NovelToon NovelToon
49 Days

49 Days

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Angst / Penyeberangan Dunia Lain / Hantu
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Suri baru menyadari ada banyak hantu di rumahnya setelah terbangun dari koma. Dan di antaranya, ada Si Tampan yang selalu tampak tidak bahagia.

Suatu hari, Suri mencoba mengajak Si Tampan bicara. Tanpa tahu bahwa keputusannya itu akan menyeretnya dalam sebuah misi berbahaya. Waktunya hanya 49 hari untuk menyelesaikan misi. Jika gagal, Suri harus siap menghadapi konsekuensi.

Apakah Suri akan berhasil membantu Si Tampan... atau mereka keburu kehabisan waktu sebelum mencapai titik terang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lost

Hamparan padang luas membentang. Sejauh mata memandang, tidak ada ujung. Di bawah langit yang mulai berubah keemasan, ribuan rumpun ilalang bergoyang tertiup angin. Dedaunan panjang mereka saling bergesekan, menciptakan harmoni alam yang seharusnya menenangkan.

Namun, tidak untuk Suri.

Di tengah lautan keemasan itu, gadis tujuh belas tahun tersebut berdiri kebingungan, seperti seorang anak yang kehilangan ibunya di tengah keramaian. Tubuh mungilnya tenggelam di antara rumpun-rumpun ilalang. Setiap kali mencoba mengintip ke depan, yang Suri temukan hanyalah rumpun-rumpun lain yang bergoyang. Tidak ada jalan keluar. Tidak ada jejak keberadaan manusia lain yang busa membimbingnya keluar dari padang ilalang serupa labirin ini. Suri terjebak di sana. Sendirian. Kebingungan. Ketakutan.

Suri menyeka bulir keringat di dahinya. Pakaiannya—kemeja putih panjang dan celana jeans—kotor terkena debu dan rumput kering. Rambutnya berantakan, helaiannya keluar dari ikatan longgar, sebagian menempel di pipi akibat keringat. Dia tidak ingat persis bagaimana bisa sampai ke tempat seperti ini. Ingatannya kabur. Tidak jelas bahkan apa yang ia lakukan sebelumnya.

Tangan Suri mulai bergerak gelisah, menyibak setiap rumpun ilalang yang menghalangi jalannya. Dedaunan ilalang kering menciptakan suara gemerisik setiap kali Suri menyentuhnya. Ujungnya yang tajam menggores kulit Suri, meninggalkan garis-garis kemerahan tipis di sekujur lengan dan punggung tangan. Tapi Suri tidak menyerah. Dia terus berusaha menerobos ke depan, mencoba menciptakan jalan keluarnya sendiri.

Kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Matanya menyisir sekeliling dengan harap-harap cemas. Kadang-kadang Suri berjinjit, berharap bisa melihat lebih jauh ke depan dan menemukan sesuatu; mungkin sebuah jalur setapak, seberkas cahaya, atau bahkan orang lain yang juga sedang tersesat seperti dirinya. Siapa tahu, jika bertemu orang lain, mereka bisa saling bantu.

Tapi hasilnya nihil. Tidak ada yang lain selain ilalang tinggi menjulang.

Angin sore mulai bertiup lebih kencang sekarang, membuat ilalang di sekitarnya bergerak lebih brutal. Suara gemerisik dedaunan terdengar lebih keras, tumpang-tindih, menghasilkan ilusi seolah itu adalah bisikan-bisikan riuh yang tak mudah dipahami. Suri merasakan hawa dingin mulai menyergap. Senja semakin naik, dan sebentar lagi malam benar-benar turun. Jika tidak segera menemukan jalan keluar sebelum langit sepenuhnya gelap, maka dia mungkin akan terjebak di sini selamanya.

Dan Suri tidak ingin itu terjadi.

Maka Suri tidak punya pilihan selain terus melangkah dan mencoba sekuat tenaga mencari jalan keluar. Suri mempercepat langkah dan gerakan tubuhnya. Dedaunan ilalang yang tajam diterabas tanpa ampun. Peduli setan sekujur tubuhnya akan penuh luka bertabur darah segar. Yang terpenting saat ini adalah membawa dirinya keluar.

Kumohon... Aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati di sini tanpa diketahui siapa pun.

