Lyanna tak pernah menyangka kejadian malam itu meninggalkan benih di rahimnya.
happy reading guys💧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fransiska simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Lyanna terbangun dengan badan yang terasa remuk dan sakit. Mata Lyanna berkedip beberapa kali menyesuaikan diri dengan cahaya yang mengintip melalui celah tirai.
Selimut lembut menyelimuti tubuh Lyanna. Namun ketika dia bergerak jantungnya seketika berdegup kencang karna mengingat suatu hal.
Lyanna melihat sekeliling, nafasnya tercekat saat pandangannya tertuju pada sosok pria yang duduk di sofa.
Mike duduk dengan kaki bersilang, bersandar di sofa. Sementara tatapan tajamnya tertuju pada Lyanna. Tidak ada ekspresi di wajah pria itu membuat Lyanna merasa ditelanjangi, dalam arti yang sebenarnya.
Spontan Lyanna menarik selimut hendak pergi. Namun saat dia sadar tidak menganakan pakaian apapun dia menarik selimut itu kembali. Sementara Mike tersenyum licik.
"Kembalikan bajuku!" Pekik Lyanna keras.
"Bajumu di kamar mandi!" Ucap Mike, lalu menyeringai. Dia memiringkan kepalanya sedikit. "Kecuali jika kau ingin tetap disini."
Lyanna mengabaikan perkataan terakhir Mike dan berjalan tertatih dengan tubuh terbungkus selimut mencari bajunya.
Mike tidak menghentikannya. Pria itu hanya duduk disana menyaksikan Lyanna dengan ekspresi yang sulit di artikan.
"Aku minta dispensasi." Ucap Lyanna setelah keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan pakaiannya.
Mike menyeringai. "Apakah yang ada di otak kecilmu itu hanya ada uang sehingga kau rela memberi perawanmu untuk orang lain?" Ucapnya menatap langsung ke mata Lyanna. "Katakan kau butuh berapa?"
"30 juta dollar." Gumam Lyanna tanpa menggubris ucapan Mike. Ia harus cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum Helena menemukannya.
Mike menyodorkan satu kartu black card, "ambil ini. Isinya ada 300 juta dollar." Ucapnya yang berhasil membuat mata Lyanna membelalak tak percaya. Buat Lyanna itu adalah nominal yang sangat besar dan bisa dipakai untuk uang makan 1 tahun.
***
Lyanna berjalan tertatih menyusuri lorong hotel menuju lift. Keadaan Lyanna cukup memilukan, dia terlihat seperti korban pemerkosaan karna cukup berantakan. Tapi pada kenyataannya Lyanna baru saja diperkosa, walau tidak sepenuhnya Mike bersalah karna Lyanna sendiri yang mendatangi kamar Mike.
Air mata Lyanna mengenang di sudut matanya. Lyanna menahan diri untuk tidak menangis di tempat umum. Lagipula apa yang perlu ditangisi? Masa depan yang sudah hancur tidak akan bisa kembali hanya dengan Lyanna menangisi kejadian semalam. Salahnya juga menuruti permintaan gila ibu tirinya. Harusnya Lyanna kabur saja dan meninggalkan kota ini bersama daddynya.
Kini Lyanna hanya bisa berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi wanita kuat, mandiri dan tidak bisa ditindas. Sudah cukup selama ini orang-orang menindasnya. Lyanna bertekad untuk melawan dunia dengan segala kekejamannya.
"Helena! Aku tidak akan menuruti permintaanmu lagi!" Lyanna mengepalkan tangan. Dia benci Helena, semua penderitaan berawal dari Helena. Wanita itu memengaruhi ayahnya, membuat ayahnya lumpuh dan hingga saat ini belum sembuh dan memerlukan pengobatan.
BRUKK!!
Lyanna menabrak seorang wanita paruh baya hingga membuat black card yang diberikan Mike terjatuh bersama handphonenya.
"Floren!" Teriak wanita paruh baya itu tak percaya. karna dia seperti melihat sahabatnya dalam wujud gadis muda.
Lyanna tergagap, "eh.. Saya Lyanna nyonya." Jelas Lyanna mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ia mengerutkan dahi ketika menyadari wanita paruh baya ini terasa pamiliar. hanya dalam satu detik Lyanna menilai, ia bisa yakin bahwa wanita itu berasal dari keluarga konglomerat yang kekayaannya tidak ada habis-habisnya.
"Benarkah? Kamu mirip sekali dengan sahabat lama saya... Terutama mata kamu." Ucap wanita paruh baya itu menyambut uluran tangan Lyanna.
"Daddy bilang mata saya mirip mama saya nyonya." Jawab Lyanna setelah memungut kembali kartu dan Handphonenya.
"Oh ya..? Setahu saya dikota ini hanya ada satu orang yang punya mata biru seperti itu.. Siapa nama Mommy mu?" Tanya wanita paruh baya itu mengamati Lyanna. Karna dia benar-benar yakin bahwa gadis di depannya mirip sekali dengan Floren sahabatnya.
"Mommy Lyanna bernama Floren nyonya."
"Floren? Floren istrinya Adrian bukan?" Tanya wanita paruh baya itu terkejut. Jadi benar, gadis ini adalah anak sahabatnya.
"Iya nyonya." Ucap Lyanna menyengir. Rasanya dia tidak enak berbicara dengan orang seanggun wanita di depannya ini.
Mendengar nama itu wanita paruh baya itu merasa sangat senang.
Refleks wanita itu memeluk Lyanna erat hingga membuat Lyanna hampir kehabisan nafas.
Merasakan tubuhnya yang sakit Lyanna seketika tersadar bahwa dia harus cepat-cepat kabur dari tempat ini. kalau tidak helena akan menemukannya.
"Saya buru-buru nyonya.. Kapan-kapan kita berjumpa lagi." Kata Lyanna setelah pelukan itu terlepas.
"Baiklah.." Wanita paruh baya itu memandangi Cindy hingga tenggelam di dalam Lift.
Lyanna menghampiri mobil berwarna hitam yang baru saja berhenti di depan lobby hotel. Dengan tergesa-gesa Lyanna masuk ke dalam mobil. Pemilik mobil tak lain adalah Thalia, sebenarnya Lyanna merasa tak enak jika harus minta tolong terus-menerus kepada sahabatnya ini. Namun tak ada pilihan, hanya Thalia yang selalu bersedia di kala Lyanna dalam masalah.
Thalia melihat penampilan Lyanna yang sedikit berantakan keluar dari hotel pagi-pagi seperti ini. Thalia bisa menebak malam seperti apa yang dilalui oleh Lyanna di dalam sana "Fiks kamu utang penjelasan samaku, Anna."
"Hm..aku tau aku bodoh. Tapi bisakah kamu membawaku keluar dari sini dulu?"
Thalia menyengir. Dalam hitungan detik mobil itu sudah melesat melewati jalanan kota LA.