Transmigrasi Jendral Feng Ming Yao

Flashback off

Kembali ke masa sekarang.

"Baiklah nak kami akan menunggu mu jika butuh sesuatu beritahu kami Hem."tanya bibi Cindy lembut.

"Ya bibi aku akan menelpon bibi jika aku membutuhkan sesuatu.!" Jawab Angeline dengan senyum manis.

"Yasudah bibi matikan teleponnya sampai jumpa lagi di Paris Angeline sayang." Dengan melambaikan tangan bibi Cindy mematikan teleponnya.

Tut....

Angeline melambaikan tangannya meremas kuat ponsel itu jiwanya perlahan airmata yang sudah iya tahan jatuh menetes setelah sekian lama dirinya merasakan kembali keluarga yang perhatian dan kasih sayang yang tulus dirinya yang seorang jendral perang dimasanya tidak pernah sekali pun mendapatkan kasih sayang yang tulus hanya topeng yang mengucapkan selamat.

Puk!..

Tepukan mendarat di pundaknya Angeline menoleh ke arah tangan itu.

Anderson berdiri dengan tegak matanya yang tajam berubah menjadi sesosok pria yang perhatian lalu mengambil satu tisu basah lalu mengelap pipinya yang basah lalu duduk tenang disamping Angeline matanya melirik kearah bingkai foto dirinya bersama sang ibu. "Dia ibumu? "Pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

Angeline yang masih mematung mendapati perlakuan Anderson yang mengelap pipinya seketika merona malu.

"Ya... dia ibuku cantik bukan?"ucapnya bangga dengan senyum lebarnya seolah perkataan Anderson berhasil membuat Angeline melupakan kesedihannya.

Anderson tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkah Angeline yang menggemaskan.

Angeline menyerengit kan dahi bingung kenapa Anderson tertawa apa yang lucu. "Kenapa om mesum tertawa apa ada yang lucu?" Angeline memiringkan kepalanya bertanya polos.

Anderson yang masih tertawa menghentikan tawanya mendengar kata om mesum Lalu tersenyum miring. "Kucing kecil ingin tahu?" Tanyanya

Dan dijawab anggukan oleh kepala Angeline dirinya ingin tahu mengapa om mesum ini tertawa sendiri mungkinkah dia sudah gila pikirannya dalam hati.

SRET!!!..

Dengan satu tarikan Angeline berada dipangkunya seketika membuat gadis itu terkejut dengan muka merona Angeline berusaha keras untuk melakukan pemberontakan walaupun itu sia-sia karena kekuatannya tidak sebanding dengannya.

"Kau menipuku om me—sum lepas!" Dengan memukul dada bidangnya Angeline terus berupaya melepaskan diri.

Dan?

Bruk!

Anderson menindih tubuh kecil Angeline dengan senyum jahatnya.

Gadis itu membelalakkan matanya tajam kearah Anderson "lepaskan ini tidak lucu om!"dengan berusaha berpura pura tenang Angeline menenangkan hatinya yang berdetak kencang.

"Kau.... Yang ingin tahu mengapa aku tertawa bukan?"

"Iya...t... tapi bukan berarti dengan posisi ini om!"Angeline menahan dengan kedua tangan tubuh kekar itu menjauh tapi dengan cepat Anderson menyambar bibir merah itu.

"Emhh....

Angeline memberontak tangannya meremas kuat kemeja pria itu mendorong memukul dada bidang itu.

Tapi usahanya hanya sia-sia karena Anderson menangkap kedua tangan Angeline dan diletakkan diatas kepala gadis itu.

"Emhh.... Ahhhh jangan.....ohhh

Ciu—man yang penuh na—fsu dan menggebu Anderson lancarkan Angeline yang sudah tergantikan oleh jendral feng Ming Yao pun tidak tahu mengapa dirinya disaat berhadapan langsung dengan pria itu tidak berdaya.

Ciu—man itu perlahan turun ke le—her jenjangnya yang putih sebab rambutnya di gulung.

Anderson yang sudah terbawa oleh hasrat tidak bisa lagi menahan diri.

Laki-laki itu langsung melepaskan, kemejanya membuangnya ke sembarang arah tepat dilantai mendominasi berwarna putih tersebut.

Dia bahkan melepaskan tali spaghetti dipundak Angeline dengan cara kasar,

Bahkan dia melepaskan pakaian da...lam gadis itu.