Di tengah kepanikan dan rasa putus asa, rungu Suri menangkap suara langkah berderap pelan di belakang tubuhnya. Suri berhenti sejenak, menajamkan indera pendengaran. Langkah kaki itu terdengar mantap, seperti seseorang yang sudah mengenal area ini dengan baik, sehingga tidak takut tersesat.

Akhirnya! Akhirnya ada orang lain di sini!

Dengan gerakan cepat, Suri membalikkan badan. Telinganya memfilter suara yang masuk, fokus hanya pada jejak langkah dan mengabaikan desis angin yang menyesatkan. Dia mulai melangkah lebih pelan dan hati-hati, mengikuti arah yang diyakini. Setiap beberapa saat sekali, ia berhenti sejenak. Memastikan lagi langkahnya diayun ke arah yang tepat.

Ketika Suri semakin mendekat dan mencoba mengintip melalui celah-celah rumpun ilalang, bayangan putih melintas sekilas di antara dedaunan. Bayangan itu bergerak lancar, dilingkupi seberkas cahaya tipis.

Suri mengerjapkan mata beberapa kali. Memastikan bahwa yang dilihatnya barusan bukanlah ilusi. Dan ya, bayangan itu masih ada di sana, masih bergerak tenang di antara rumpun ilalang.

"Halo?!" teriaknya impulsif. Nalurinya berkata ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menemukan jalan keluar. Entah manusia atau malaikat, Suri yakini sosok putih di depan sana akan membimbingnya pulang.

"Halo?! Bisa dengar aku?!" ulangnya. Berharap bayangan putih di depan berhenti sejenak untuk memeriksa kondisinya.

Namun bayangan putih itu malah semakin menjauh seiring suara Suri yang menggema keras. Tanpa pikir panjang, Suri bergegas mengejar. Langkahnya menjadi tergesa-gesa dan tidak beraturan. Beberapa kali ia hampir jatuh, tersandung kakinya sendiri yang mengayun serampangan.

"Halo?! Akh--" Suri meringis. Cabang-cabang tajam ilalang menusuk sekujur tubuhnya tanpa permisi. Darah segar merembes dari balik kemeja putihnya, menodai warnanya yang bersih.

Tapi Suri tidak punya waktu untuk meresapi rasa sakit di sekujur tubuhnya. Setelah menarik ujung kemejanya yang tersangkut di salah satu cabang ilalang, Suri kembali berlari. Napasnya tersengal-sengal. Keringat semakin banyak bercucuran. Kakinya mulai terasa berat, tapi Suri terus memaksa agar dirinya tidak sampai kehilangan jejak.

Setelah berlari sekian lama—Suri tidak bisa menghitung dengan pasti berapa menit atau jam—bayangan putih itu kembali terlihat, kini bahkan lebih jelas. Wujudnya lebih solid. Bukan lagi sekadar bayangan putih dikungkung seberkas cahaya, melainkan bentuk nyata—perwujudan sesosok lelaki bertubuh tinggi tegap. Rambutnya gelap dan ia mengenakan kemeja putih yang sama seperti yang Suri kenakan. Bagian kancingnya tidak dipasang, Suri yakin sebab kemeja putih itu berkibar bebas diterpa angin.

Jantung Suri berdebar semakin keras. Di tengah lelah, sedikit perasaan lega merayap perlahan di hatinya. Setidaknya, kini ia tidak sendiri lagi.

"Permisi," katanya, suaranya tersendat karena napas yang tersendat. Tangannya menggapai ke depan, seakan meminta bantuan.

Pria misterius di depannya geming. Langkahnya masih saja terayun, sehingga Suri belum punya kesempatan untuk berhenti. Ia terus melangkah lebar mengikuti irama langkah pria di depannya. Tetapi anehnya, jarak di antara mereka seakan tidak berubah; tidak berkurang, tidak pula bertambah.

Suri sudah hampir kehabisan napas. Dadanya terasa penuh, terasa hendak meledak. Namun sekali lagi, Suri tidak diberikan pilihan untuk berhenti. Sekali kehilangan jejak, akan lebih lama ia tertinggal di sini.

"Tunggu," panggilnya lirih, "kumohon ... kumohon bawa aku keluar dari sini."

Beberapa kali Suri mengatakan hal serupa. Disertai keputusasaan yang luar biasa.

Dan mungkin karena hal itu, keajaiban terjadi. Langkah yang semula seperti terayun sia-sia mulai menampakkan hasilnya. Jaraknya dengan pria misterius itu mulai terpangkas. Suri kini bisa menjelajah punggung tegapnya lebih jelas.

