Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 12
Setelah itu, suasana di meja makan menjadi lebih akrab, Sekar wulan melirik ke arah suaminya dengan tersenyum malu- malu, kedua bilah pipinya bersemu merah ketika melihat sang Raden begitu lahap memakan masakan yang sengaja ia buat khusus untuk pria itu. Sementara ia juga melihat ketiga ajudan sang suami juga tampak lahap makan dan gembira, ada saja lawakan yang mereka buat, yang membuat dia juga ikut tertawa.
Sementara sang Raden tetap tenang di tempat duduknya, meski sedang makan ia tetap mempertahankan sikap duduknya dengan badan tegak, setiap gerakannya tertata, tak menimbukan suara saat makan, sangat menunjukkan jika diri nya adalah keturunan darah biru yang sudah belajar tata krama sejak dulu. Tapi meskipun sedang diam, pria ini tetap mempesona di mata Sekar wulan.
"Benar- benar dunia yang ku inginkan, aku melayani suami ku seperti ini, dia yang lahap saat memakan masakan ku, tak ada kamera, tak ada kepura-puraan, hanya menikmati momen bersama dengan santai. " gumamnya dalam hati. Saat menjadi Jihan di dunia modern, dia tak pernah merasakan momen seperti ini, jadi amat bahagia.
"Apakah enak? " tanya Sekar wulan, iseng pada sang Raden.
Laki-laki itu awalnya masih diam, seperkian detik kemudian matanya terangkat menatap kedua mata cantik itu.
"Hmmm."
"Hmm apa? enak tidak? " tanya Sekar wulan sekali lagi karena tak mengerti dengan kode dari pria itu.
"Hhhmm." namun Raden Erlangga malah kembali berdehem saja.
Sekar wulan greget sendiri, ia tanpa sadar menggebrak meja meski tak keras. "Ham hem apa sih? memangnya kau nissa sabyan! "
Hening menguasai keadaan sejenak. Semua orang tentu kaget dengan gertakan tanpa sengaja Sekar wulan itu termasuk sang Raden yang langsung mengangkat pandangan kembali ke arahnya.
Sementara Sekar wulan yang tersadar lantas berjengit dan segera menutup mulut nya. "Mampusss aku, kenapa malah keceplosan bilang begitu?! " Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri, dia malah keceplosan bilang begitu, tentu mereka merasa kebingungan saat ini.
"Ada apa kanjeng ayu? " celetuk Gurem, yang memang suka ikut campur. "Nissa sabyan? siapa yang kanjeng maksud itu? "
Wajah Sekar wulan menjadi pucat pasi, tak mungkin dia menjawab kan jika nissa sabyan yang dia maksud berasal dari dunia nya yang modern. bisa- bisa sejarah berubah saat di tulis. Lagian mulut ini kenapa sih tak bisa di rem sedikit? dia merutuk lagi dalam hati.
"E- eeh itu, dia temanku, seorang penyanyi. Kebetulan ada lagunya yang bernada hmmm hmm gitu di awal, jadi aku seketika mengingat nya dan tanpa sadar mengucapkan nya. "
Ujungnya dia malah berbohong. Nissa sabyan itu memang penyanyi religi yang terkenal di dunia modern nya, Sekar wulan sewaktu menjadi Jihan memang menyukai lagu- lagunya, dan meme soal hmm hmmm itu memang viral di media sosial, jadi tanpa sengaja ia keceplosan saat mengingat itu kembali.
Tapi untung nya mereka hanya ber- oh ria saja mendengar penjelasan absurd nya. Sekar wulan menepuk dahinya pelan, pokoknya kejadian seperti ini tak boleh terulang lagi, atau mereka akan menaruh curiga, dia tak ingin semua keajaiban ini sirna, dia tak ingin kembali ke rutinitas nya sebagai aktris yang membosankan. Dia sudah nyaman menjadi Sekar wulan.
"Kalau dia penyanyi bisa di pertemukan dan di adu dengan pitung, kanjeng ayu. Dia ini paling pandai bernyanyi, yang menjadi daya pikat nya untuk menarik para wanita di Kerajaan ini. Burung- burung saja sampai jatuh pingsan saat mendengar suaranya, benar kan Tung? " kelakar Gurem lantas membuat mereka tertawa, Sekar wulan hanya nyengir saja menanggapi nya. Ia malah menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal, sebab malu.
"Masakan mu enak. "
Tiba-tiba suara berat dari Raden Erlangga membuat Sekar wulan mengangkat wajahnya kembali yang sempat ia sembunyikan karena malu. Laki-laki itu terlihat sedang membasuh tangannya dengan air di atas piring keramik, bekasnya makan, lalu mengambil sebuah kain kecil untuk mengelap tangannya.
