NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35 Malam yang Membisu

Malam itu, rumah Adrian begitu hening. Tidak ada suara percakapan, hanya derap langkah kaki Adrian yang terdengar menuruni tangga setelah ia selesai menerima telepon bisnisnya. Di ruang tamu, ia mendapati Alira masih duduk di sofa, memeluk bantal, menatap kosong televisi yang sudah lama ia matikan.

Adrian menghela napas pelan, lalu berdeham mencoba memecah keheningan.

“Besok kamu kuliah, kan?” suaranya terdengar ringan, seolah berusaha mencairkan suasana.

Alira menoleh sekilas, bibirnya ingin sekali bergerak memberi jawaban panjang, tapi yang keluar hanya satu kata, lirih.

“Iya.”

Habis itu, ia bangkit berdiri tanpa menunggu reaksi Adrian. Tubuhnya bergerak tenang, tapi jelas sekali bahwa hatinya sedang penuh guncangan. Langkahnya menuju kamar tidak cepat, tidak pula lambat, seolah disengaja untuk menegaskan jarak yang mulai terbentuk di antara mereka.

Adrian memandanginya pergi, lalu tersenyum kaku. Ia tahu Alira sedang berusaha menjaga dirinya agar tidak pecah di hadapannya.

Beberapa menit kemudian, Adrian menyusul ke kamar. Saat pintu didorong pelan, ia menemukan Alira sudah berbaring, membelakangi dirinya. Nafasnya terdengar teratur—seolah tidur lelap.

Namun Adrian tahu, itu pura-pura.

Ia bisa melihat dari gerakan kecil bahu Alira, yang tidak seharmonis orang yang benar-benar tertidur.

Adrian duduk di tepi ranjang, memperhatikan punggung mungil istrinya itu. Tangannya perlahan terulur, hampir menyentuh rambut Alira yang tergerai lembut di bantal. Tapi tepat sebelum jemarinya mengenai, ia menarik tangannya kembali.

Ada sesuatu yang ingin ia katakan. Kata-kata yang selama ini menumpuk di dadanya, tapi sulit sekali keluar. Bibirnya sempat terbuka, namun yang keluar hanya helaan napas panjang.

Ia pun merebahkan diri di samping Alira, menatap punggungnya dalam gelap.

Hanya keheningan yang menjawab.

Alira bangun lebih dulu. Dengan langkah tenang, ia menyiapkan dirinya untuk kuliah. Hatinya masih penuh tanda tanya. Ia tidak tahu kenapa setiap kata yang pernah diucapkan Clarisa kemarin, seperti tertanam dalam kepalanya. Tentang cinta Adrian, tentang masa lalu yang tidak pernah diceritakan.

Di meja makan, Adrian sudah duduk dengan koran terbuka. Ia menatap Alira yang berjalan ke arahnya, tapi lagi-lagi kehangatan yang ingin ia ciptakan tidak menemukan tempat.

“Jangan lupa sarapan,” katanya.

Alira hanya mengangguk, mengambil segelas air putih, lalu berkata pelan, “Aku berangkat dulu.”

Tak ada percakapan hangat. Hanya suara pintu yang menutup saat Alira meninggalkan rumah.

Udara pagi seolah memberi sedikit kesejukan pada hati Alira. Ia mencoba memfokuskan diri pada kuliah. Setiap catatan dosen ia tulis rapi, seakan otaknya ingin dipaksa penuh dengan ilmu agar tidak ada ruang untuk memikirkan Adrian—atau Clarisa.

Namun, saat jam istirahat tiba, langkah kakinya terhenti di koridor fakultas. Sosok yang sudah ia kenal dengan baik berdiri di ujung sana—Clarisa. Dengan blouse putih dan rok hitam, ia tampak anggun sekaligus menusuk mata.

“Alira.” Clarisa menyapanya dengan senyum tipis yang terdengar manis, namun menyimpan duri.

Alira menghela napas, mencoba tetap tenang. “Clarisa. Ada apa kamu di sini?”

Clarisa mendekat dengan langkah elegan. “Kebetulan aku ada urusan dengan salah satu dosen. Tapi, aku juga ingin bicara denganmu.”

Alira mengangkat alis. “Bicara apa? Kalau soal Adrian, aku sudah bosan dengar.”

Clarisa terkekeh kecil, lalu mendekat hingga jarak mereka hanya satu langkah. “Kamu tahu, ada sesuatu yang membuatku kasihan padamu.”

“Maksudmu?” Alira mencoba tetap berdiri tegak.

“Adrian.” Clarisa menatap mata Alira lurus. “Dia… belum pernah benar-benar menyentuhmu, kan? Jangan bohong, Alira. Aku bisa menebak dari caramu berjalan, caramu menatapnya. Tidak ada keintiman seorang istri.”

Darah Alira seolah berhenti mengalir. Ia ingin menyangkal, tapi kata-kata Clarisa terasa seperti kebenaran yang memalukan.

Clarisa tersenyum puas melihat ekspresi itu. “Kamu tahu kenapa? Karena kamu tidak menarik baginya. Kamu bukan tipenya. Tubuhmu… terlalu polos, terlalu datar. Sedangkan aku—” ia berhenti, bibirnya tersenyum penuh kemenangan, “—aku pernah menjadi satu-satunya yang bisa membuatnya lupa segalanya.”

Alira menahan napas. Jantungnya berdegup cepat, tapi ia berusaha keras agar wajahnya tidak menunjukkan kelemahan.