"Tolong," katanya. Suri merasa sudah berteriak sekuat tenaga, tapi suaranya hanya mendesis seperti kehilangan tenaga.

"Kumohon..." lirihnya. Ketika itu, jarak yang terbentang hanya tinggal beberapa langkah saja.

Suri membulatkan tekad. Kakinya mengayun lebih lebar, melampaui ayunan langkah sang pria.

Berhasil!

Tangan Suri akhirnya menggapai pundak pria misterius di depannya. Sentuhan pertama yang membuat Suri merasa aman sekaligus lega. Bibir Suri terangkat, matanya memanas—didesak air mata haru.

Tapi begitu Suri hendak menari pundak sang pria agar sang empunya berbalik dan memperlihatkan wajahnya, bumi seketika berputar hebat. Sesuatu setara palu godam menghantam bagian belakang kepala Suri begitu keras. Rasa sakit yang luar biasa menyambar dari tengkuk hingga menembus dahi, membuat matanya berkunang-kunang.

Telinga Suri berdenging panjang. Suara angin, suara gemerisik dedaunan, bahkan suara napasnya sendiri, semuanya tenggelam dalam dengingan yang memekakkan telinga. Tubuhnya limbung, keseimbangannya hilang seketika, dan dia merasa kakinya tidak lagi mampu menopang berat badannya.

Dalam hitungan detik, tubuh Suri ambruk begitu saja ke tanah. Lembab terasa menangkap tubuhnya. Kepalanya berdenyut semakin hebat, dan ada segelintir rasa besi di mulutnya yang membuatnya serasa ingin muntah.

Pandangan Suri perlahan kabur. Segala sesuatu di sekitarnya terlihat seperti lukisan yang terkena air hujan—warna-warna yang semula jelas kini meleleh, bercampur aduk tak beraturan. Sosok pria yang tadi hendak ia rengkuh, tampak berjongkok di hadapannya. Tapi percuma. Suri sudah tidak bisa mengenali wajahnya. Semuanya fitur di wajahnya tampak buram, seperti foto yang diambil tanpa fokus.

Suri merasa sepasang tangan menyentuh lengannya, menggoyang tubuhnya pelan. Sementara denging di telinga Suri semakin keras, semakin memekakkan, menelan suara-suara lain hingga tak bersisa. Perlahan-lahan, cahaya di sekitarnya pun mulai meredup, dan kesadaran Suri hilang total dalam kegelapan yang menakutkan.

Tolong... Aku tidak ingin mati.

Bersambung....

1
Zenun
Dia cemburu dengan paw
Zenun
Suri itu kekasih Dean, tapi lupa. Atau Suri ketempelan kekasih Dean
Zenun
Kasihan Dean gak tidur nanti😁
Zenun
Lah, berati yang dtemui Suri adalah milk
Zenun
apa ya kira-kira?
Zenun
Oh begindang, jadi kalu tidak boleh cuti lagi ya, Suri😁
Zenun
Suri mau ape nih?
Zenun
Nah itu dia yang ada dalam benaku
Zenun
mungkin itu petunjuk
Zenun
nama authornya Nowitsrain
Haechi
sukak kombinasi suri dean
Zenun
Dean, sesungguhnya kamu tahu apa? Coba ceritakan padaku? 😁
nowitsrain: Tau banyakkkk
total 1 replies
Zenun
Oh ternyata Gumaman Suri.. Jangan-jangan separuh yang masuk ke suri itu kekasihnya Dean
Zenun
Masa sih, ini ngomong Dean? Dean tahu darimana
nowitsrain: Dean itu...
total 1 replies
Zenun
Sekalian temenin mandi juga😁
Zenun: boleeee
total 2 replies
Zenun
Kalau tidurmu gak nyaman, Dean jadi gak nyaman
nowitsrain: Tetotttt. Kalau tidurnya nggak nyaman, nanti tantrum. Kalau tantrum, Dean pucing
total 1 replies
Zenun
Mungkin ini perbuatan kekasih Dean
nowitsrain: Hmmmm
total 1 replies
Zenun
kayanya ketiga hantu itu lagi ada misi juga dah
Zenun
Jangan diangkat Dean, biarkan dia posisinya begitu😄
Zenun
wah, jan baper, bahayul😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!