Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Pulang Membawa Warisan, Disambut Ancaman
Langit sore memerah saat Fa Niangli dan murid-muridnya kembali menapaki jalan menuju Lembah Langit Tertinggi. Di punggung Zhu Feng tergantung kotak warisan besar yang bersinar lembut. Mo Qingluan memeluk Xiao Kuai yang tertidur setelah menghabiskan terlalu banyak energi spiritual, sedangkan Tong Lian... membawa karung penuh jamur spiritual yang "tidak sengaja" ia pungut sepanjang jalan.
“Aku yakin yang ini bisa jadi sup penambah daya tahan tubuh,” katanya penuh semangat.
“Kamu yakin itu bukan jamur halusinasi?” sahut Mo Qingluan malas.
“Salah satu dari kita akan jadi lebih kuat... atau halu seminggu,” bisik Tong Lian bangga.
Fa Niangli menghela napas. "Setidaknya semangat tim tinggi."
---
Sambutan dari Lembah
Begitu mereka melintasi formasi pelindung lembah, Yuyu langsung berlari menghampiri. Mata pelayannya itu merah, entah karena haru atau lelah menunggu.
“Guru! Kalian kembali!” serunya.
“Lembah baik-baik saja?” tanya Fa Niangli cepat.
“Tidak ada masalah... tapi burung pesan dari sisi barat datang,” ucap Yuyu pelan sambil menyerahkan gulungan kecil dengan stempel hitam keperakan.
Fa Niangli membuka dan membaca dalam diam.
---
“Kepada yang mengaku sebagai penerus Sekte Langit Tertinggi,
Sekte Bayangan Surga telah memegang warisan asli sekte tersebut.
Jika kalian tidak ingin disebut sebagai pemalsu, datanglah ke Puncak Utara pada saat bulan purnama.
Kami akan uji: siapa yang pantas memakai nama Langit Tertinggi.”
---
Wajah Fa Niangli tetap tenang. Tapi ia menggenggam surat itu hingga kertasnya bergetar.
Zhu Feng mengepalkan tangan. “Mereka menantang kita?”
Mo Qingluan mengernyit. “Sekte Bayangan Surga? Aku pernah dengar. Mereka muncul setelah Sekte Langit Tertinggi runtuh. Banyak mantan murid pengkhianat masuk ke sana.”
Tong Lian melompat, “Akhirnya konflik klasik! Tunggu, itu bagus atau tidak?”
Fa Niangli menatap ke langit yang mulai gelap. “Itu bukan masalah mereka mengaku penerus. Masalahnya... mereka dulu memang bagian dari sekte ini. Tapi mereka menghancurkannya demi kekuasaan.”
---
Rapat Malam
Malam itu, di aula utama lembah, Fa Niangli berkumpul bersama jendral fa dan Fa Jinhai, Yuyu, serta para murid.
“Apa kita akan menyambut tantangan itu?” tanya Jinhai.
“Ya,” jawab Fa Niangli. “Tapi bukan demi mereka. Ini demi para murid lama yang akan datang. Mereka harus tahu siapa pemimpin mereka yang sebenarnya.”
Ia kemudian menunjuk cincin warisan dari Hutan Roh. “Kita akan bentuk inti sekte. Kita bukan lagi sekadar empat orang di lembah. Kita Sekte Langit Tertinggi.”
---
Simbol Resmi Dihidupkan
Keesokan paginya, Fa Niangli berdiri di batu pusat di tengah lembah. Ia mengenakan jubah resmi dengan simbol naga putih dan bulan perak.
Dengan kristal warisan di tangannya, ia mengaktifkan formasi spiritual kuno yang tersembunyi di bawah lembah. Cahaya membumbung ke langit, membentuk lambang raksasa di langit:
☯ Sekte Langit Tertinggi ☯
Dari berbagai penjuru, para murid lama yang tersebar mulai melihat tanda itu... dan bergerak pulang.
---
Bayangan Lama
Di sisi lain benua, seorang pria berjubah kelam menatap lambang cahaya itu dengan mata dingin.
“Dia muncul... pewaris yang lama ditunggu.”
Di belakangnya, berdiri belasan orang berjubah abu-abu dengan tanda bayangan naga di dada mereka.
“Beri tahu Sekte Bayangan Surga. Pertunjukan akan segera dimulai.”
---
Pagi di Lembah Langit Tertinggi terasa berbeda. Angin yang biasanya berembus lembut kini membawa riak energi spiritual yang aneh—seperti udara mengenali kehadiran orang-orang yang lama ditunggu.