Setelah memastikan semua penutup tubuh Angeline telah menghilang, terpampang jelas payu...daranya yang masih berkembang putih mulus dan nipel berwarna pink sudah mengeras sedari tadi.

Anderson meneguk Saliva kasar terasa tenggorokan kering Dia tergiur dengan pemandangan alam tersaji di depannya.

Laki-laki itu secara perlahan mulai menautkan bibir keduanya, dia menyapu bibir merah itu secara perlahan bahkan tangan kirinya tidak tinggal diam, meraih kedua dada Angeline.

"Ahhh jangan....! Om emhh"

pekik Angeline panik.

Dia berusaha terus memberontak, alih alih mendengarkan dan peduli dengan pemberontakan Angeline Anderson semakin menggila, dia seketika menurunkan bibirnya terus membututi kulit putih Angeline dan berhenti.

Secepat kilat dia menyesap nipel berwarna pink milik Angeline.

Seperti bayi yang kehausan dia kenyot nya dengan bebas.

Dan kedua tangan Angeline terlepas dengan cepat menjambak rambut hitam Anderson menikmati itu.

Diantara kemarahan, rasa bencinya, menjadi satu. Sentuhan Anderson seketika membuat dia mengeluarkan era...Ngan nya.

"Tidak om, please aku masih perawan,

Tidak... Hiks hiks jangan!"

Angeline terus berteriak panik berusaha melepaskan diri dari kungkungan Anderson.

Airmata nya tumpah, tangisannya pecah, dia terus berteriak histeris.

Dia tahu kamar ini kedap suara, dia tahu teriak kan nya percuma saja, tapi dia berharap Anderson memiliki rasa kasihan agar mau melepaskan dirinya.

Dia tidak bisa bergerak tangannya kembali diangkat keatas, sedangkan kedua kakinya telah dikunci sedemikian rupa.

Ya Tuhan tolong aku!

Tangan kanan nya dengan cepat

Menyusuri kedua pa—ha Angeline seketika satu jari laki-laki itu langsung masuk kedalam sana.

"Akhhhh om?"

Angeline seketika mengeluarkan suara menjijikan nya, dia ingin terus memberontak tapi tenaganya kalah jika dibandingkan dengan Anderson.

Jari-jari Anderson membuat dirinya seketika kehilangan kendali atas pikirannya.

Seolah olah ada jutaan kupu-kupu yang menghantam dindingnya.

Melihat Angeline tidak tahu harus berbuat apa, membuat Anderson memperdalam cium—annya dan semakin menggila memainkan jemarinya dibawah sana.

Bibir merah Angeline tidak dibiarkan menganggur disambarnya bibir Angeline, dia menggigit bibir bawahnya dan seketika membuat Angeline reflek membuka mulutnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan dimasukkan kedalam mengabsen seluruh rongga mulut Angeline.

Anderson terus menyentuh titik sensitif milik Angeline.

"Om... Jangan.. please ini...akhhhh... Salah ohhh!"

Angeline meracau tidak jelas antara nikmat dan benci, Mendominasi menjadi satu.

Sisi lain dia ingin lepas dari kungkungan Anderson, sisi lain dia menggila karena sentuhan ahli dan luar biasa laki-laki itu yang ditemuinya karena kesalahan dirinya.

"Mendesah lah Angeline, aku suka mendengar suara desahan mu memanggil nama ku."

Anderson seolah olah tahu gadis itu berusaha menahan desahannya, dia terus memainkan dirinya di atas gadis itu, dia menunggu gadis itu semakin bisa mengendalikan dirinya.

"Lepaskan om, lepaskan hmpppp"

Bibirnya seketika di tutup oleh bibir laki-laki itu, bagian intinya terus dikacaukan olehnya, satu jemari Anderson terus mempermainkan intinya, membuat milik Angeline lama-lama menjadi basah.

Dia tidak berdaya, benar-benar tidak berdaya, mencoba memberontak pun tidak mampu.

Apakah sampai sini akhirnya aku berada dibawah kungkungan Anderson mana yang namanya kehidupan yang manis yang kau ucapkan itu Dewi sialan!.. aku bahwakan belum membalas dendam atas kematian nya. Dan belum merasakan kembali kasih sayang dan kehangatan keluarga hiks....

🌹🌹🌹🌹🌹