NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Dosen Killer

Istri Rahasia Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Nikah Kontrak
Popularitas:52.2k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

Langkah Jonathan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Di pelukannya, tubuh Nadia yang lemah terbaring tak bergerak, wajahnya semakin pucat, dan keringat dingin membasahi pelipisnya. Seorang perawat yang melihat mereka segera menghampiri dengan kursi roda.

"Masukkan ke IGD, cepat!" seru Jonathan panik.

Para petugas medis bergerak sigap. Nadia segera dipindahkan ke ranjang dorong dan dibawa masuk ke ruang tindakan. Seorang dokter muda berlari menyusul, memberi instruksi pada suster untuk pemeriksaan cepat.

Jonathan berdiri mematung di depan ruang IGD, napasnya masih tersengal, kemejanya kusut, dan tangannya menggigil hebat.

Beberapa menit kemudian.

Seorang dokter keluar, menghampirinya.

"Anda suaminya?" tanya dokter itu cepat.

Jonathan mengangguk cepat.

“Iya! Bagaimana keadaan istri saya? Dan anak kami…?"

Dokter menatapnya serius.

"Kami akan melakukan observasi. Istri anda mengalami kontraksi dini. Ini bisa jadi ancaman keguguran kalau tidak segera ditangani."

Kata-kata itu menghantam Jonathan seperti palu godam.

“Kontraksi…? Tapi usia kandungan Nadia masih…”

“Empat bulan,” potong dokter itu.

“Dan di usia ini, tekanan emosional yang kuat bisa sangat mempengaruhi kondisi janin. Anda sebaiknya menenangkan diri. Kami akan melakukan yang terbaik.”

Jonathan mengangguk, tapi tak ada kata keluar dari mulutnya. Tubuhnya seolah kehilangan tenaga, dan ia menjatuhkan diri ke bangku terdekat. Matanya menatap kosong ke lantai rumah sakit, perasaannya campur aduk antara panik, marah pada diri sendiri, dan ketakutan yang begitu nyata: kehilangan.

Jonathan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan Nadia. wajahnya yang pucat, tubuhnya yang gemetar, dan suara napasnya yang berat saat ia menggendongnya dari mobil ke ruang IGD. Semua terjadi begitu cepat, tapi rasa bersalah di dada Jonathan terasa begitu lambat menggerogoti dirinya.

Ia tak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berdiri, berjalan mondar-mandir di depan ruang tindakan, lalu kembali duduk. Tangannya terus-menerus mengepal, sesekali memukul lututnya sendiri. menahan gejolak emosi yang seakan ingin meledak.

Suara sepatu suster yang berjalan cepat menarik perhatiannya. Beberapa dari mereka keluar-masuk ruangan, membawa peralatan medis dan kantung infus. Jonathan menatap ke arah mereka dengan mata penuh harap, seolah ingin tahu setiap detil yang terjadi di dalam ruangan itu.

Waktu terasa melambat.

Beberapa jam kemudian, pintu IGD terbuka. Seorang dokter wanita. lebih tua dari yang sebelumnya. melangkah keluar. Di wajahnya ada ketegasan profesional, tapi juga sedikit empati yang tersembunyi di balik tatapan seriusnya.

"Pak Jonathan?"

Jonathan segera berdiri.

"Bagaimana kondisi istri saya? Bagaimana... anak kami?"

Dokter itu menarik napas dalam.

“Kami berhasil menstabilkan kondisinya. Untuk saat ini, kontraksi telah berhenti dan detak jantung janin masih ada. Tapi...”

Jonathan menegang. “Tapi?”

“Kehamilannya masih dalam ancaman. Kami harus memantau selama beberapa hari ke depan. Dia harus istirahat total, baik fisik maupun emosional. Tidak boleh stres sedikit pun.”

Lagi-lagi kata-kata itu menohok Jonathan. Semua ini karena emosinya. Karena ketegangan antara mereka. Karena semua luka masa lalu yang belum selesai. dan sekarang, bisa saja ia kehilangan keduanya: Nadia dan bayi mereka.