Tong Lian sedang menyapu halaman utama saat ia melihat sosok berjubah putih mendekat dari kabut pagi. Sosok itu berjalan pelan, langkahnya ringan seperti dedaunan yang jatuh.
Mata Tong Lian menyipit. “Maling?” bisiknya sambil mengangkat sapu seperti pedang.
Zhu Feng yang baru saja keluar membawa tongkat besi menyusul, “Kenapa kamu siap perang?”
“Lihat tuh! Orang asing masuk tanpa izin!”
“Tong, itu... bukan maling. Itu..."
Pria berjubah putih itu menatap mereka berdua dan menangkupkan tangan.
“Salam hormat untuk Penerus Sekte Langit Tertinggi. Aku—Li Shenyuan. Murid inti generasi keempat.”
Tong Lian menjatuhkan sapunya. “Hah?!"
---
Kedatangan Para Murid Lama
Tak lama setelah Li Shenyuan, satu per satu sosok lain muncul dari berbagai arah lembah:
Wanita berambut perak yang membawa pedang merah menyala dan wajah tenang: Yu Lianzhu, dulu murid termuda yang kini jadi pemburu iblis keliling.
Kakek kecil berwajah ceria dengan kumis mencuat ke atas, membawa tongkat dengan lonceng kecil di ujungnya: Tuan Lu, ahli formasi dan jebakan sekte.
Gadis berjubah hitam dengan kelinci hitam di pundaknya, Nie Rulan, murid generasi kelima yang konon pernah menghilang di dunia roh.
Satu per satu, mereka datang... berdiri di hadapan Fa Niangli yang menunggu di aula utama.
Yu Lianzhu bicara pertama, “Kami menerima panggilan... dan kami datang bukan hanya karena simbol di langit. Tapi karena kami tahu, hanya seorang pemimpin sejati yang bisa membangkitkan sekte ini.”
Fa Niangli menunduk hormat. “Aku tidak akan meminta kalian percaya padaku. Tapi aku akan menunjukkan bahwa kepercayaan kalian tidak sia-sia.”
---
Reuni dan Kekacauan Kecil
Saat para murid lama mulai menetap dan mengenal murid baru, suasana lembah menjadi hidup—dan agak kacau.
Mo Qingluan memandangi kelinci hitam Nie Rulan dan membandingkannya dengan Xiao Kuai. “Kelinci kamu menyeramkan.”
Nie Rulan menatap Xiao Kuai dan berbisik, “Ayammu menatapku seperti ingin duel.”
Tong Lian sibuk menulis daftar nama dan profesi murid lama dengan gaya konyol.
“Yu Lianzhu, profesi: wanita dingin. Li Shenyuan, profesi: calon suami guru. Eh?” Tong Lian cepat mencoret.
Sementara itu, Zhu Feng duduk berdampingan dengan Tuan Lu, mendengarkan kisah jebakan-jebakan spiritual yang pernah digunakan untuk mengalahkan bandit roh. Wajah Zhu Feng tampak mengagumi.
“Aku bisa pasang jebakan di dapur supaya Tong Lian nggak nyolong makanan lagi,” katanya polos.
---
Pesan dari Sekte Bayangan Surga
Malam itu, seekor burung spiritual dengan mata biru api datang dan membawa surat yang menyala.
Fa Niangli membacanya di depan seluruh sekte yang berkumpul.
“Kami telah menunggu cukup lama.
Jika kalian tidak gentar, tunjukkan diri kalian di Puncak Seribu Bayang, malam bulan purnama. Jika kalian tidak datang, maka nama Sekte Langit Tertinggi... akan kami bakar habis dari sejarah dunia.”
Li Shenyuan menatap Fa Niangli, “Apa kita akan datang?”
Fa Niangli menggenggam cincin warisan di tangannya. “Bukan untuk mereka. Tapi untuk sekte ini. Untuk kalian semua.
Kita akan datang... dan berdiri tegak. Bukan dengan amarah, tapi dengan kehormatan.”
---
Malam itu, Fa Niangli memandangi Lembah Langit Tertinggi dari atas menara. Di bawah sana, murid-murid lama dan baru mulai bekerja sama, memasang formasi pelindung, membersihkan aula, bahkan... tertawa bersama.
Fa Jinhai berdiri di samping adiknya, berkata, “Dulu, saat kau pertama dibuang ke istana Pangeran Ketiga... aku tak pernah menyangka, bahwa gadis yang dulu menangis sendirian akan memimpin sesuatu sebesar ini.”
Fa Niangli tersenyum kecil.
“Dulu aku lemah karena tidak punya tempat.
Sekarang aku kuat... karena aku sudah menemukan rumahku.”
Bersambung