seorang pemuda 23 tahun yang tidak memiliki pekerjaan diusir paksa oleh keluarga nya karena sang adik tiri yang lebih berguna dibanding dirinya
setelah diusir dari rumah oleh orang tuanya, dia mencoba mencari pekerjaan dengan hanya mengandalkan ijazah SMA.
setelah mencari begitu lama, dia sama sekali tidak menemukan pekerjaan karena alasan ijazah nya yang kurang meyakinkan.
tapi entah apa yang terjadi tiba-tiba sebuah truk melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi, hal itu menyebabkan dirinya terpental jauh.
akan kah pemuda itu tetap selamat?
silahkan baca novel ini jika kalian penasaran akan kelanjutan nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyzque, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 12
Setelah beberapa pertanyaan yang cukup berhubungan dengan kehidupan dion sehari-hari dan membuat beberapa peraturan, akhirnya dion bisa mulai mengajar dengan tenang.
"baiklah, mari kita mulai pelajaran hari ini," ucap dion.
…………
setelah mengajar selama 4 jam, dion langsung mengakhiri pelajaran nya hari ini, dion awalnya ingin langsung pulang dan tidur.
tapi rektor kampus malah memanggilnya ke ruangan nya, pada akhirnya dion harus pergi kesana terlebih dahulu.
"permisi," ucap dion.
"oh dion, langsung masuk saja," ucap seseorang dari dalam ruangan.
dion pun langsung menuruti dan masuk kedalam ruangan, saat masuk dion sedikit terkejut, karena rektor universitas itu adalah orang yang dia kenal.
"eh theo?," ucap dion.
"hahaha…, kukira kamu sudah melupakan ku," ucap theo.
"mana mungkin aku lupa, kata leo kamu itu orang yang sangat, ternyata kamu sibuk karena jadi rektor?," ucap dion.
"eh itu…, sebenarnya yang jadi rektor itu papa ku, kalau aku masih kuliah s2 disini," ucap theo.
"hah!?, jadi kamu bakal lanjut sampai s2 atau s3?," tanya dion.
"iya jelas s3, kan aku mau jadi dosen muda yang terkenal karena ketampanan nya," ucap theo.
"hahaha…, kamu ternyata masih suka nge halu," ucap dion.
"mana ada halu halu, itu bakalan jadi kenyataan ya," jawab theo dengan ekspresi kesal.
"haha!!," tawa dion makin pecah melihat ekspresi sahabatnya itu.
karena baru bertemu, mereka lanjut mengobrol hingga sore, dan mereka sadar jika hari sudah sore setelah seorang mahasiswi masuk.
"permisi pak rek-," dia langsung terdiam karena bukannya melihat sang rektor, dia malah melihat dua penampakan yang membuat bulu kuduk merinding.
dion dan theo juga reflek menoleh ke arah pintu, mereka bisa melihat seorang gadis yang tidak lain adalah laura.
"laura?, ada keperluan apa?," ucap dion langsung mengganti ke bahasa formal.
"e-er…itu, saya mau menyerahkan berkas klub seni pak," jawab laura.
sedangkan theo dibuat sedikit bingung, karena dia mengira jika dion datang karena ingin mendaftar atau baru pindah, dan bukan menjadi seorang dosen.
"pak?, ion habis mu apain anak orang sampai kayak gitu," ucap theo.
dion langsung menatap tajam kearahnya dengan ekspresi seolah-olah ingin merobek nya hingga menjadi debu.
"nggak ada ya, kita itu cuma guru dan murid," ucap dion.
"iya bener kak, pak dion itu dosen baru yang datang buat magang," ucap laura.
"hah?, ion kamu udah jadi dosen?, gitu ya sekarang ngga mau ngasih tau sahabat mu," ucap theo.
"siapa suruh ngga nanya," ucap dion.
mereka berdua langsung berdebat dan tidak memperdulikan laura, sedangkan laura yang di kacangin langsung maju dan menarik telinga mereka berdua.
"kalian berdua ini, bukannya ngasih tau tempat rektor malah debat sama ngacangin gadis yang cantik kayak bidadari ini," ucap laura yang sudah terlanjur kesal.
"a-aa, iya-iya ra lepas dulu," ucap theo.
"iya laura, lepas dulu," ucap dion.
"tapi kalian jangan debat lagi," ucap laura.
"iya…," jawab mereka bersama-sama.
laura pun langsung melepaskan tarikannya, setelah dilepaskan terlihat telinga dion dan theo memerah semerah amarah pasangan.