“Boleh saya menemuinya?”

“Untuk sekarang, hanya sebentar. Ia masih lemah dan butuh banyak istirahat.”

Jonathan mengangguk. Dengan langkah berat dan napas tertahan, ia melangkah masuk ke ruangan.

Di sana, Nadia terbaring di ranjang rumah sakit, selimut menutupi tubuhnya hingga dada. Wajahnya masih pucat, tapi matanya terbuka, menatap kosong ke langit-langit.

Saat mendengar suara langkah kaki, matanya beralih. Pandangan mereka bertemu.

Jonathan mendekat perlahan.

“Sayang…” ucap Jonathan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil Nadia dengan sebutan itu.

Nadia hanya diam, tapi dalam diam itu, dadanya bergetar halus. Suara lembut Jonathan barusan membelah hening yang mencekam antara mereka. seolah ada sesuatu yang berubah, meski belum sepenuhnya utuh. Pandangannya menelusuri wajah pria itu, yang tampak lebih lelah dan rapuh dari biasanya. Mata Jonathan memerah, menyimpan penyesalan yang begitu dalam.

“Kenapa bapak memanggilku begitu?” tanya Nadia pelan, nyaris seperti bisikan, suaranya serak karena kelelahan.

Jonathan duduk di tepi ranjang, mendekat sedikit, tapi tetap menjaga jarak agar tidak membuat Nadia merasa tertekan.

" Karena kamu istri ku Nadia."

" Bagaimana kondisi mu. Apa masih sakit?," ucap Jonathan, sembari engelus lembut Peru Nadia.

" Masih sakit..." Ucap Nadia lirih.

" Maafkan aku. Sayang. Aku...aku hanya tidak suka melihat kamu terlalu dekat dengan Kevin."

" Aku terlalu emosi, karena merasa cemburu." Lanjut Jonathan.

Nadia terdiam. Matanya menatap Jonathan lekat-lekat, seolah ingin memastikan bahwa kata-kata yang baru saja diucapkan itu memang datang dari hati. Nada suaranya lirih, lemah, namun sorot matanya menyimpan banyak luka.

“Cemburu?” gumamnya.

“ pak Nathan… aku bahkan tidak punya siapa-siapa selain kamu sekarang. Kevin hanya teman. Teman lama yang peduli saat kamu memilih diam dan menjauh.”

Suara Nadia bergetar, dan butiran air mata mulai mengalir dari sudut matanya. Jonathan buru-buru mengusapnya dengan jari-jari gemetar, namun sentuhan itu justru membuat Nadia menarik wajahnya perlahan, menghindar.

"Aku... aku gak tahu harus percaya atau enggak. Kamu bilang aku istrimu, kamu bilang kamu cemburu... tapi selama ini kamu bahkan gak pernah memperlakukan aku seperti seseorang yang berarti." Suaranya lirih tapi tajam.

Jonathan menunduk. Hatinya mencelos. Kata-kata Nadia seperti belati, tapi ia tahu, luka yang dirasakan perempuan itu jauh lebih dalam daripada rasa sakit yang ia tanggung sekarang.

"Aku salah, Nad," ucap Jonathan pelan.

“Sangat salah. Aku terlalu larut dalam masa lalu, dan kemarahan. Aku terlalu takut membuka hati… sampai akhirnya aku menyakitimu, tanpa sadar, terus-menerus.”

Nadia terdiam. Air matanya masih menetes, tapi kini tak disertai isak. Hanya keheningan yang menggantung di antara mereka, diiringi bunyi pelan monitor detak jantung yang berdetak stabil. Hening yang penuh luka dan kata-kata yang belum sempat terucap.

" Apa kita akan tetap bercerai setelah anak ini lahir, sesuai dengan isi perjanjian itu?" Tanya Nadia.

