yang mengalir. “Ya… semacamnya. Tapi itu terlalu sederhana. Kau bisa menyebutku sebagai host. Aku adalah inti dari semua aturan, semua misi, semua hadiah… dan semua hukuman.”

Tiba-tiba, tubuhnya bergetar lalu menghilang dari tempatnya berdiri. Dalam sekejap, ia sudah ada tepat di depan Jinwoo. Jarak mereka hanya sebatas satu tarikan napas. Jinwoo tersentak, refleks hendak menebas, tapi tubuhnya membeku karena terlalu lambat.

“Aku tidak pernah ingat memberimu kekuatan sebesar ini,” bisik Revenant dingin. “Bagaimana kau bisa mengalahkan Azhmodeus? Ia seharusnya tidak terkalahkan. Ia ditakdirkan membawa malapetaka ke bumi. Tapi kau…” Ia menundukkan kepala sedikit, seakan menatap wajah Jinwoo meski tak punya mata. “Kau menghancurkan naskahnya.”

Jinwoo tetap diam, matanya penuh kebencian.

Revenant tertawa kecil, lalu berbalik sambil mengangkat tangannya ke arah layar-layar. “Kau tahu betapa terkejutnya aku? Sebagai host, aku mengatur arus permainan. Tapi kau… kau membuat arusnya liar, tak terduga. Akibat ulahmu, aku dimarahi para Administrator. Aku dicap tidak becus… hampir dicopot dari tugasku.” Suaranya bergema lebih rendah, penuh kemarahan yang disembunyikan. “Kau tahu betapa putus asanya aku, Jinwoo?”

Jinwoo menatap layar-layar itu, menelan ludah. Ratusan adegan pertempuran Hunter, pengorbanan, tangisan anak-anak, semuanya ditampilkan seperti tontonan murahan. “Jadi selama ini… kau selalu mengawasi kami? Semua perjuangan kami, semua darah yang kami tumpahkan… hanyalah hiburan bagimu?”

Revenant mengangkat bahu ringan. “Aku? Tidak hanya aku. Kami.” Suaranya menekan kata itu. “Para Administrator. Mereka menonton. Mereka menikmati. Mereka tertawa saat kalian menangis, bersorak saat kalian hampir mati. Apa menurutmu perjuangan dan pengorbanan kalian punya arti? Hanya… tontonan.”

Takeshi meludah ke tanah, wajahnya merah. “Dasar… bajingan!”

Revenant menoleh padanya, lalu kembali ke Jinwoo. “Kalian menarik karena kalian punya… emosi. Ketakutan, keputusasaan, amarah, cinta. Itulah bumbu hiburan kami. Aku mengatur kalian seperti bidak catur, memastikan ada yang jatuh, ada yang bangkit. Bukankah itu indah?”

Jinwoo mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih. “Indah katamu? Banyak orang mati karena ulahmu. Banyak anak kehilangan masa depan mereka! Kau membuat dunia ini neraka, dan menyebutnya hiburan?!”

Seketika Jinwoo melesat, pedangnya menyala dengan sisa energi yang tersisa. Sorot matanya tajam, penuh amarah yang mendidih. Namun begitu ia hampir menebas Revenant—

Tiba-tiba tubuhnya berhenti. Membeku di udara. Mata Jinwoo melebar. Ia tak bisa bergerak, seolah tubuhnya dipaku oleh kekuatan tak kasatmata.

Revenant mendekat, suara dinginnya mengiris telinga. “Yang lemah… akan mati. Di mana letak serunya jika dunia dipenuhi orang lemah? Aku tidak ingin menonton orang-orang yang hanya bersembunyi di bawah kasur mereka. Membosankan.”

“Kuaghh!” Jinwoo mencoba melepaskan diri, tapi tubuhnya tetap kaku.

Takeshi berteriak dan melesat, pedangnya terangkat tinggi. Ezekiel juga merapal mantra kilat. Namun keduanya mendadak ikut membeku di udara, tubuh mereka kaku seperti patung. Leonhard meraung marah, api meluap dari tangannya, tapi seketika padam begitu saja. Selene pun tak luput, tubuh mungilnya ikut terhenti, cahaya sucinya padam.

Mereka semua tak berdaya.

Revenant berdiri di tengah mereka, suara suci dan kejam sekaligus. “Kalian hanya boneka sirkus.” Ia mengepalkan tangannya perlahan.

Sekejap kemudian, tubuh Jinwoo dan rekan-rekannya serasa diremukkan dari dalam. Gravitasi aneh menekan mereka dari segala arah, membuat tulang-tulang mereka berderak.

“ARGHHH!!” Takeshi menjerit, darah muncrat dari mulutnya.

Leonhard terjatuh berlutut, raungan marahnya berubah menjadi pekikan kesakitan.

Selene menahan tangis, wajahnya pucat, darah menetes dari hidungnya.

Ezekiel berusaha bertahan, tapi mantranya langsung buyar, tubuhnya terpelintir menahan tekanan.

Dan Jinwoo… darah menetes dari bibirnya, matanya merah karena pembuluh darah pecah. Tapi ia tetap menatap lurus ke arah Revenant.

Revenant mendekat, wajah tanpa wajah itu hanya satu jengkal dari wajah Jinwoo. “Kalian menghancurkan segalanya. Kalian membuatku malu. Kalian membunuh ciptaan paling sempurnaku—Azhmodeus. Sekarang…” Ia mengangkat tangannya lebih tinggi, tekanannya semakin menghancurkan tubuh mereka.

“…bagaimana kalian akan membayarnya?”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!