NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Tuan Davison

Istri Rahasia Tuan Davison

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Pura-pura menikah dengan tetangga baru? Tentu bukan bagian dari rencana hidup Sheina Andara. Tapi semuanya berubah sejak tetangga barunya datang.

Davison Elian Sakawira, pria mapan berusia 32 tahun, lelah dengan desakan sang nenek yang terus menuntutnya untuk segera menikah. Demi ketenangan, ia memilih pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Namun, hari pertama justru dipenuhi kekacauan saat neneknya salah paham dan mengira Sheina Andara—tetangga barunya—adalah istri rahasia Davison.

Tak ingin mengecewakan sang nenek, Davison dan Sheina pun sepakat menjalani sandiwara pernikahan. Tapi saat perhatian kecil menjelma kenyamanan, dan tawa perlahan berubah menjadi debaran, masihkah keduanya sanggup bertahan dalam peran pura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Kejujuran Hati Sheina

Kipas angin di langit-langit berputar perlahan. Suara dari luar jendela nyaris tak terdengar, hanya angin yang sesekali menyusup melalui celah, membawa udara dingin yang belum cukup membuat kamar itu terasa benar-benar nyaman. Keheningan masih menguasai ruangan.

Sheina duduk di sisi tempat tidurnya. Sean telah lebih dulu berada di sana, bersandar pada dinding dengan ponsel di tangan, meskipun tatapannya kosong dan tak benar-benar tertuju pada layar. Suasananya tidak menunjukkan amarah, bukan pula kekecewaan. Namun ada kebingungan yang jelas tertahan di raut wajahnya.

Tanpa menoleh, Sean akhirnya membuka suara.

“Jadi itu beneran, ya? Kakak sama Pak Davison?”

Sheina menoleh perlahan. “Bukan gitu.”

“Bukan gimana? Kakak turun dari mobilnya. Dia juga ikut turun. Malam-malam. Di depan rumah.” Sean melirik sedikit. “Kupikir tadinya cuma khayalan aku aja waktu godain Kakak dulu.”

Sheina terdiam. Senyum kaku sempat muncul, lalu cepat menghilang. “Sean, ini nggak kayak yang kamu pikir.”

Sean membalikkan tubuhnya sepenuhnya, kini menatap Sheina langsung. “Terus kenapa bisa pulang bareng? Jangan bohong!”

Sheina menarik napas perlahan. “Jadi gini, dia minta tolong. Ada salah paham sama neneknya. Terus semuanya jadi rumit.”

Sean mengernyit. “Salah paham?”

“Kakak ketemu neneknya waktu itu, terus disangka udah nikah sama dia. Davison malah nurutin. Terus minta Sheina pura-pura.”

Mata Sean membulat. “Jadi Kakak sekarang pura-pura jadi istrinya?”

Sheina hanya mampu mengangguk pelan.

Sean memejamkan mata sebentar, lalu menggelengkan kepala. “Ya ampun, Kak! ini beneran kayak plot film. Tapi nyata.”

“Aku juga nggak nyangka semuanya bakal sejauh ini.”

Hening sesaat. Lalu, suara Sean terdengar jauh lebih pelan.

“Kakak suka ya?”

Sheina terlihat kaget. “Hah?”

“Sama dia.”

Sheina mendelik. “Enggak!”

Sean berdiri. Tidak ada kemarahan dalam gerakannya, namun sorot matanya menunjukkan bahwa ia masih berusaha mencerna semuanya.

“Ibu sama Bapak belum tahu?”

“Belum.”

Sean melirik sejenak. “Ya udah. Tapi aku nggak mau Kakak minta aku bohong nanti kalau semua kebongkar.”

Sheina mengangguk. “Aku ngerti.”

"Ya udah deh, aku mau keluar dulu."

Pintu kamar tertutup pelan. Sean sudah keluar tanpa suara tambahan, menyisakan keheningan yang kembali mengendap di udara. Kipas angin masih berputar di langit-langit, membawa dingin yang kini terasa sedikit menusuk.

Sheina belum bergerak. Ia tetap duduk di sisi tempat tidur, pandangannya jatuh ke lantai, tapi pikirannya mengembara jauh.

Pertanyaan Sean tadi masih terngiang.

“Kakak suka ya?”

“Enggak.”

Jawaban itu keluar begitu saja. Cepat. Tegas. Tapi sekarang, setelah ruangan sunyi dan suara siapa pun tak lagi terdengar, kata itu terasa hampa. Ringan di bibir, tapi berat di dalam dada.