" Atau kau, tetap meminta ku untuk berada di sisimu. Hanya sebagai pelarian karena Dewi telah tiada." Ucap Nadia, suaranya bergetar.

Pertanyaan Nadia menggantung di udara, berat seperti beban yang tak kasat mata namun menekan dada Jonathan sampai sesak. Ia menatap wajah pucat istrinya, perempuan yang selama ini ia abaikan, tapi kini keberadaannya terasa lebih penting daripada apa pun di dunia ini.

" Aku mencintaimu, Nadia. Kamu istriku. Kau mengandung anakku. Bukan karena pelarian."

" Memang waktu itu, kita menikah tidak didasari dengan cinta. Tapi seiring berjalannya waktu. Cinta itu muncul. Dan sekarang aku mencintaimu. Dan aku tidak suka, melihat Kevin terlalu dekat dengan mu. Nadia. Aku cemburu."

Nadia terdiam, tubuhnya sedikit bergetar. Air matanya mengalir deras, tak terbendung. Seperti anak kecil yang akhirnya mendapat pelukan setelah lama tersesat, ia menangis tanpa suara, hanya tersedu-sedu di antara rasa haru dan tidak percaya.

“Bapak… nggak bohong, kan?” tanyanya lirih, nyaris seperti bisikan. Matanya yang sembab menatap langsung ke mata Jonathan, mencari jawaban yang tulus di sana.

Jonathan menggeleng cepat, tangannya meraih jemari Nadia yang lemah, menggenggamnya hangat.

“Tidak, Nad… Aku tidak pernah lebih serius dari ini. Aku mencintaimu. Bukan karena rasa bersalah. Bukan karena Dewi. Tapi karena kamu… karena siapa kamu sebenarnya.”

Nadia terisak. Tangannya menggenggam balik tangan Jonathan, erat, seolah takut kalau perasaan itu hanya ilusi yang bisa lenyap kapan saja.

“Tapi kenapa… kenapa baru sekarang?” tanyanya di antara tangis.

“Kenapa harus nunggu aku sakit, nunggu aku hampir kehilangan anak kita, baru bapak sadar?”

Jonathan menunduk, suara Nadia menusuk hatinya.

“Aku pengecut, Nad… Aku terlalu takut membuka hati lagi setelah semua yang terjadi di masa lalu."

Nadia menangis lebih keras. Tangannya menutup wajahnya, menahan gejolak emosi yang membuncah di dalam dada.

“Aku benci sama perasaan ini, Pak…” katanya sambil terisak.

“Benci karena aku sayang sama orang yang bahkan selama ini aku pikir nggak pernah peduli. Tapi sekarang... aku malah bahagia karena akhirnya bapak lihat aku.”

Jonathan mengusap punggung tangan Nadia dengan lembut, suaranya nyaris patah.

“Maafkan aku… Aku tahu maaf saja tidak cukup. Tapi aku janji, aku akan berubah. Aku akan jadi suami yang kamu butuhkan, ayah yang baik untuk anak kita.”

Nadia menarik napas panjang, mencoba meredam tangisnya. Ia menatap Jonathan, matanya masih basah, tapi kali ini ada kilatan harapan di sana.

“Aku ingin percaya, Pak… sungguh. Tapi hatiku sudah terlalu sering retak. Tolong… jangan hancurkan lagi.”

Jonathan mengangguk, matanya basah.

“Tidak akan, Nad. Aku akan buktikan… setiap hari, mulai dari sekarang. Aku akan berada di sisimu, bukan sebagai pelarian, tapi sebagai lelaki yang mencintaimu sepenuhnya.”

Nadia akhirnya menunduk, dan dalam pelukan keheningan yang menyelimuti ruangan itu, tangan mereka tetap saling menggenggam. Luka yang dulu terasa terlalu dalam kini perlahan mulai menemukan obatnya. dalam bentuk kejujuran dan air mata.