“Kalau memang begitu, kenapa kamu masih saja datang padaku? Kalau Adrian begitu sempurna dalam ingatanmu, seharusnya kamu tidak perlu repot menghinaku, kan?” suaranya terdengar dingin, meski matanya sedikit bergetar.

Clarisa terkekeh lagi. “Aku hanya ingin kamu sadar. Jangan terlalu percaya diri sebagai istri. Pernikahanmu hanya hasil perjodohan, Alira. Hati Adrian tidak pernah benar-benar menjadi milikmu.”

Alira menggenggam erat bukunya. Setiap kata yang Clarisa ucapkan terasa seperti pisau menusuk. Namun ia memilih untuk membalikkan badan dan berjalan pergi.

“Sudah selesai? Aku ada kelas lagi. Jangan buang waktuku dengan ceritamu yang tidak berguna.”

Kakinya melangkah cepat, tapi hatinya terasa semakin berat.

Sore itu, Alira kembali ke rumah. Adrian menyambutnya dengan tatapan penuh tanya, seolah ingin memulai pembicaraan yang serius. Namun melihat wajah pucat istrinya, ia hanya berkata, “Kamu capek?”

Alira meletakkan tas tanpa menjawab. Ia masuk ke kamar, lalu duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya sendiri. Kata-kata Clarisa berulang di kepalanya: “Dia belum pernah menyentuhmu… tubuhmu tidak menarik… pernikahanmu hanya perjodohan.”

Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

Di meja belajarnya, ia membuka buku catatan. Tangannya bergetar saat menulis:

“Apa benar aku hanya istri di atas kertas? Apa benar aku tidak pantas untuknya?”

Di ruang tamu, Adrian duduk sambil menatap pintu kamar yang tertutup. Tangannya mengepal, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan, tapi lidahnya kelu. Ia tahu jarak di antara mereka semakin besar, tapi ia tidak tahu bagaimana cara menjembataninya.

Dan malam itu, rumah kembali hening.

Jangan lupa like dan komen ya readers 🌹

1
Ahn Mo Ne
Dari awal si ulet bulu bikin heboh bilang di media sebagai tunangan Adrian atau calon istri Adrian, tapi nyatanya Adrian sendiri gak klarifikasi tentang berita yng sengaja di buat ulet bulu.
coba klo dia klarifikasi dan membantah semua berita itu emangnya Adrian gak berfikir klo alira bakal liat berita yng di buat ulet bulu.
Adinda
lanjut thor
Ahn Mo Ne
Greget aku sama Adrian bilang gak mau sama si ulet bulu tapi ngebiarin ulet bulu selalu ada di sisinya dan gak ada klarifikasi ulah ulet bulu yng selalu bilang tunangannya Adrian.
emang Adrian gak mikir klo alira bisa aja liat beritanya
Nadira ST
mbok Yo thor bikin karakter Adrian tegas bikin emosi aja
Nadira ST
Adrian jadi laki letoy katanya konglomerat apaan koneksi payah
Nadira ST
ini juga nenek lampir emak gendeng,Adrian kamu pura2 gila aja biar emak mu menyesal,Clarisa pasti kabur lihat kamu gila
Nadira ST
langsung sikat aja,kebanyakan du bacot kamu Adrian
Ahn Mo Ne
kenapa Adrian gak klarifikasi.
dan emak lampir jangan-jangan klo si ulet bulu itu anak rahasia nya
Ahn Mo Ne
kenapa gak tegas sama si ulet bulu kasih pelajaran kek bikin keluarga nya bangkrut kek atau gimana kek.
greget aku sama Adrian bisanya cuma marah-marah sama ulet bulu tapi gak ada tindakan
Adinda
alira sama kevin saja buat apa sama Andrian tidak ada pendirian
Ahn Mo Ne
pasti kelakuan emak lampir itu yng melakukan semuanya biar semua orang tau klo ulet bulu itu tunangannya Adrian 😡😡
Adinda
Alira lebih baik kamu fokus kepada tujuanmu lupakan Adrian,andrian Saja tidak pernah membelamu didepan ibunya dan pelakornya
Ahn Mo Ne
coba dari awal Adrian tegas sama 2 perempuan dajjal itu, tekanan dari nenek lampir yng selalu datang ke kampus alira.
gadis seceria seperti alira juga pasti akan tertekan di tambah masalah perjodohan emaknya terlalu ikut campur
Adinda
bagaimana orang tua Adrian pinginnya sinenek lampir diusir lakinya karena menghancurkan rumah tangga anaknya
Adinda
buat pelakor miskin kalau kamu cinta sama alira istrimu Andrian
_strawberyyy20
thorr pertemukan mereka lagi ya nantiii,,jngn di pisahin plizzz ,,aku pengen ending ny mereka bahagia bersamaan dan si ularr dan Mak lmpir ituu menderita
Ahn Mo Ne
Sukurin...
salah sendiri kurang tegas sama ibunya sendiri dan mantan
Adinda
Mampus kau andrian,semoga nenek gayung dimarahin lakinya karena mendukung pelakor
Ahn Mo Ne
Adrian bodoh dia bisa ngalahin seto tapi gak bisa tegas sama masa lalunya lagian siapa juga yng tahan klo masa lalu masih menghantui
Adinda
semoga suami mama andrian selingkuh biar tau rasanya jadi alira disuruh pisah dari suaminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!