"Aku tak langsung menjawab pertanyaan mu tadi, karena ada yang namanya adab. Di larang makan saat di meja makan dan saat mulut sedang penuh oleh makanan. Sepertinya kau harus mengingat kembali tata krama yang pernah di ajarkan padamu. "
Mendengar nya sontak membuat wajah Sekar wulan memerah karena malu, ia tiba-tiba malah membuat keonaran meski kecil. Namun saat di lihat nya wajah Raden Erlangga sedikit melunak, tatapannya berbeda saat menatapnya.
"Jangan berkecil hati, apa yang ku katakan tadi hanya ingin mengingatkan mu. "
Binar lantas kembali di kedua mata Sekar wulan, ia kemudian mengangguk. "Baik Raden, akan ku ingat. "
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lalu hari- hari berjalan menjadi lebih bahagia untuk Sekar wulan. Sebab sekarang, Raden Erlangga tak keberatan saat di ikuti oleh nya. Yang di lakukan nya setiap habis melakukan ritual di kuil untuk puasanya adalah mengekori sang suami meski hanya dalam lingkup Kadipaten, entah itu untuk urusan pekerjaan sebagai Adipati hingga hanya menghabiskan waktu di ruang pribadi pria itu, atau mengikuti nya ke aula latihan untuk berlatih bersama prajurit. Tapi meski hanya dalam lingkungan Kadipaten, Sekar wulan jadi mengetahui betapa sibuknya menjadi seorang pemimpin, sebentar- sebentar melakukan itu, sebentar- sebentar melakukan ini, benar- benar tak ada jeda untuk istirahat tapi Sekar wulan menikmati semua momen itu.
Dia juga jadi lebih dekat dengan Gurem, pitung dan Sanggara, tak ada lagi rasa sungkan dan kecanggungan di antara mereka. Sekar wulan yang pada dasarnya memiliki selera humor yang sama jadi gampang berbaur bersama mereka, hari- harinya jadi di penuhi oleh canda tawa.
Hingga tanpa terasa sudah satu minggu dia menjalani hukuman nya. Tapi di hari itu, saat Sekar wulan sedang berjalan di atas rerumputan, kakinya tiba-tiba terluka oleh sebuah ranting kering yang langsung menancap ke daging kakinya, sontak ia memekik sebab kesakitan, suaranya yang cempreng membuat sang Adipati bersama ki Sodewo dan beberapa kepala desa sedang berbincang terkait pekerjaan, sontak menoleh ke arahnya.
Jarak mereka hanya beberapa meter karena sang Adipati melakukan pertemuan itu di salah satu pendopo tak jauh dari tempat Sekar wulan berdiri sekarang, yang membuat nya langsung menghampiri gadis itu.
"Ada apa? " tanya Raden Erlangga, meski wajahnya tak berekspresi namun entah kenapa Sekar wulan seperti menangkap nada kekhawatiran dalam suaranya.
"T- tidak apa- apa Raden, ini hanya luka kecil saja," kata Sekar wulan meski tak bisa menyembunyikan raut wajahnya, sebab ia tak ingin mengganggu pekerjaan pria itu, apalagi ki Sodewo yang berdiri di sana tampak tak suka sebab karena nya, pembicaraan mereka jadi terganggu.
Tapi tentu saja Raden Erlangga tak percaya dengan apa yang di ucapkan gadis itu, lalu ia sedikit menyingkap kain yang menutupi kaki Sekar wulan, lalu terlihat lah di sana kakinya yang berdarah, tidak hanya ada satu ranting yang menancap di kakinya.
"Apanya yang luka kecil? ini luka serius. "
Lalu tanpa aba- aba, tiba-tiba saja Raden Erlangga menarik pinggang Sekar wulan, menarik sebelah tangannya dan di bawa ke leher pria itu, lalu membawa tubuh langsing Sekar wulan dalam gendongannya.
"Raden apa yang kau lakukan? " pekik Sekar wulan, tentu dia merasa gugup, sebab sekarang mereka menjadi tontonan, para pelayan langsung berbisik- bisik dan tersenyum melihat adegan romantis itu. Tapi berbeda dengan Raden Erlangga, dia tetap tenang dan wajahnya lempeng saja sementara Sekar wulan sudah malu setengah mati, lantas menyembunyikan wajahnya di antara dada bidang pria itu.
"Apa yang ku lakukan? tentu saja harus mengobati luka mu, " katanya lalu membawa Sekar wulan ke salah satu pendopo yang kosong tak jauh dari mereka.
******
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