1
Deliz Diaz Dla FM B
Lanjutannnnnnn
Bunda Dzi'3
sembuhhhhh jooo....smngtss demi kebahagiaan anak istri&klurgamu jooo
Bunda Dzi'3
astaghfirullah 😭 Bella kasian bngt hdupnya punya BPK bejatttt
Bunda Dzi'3
apa itu ayahnya Bella?
sutiasih kasih
sp kah pnguntit bella??
sutiasih kasih
semangat dunk jo.... jgnkm patahkn hati nadia... yg slm ini setia mnantimu...
Deliz Diaz Dla FM B
Lanjutannnnnnn
Bunda Dzi'3
yakin inimahh pasti Kevin balik lagi kerumahnya Gak akan tinggal di Apartemen lagi klu dirmhnga udh ada Bella+sebelahan lagi kamarnya...Bella pasti kuliah(lngsung kerja aja jdi sekretaris Kevin aja...
Samsiah Yuliana: lanjutkan lagi cerita Thor 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Bunda Dzi'3
syukurlah Bella disaat kmu sperti ini mm Kevin udh sadar ga sombong N angkuh lagi ..nanti kmu sma Nadia jdi anak mantu yg di syang mertu Klian
Bunda Dzi'3
sebenernya aku tuh berharap nene'nya di selamatkan warga...sblm meninggal nene Ina nitipin Bella ke Kevin(Sruh menikahlah sma Kevin)pasti kan Bella mau ikut Kevin stelah permintaan terakhir Nene Ina sblm meninggal...Berharapnya sperti itu🙏🙏🙏
Bunda Dzi'3
Bella meskipun gda yg bisa gantiin Nene Ina...kmu jgn nyerahhh untuk hdup...ada sosok yg butuh kmu juga bell...Kevin udh ada rasa nyaman ..klu kmu putus asa ..nanti Kevin beneran bisa gila slalu gagal hdup bersama orang yg di cintainya
Bunda Dzi'3
Nene Ina dlm menghadapi maut aja ttp tersenyum..kasian bngt Bella hancur...

salut sma Thor pinter bngt. di buat kbakaran jdi Bella gda tempat tinggal lgi klu kebakran...
gda alasan Ntuk Bella bertahan di gubuknya...

Kevin pasti bwa Bella ke kota🥰
sutiasih kasih
ya Tuhan.... tragis khidupan bella...
smoga kelak Tuhan mmngganti brkali lipat bahagia untukmu bella... atas smua luka dan duka yg km rsakn slm ini...
Samsiah Yuliana
lanjut lagi cerita Thor,,, lanjut ceritanya Kevin sama Bella 🥰🙏🏻
Bunda Dzi'3
kevinnnnn....bhgiain Bella yaaa ....bukan hnya balas Budi tapi karna emang bnr2 nyaman&syang akhirnya Klian bisa hdup bhgia
sutiasih kasih
smoga kalian brjodoh....
Bunda Dzi'3
ada ABG lagi Puber...Kevin LBH tua brpaa tahun dari Bella thor?Nadia juga jaraknya Jauh ya sma Jonathan...
Ma Em
Semangat ga Jonathan bisa cepat pulih dari sakitnya dan sehat kembali , Bu Lidia sekarang sdh melihat bagaimana menantu yg selalu dia hina sekarang jadi menantu yg baik setia mau menerima Jonathan apa adanya karena cinta Nadia tulus pada Jonathan , coba kalau menantu yg dulu Lidia pilih sdh pasti tdk akan mau mengurusnya dan meninggalkan nya .
Bunda Dzi'3
kalau Nene Ina gda Umur mninggal mingkin Bella di ajak mm Lidya Ntuk pindah krmhnya ..kerja di kantor bareng Kevin ..ihh gemess cerita Kevin thor...laki2 yg lembut ga Arogan
Ma Em
Mungkin Bella adalah jodoh yg dikirim Allah untuk Kevin agar Kevin bisa move on dari Nadia ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!