"nah sekarang pak rektor dimana?," tanya laura.
"dimana ya?, tanya tau theo," ucap dion.
"aku juga nggak tau," jawab theo.
"huh!, kalian ini sebenernya dosen sama senior atau mahasiswa baru sih?," ucap laura.
"saya mah masih baru hari ini," ucap dion.
"sama aku juga baru pulang dari luar negeri," ucap theo.
pada akhirnya laura keluar sambil membanting pintu ruangan, memang ketika kedua sahabat ini bertemu, mereka sering membuat banyak orang kesal.
mulai saat di SMA, hampir setiap hari aveline akan menarik telinga mereka berdua ketika berdebat.
"eh? dah sore, kalau gitu aku pulang duluan ya," ucap dion.
"sip, hati-hati dijalan ion, jangan sampe terbang," ucap theo.
dion akhirnya keluar dari ruangan dan berjalan menuju parkiran, saat dia sampai di parkiran, dia melihat laura yang sedang sibuk mengotak-atik mobilnya di depan gerbang kampus.
dion langsung masuk ke mobilnya dan melaju keluar kampus, tapi sebelum itu dia berhenti di dekat laura yang sedang sibuk dengan mobilnya.
"kenapa mobilnya laura?," tanya dion.
"ini pak, bensin nya habis," jawab laura.
"hm?, mobil semahal itu ngga ada bensin?, emang ngga kamu cek dari tadi pagi sebelum berangkat?," tanya dion.
"hehe…, ngga pak, tapi saya udah isiin fulltank kok seminggu yang lalu," jawab laura.
mendengar itu, dion hanya bisa menghembuskan nafas panjang sambil menepuk jidatnya.
"yaudah kamu diem aja disini," ucap dion.
"bapak mau beliin saya bensin?," tanya laura dengan ekspresi senang.
"nggak juga, maksud saya tunggu aja theo keluar, habis itu minta bantuan sama dia," ucap dion.
"ihh! kok gitu sih pak," ucap laura.
"kalau gitu, saya nebeng di bapak aja,"ucap laura.
"eh?, terus mobil kamu mau dia apain," ucap dion.
"nanti juga ada yang jemput kok pak," ucap laura yang tiba-tiba sudah ada di samping kemudi.
"huh!!, yaudahlah," ucap dion yang semakin stres menghadapi para wanita beberapa hari ini.
"yey!!, ke perumahan laurent city ya pak, rumah nomor 3," ucap laura.
"hm?, laurent city?," tanya dion.
"iya pak, saya tinggal di perumahan itu," ucap laura.
dion dengan berat hati langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, pagani huayra nya selalu saja membuat para pengendara lain terkesan.
karena terlalu sering menjadi pusat perhatian, dion merasa sudah saatnya membeli mobil yang bisa digunakan sehari-hari.
setelah berkendara sekitar 20 menit, akhirnya mereka sampai di perumahan laurent city, dion langsung membawa laura menuju rumahnya.
tapi bukannya berhenti di rumah nomor 3, dion malah berhenti di rumah nomor 1, hal itu membuat laura sedikit panik, karena kata orang tuanya, pemilik rumah nomor 1 adalah orang yang sangat menakutkan.
"p-pak, rumah nomor 3 udah lewat," ucap laura.
"hm?, ngga papa lah, jaraknya dekat kan?," ucap dion.
"t-tapi pak," belum selesai dengan kalimatnya, mereka sudah berhenti di halaman rumah dion.
"ayo turun," ucap dion.
laura seketika langsung turun dari mobil, dan diikuti oleh dion, laura yang sudah ditakut takuti oleh orang tuanya, sekarang semakin takut oleh dion.
karena terlalu gugup dan takut, dia tidak sengaja menggandeng tangan dosennya itu, dan pada akhirnya dion tidak bisa menahan tawa nya lagi.
"ihh!, kenapa bapak ketawa sih," ucap laura.
"haha…, kamu jadi pulang apa nggak?," tanya dion.
"ya jadi…, tapi kenapa bapak bawa saya kesini, kata mami saya, orang yang tinggal disini serem loh," ucap laura.
tapi ketika mereka sibuk dengan pembicaraan mereka, satpam dion datang dan menyapa.
"tuan…, mau langsung masuk atau duduk di sini dulu?," tanya si satpam.
"tunggu bentar pak, hahaha!…," jawab dion.
laura yang baru sadar jika pemilik rumah yang disebut seram itu adalah orang yang digandeng saat ini, langsung menatap tajam kearah dion.
...****************...