Sheina menarik lutut ke atas kasur, memeluknya erat. Keningnya bersandar ke lutut sendiri.

Ia mencoba menepis semua bayangan, tapi wajah Davison muncul lagi, dekat, dan terlalu nyata untuk diabaikan.

Ia mencoba menepis semua bayangan, tapi wajah Davison muncul begitu saja.

Wajahnya tadi siang.

Waktu itu di tempat yang sepi, dengan bahu yang sedikit gemetar dan lutut yang ia peluk erat-erat seperti anak kecil yang sedang kehilangan sesuatu yang lebih dari sekadar seekor anjing.

Sheina masih ingat langkah kakinya saat itu, pelan-pelan menghampiri. Suasana sekolah begitu riuh karena hilangnya Boby, dan Davison yang menjauh dari keramaian ke tempat yang tidak dijamah orang lain.

Ia menatap Davison tanpa tahu harus berkata apa. Tapi tubuhnya bergerak sendiri, duduk di sebelahnya, lalu menepuk bahunya pelan.

“Gapapa.”

Lalu satu kali lagi.

“Gapapa.”

Dan satu kali lagi.

“Gapapa, Pak Dev.”

Davison tidak menjawab. Tapi saat itu Sheina tahu, ia sedang rapuh. Dan bukan rapuh yang biasa. Bukan karena penat atau lelah sesaat. Tapi seperti luka lama yang kebuka lagi. Dan Sheina masih ingat sorot matanya. Sorot mata seseorang yang terbiasa kehilangan dalam diam.

Ia memejamkan mata, mengingatnya terlalu jelas.

Trauma apa yang pernah Pak Dev alami, sampai hilangnya Boby aja bisa membuat dia setakut itu?

Apa yang pernah diambil darinya dulu, sampai hari ini ketakutan itu datang kembali tanpa bisa ia lawan?

Dan di tengah semua kebohongan yang mereka jalani, Sheina justru ingin jadi tempat pulang untuk seseorang yang bahkan tidak pernah ia harapkan masuk ke dalam hatinya.

Sheina menemukan kesamaan dirinya dan Davison.

Ia dan Davison sama.

Keduanya pernah patah sedalam itu.

Dan sama-sama belajar diam saat dunia tak lagi berpihak.

Sheina belum membuka mata.

Di balik kelopaknya yang tertutup rapat, kepalanya masih dipenuhi bayangan tangan Davison yang gemetar, mata kosong yang seperti mencari seseorang, tapi juga takut ditemukan. Dan suara hatinya sendiri, yang tak pernah sekeras ini memanggil-manggil satu nama.

Davison.

Bukan sebagai CEO. Bukan tetangga. Bukan suami pura-pura.

Tapi sebagai sosok yang kehilangan dan tak tahu harus bagaimana.

Dan tanpa sadar, Sheina mengingat sesuatu.

Satu sore yang sudah lama lewat. Satu momen yang ia pikir sudah berhasil ia kubur.

Bukan kehilangan.

Tapi malam yang ia lewati sendirian.

Waktu itu, rumah sakit. Lampu-lampu putih yang terlalu terang. Bau alkohol dan desinfektan yang menyengat. Dingin yang merayap sampai ke tulang. Tubuhnya gemetaran, tapi bukan karena udara. Tapi karena ketakutan.

"Aku takut," gumamnya saat itu.

Tangannya menggenggam kertas hasil pemeriksaan. Ada tulisan dokter yang tidak ia mengerti sepenuhnya, dan detak jantungnya berdentum seperti sirene di dalam kepala. Tak ada siapa pun di sampingnya. Tidak keluarga. Tidak teman.

Ia merasa kecil. Tak terlihat.

Dan di antara lorong-lorong sunyi dan suara sepatu perawat yang beradu pelan dengan lantai, Sheina sempat berpikir kalau saat itu ia jatuh, mungkin tak ada yang akan peduli.

Ia ingat duduk di kursi empuk ruang tunggu. Kedua tangannya saling menggenggam erat, seperti sedang memeluk diri sendiri. Wajahnya tertunduk, tapi air matanya tidak keluar.

Bukan karena kuat. Tapi karena tubuhnya bahkan terlalu lelah untuk menangis.

Dan sekarang saat melihat Davison duduk di lantai lorong sekolah, memeluk lutut, gemetaran, seketika rasa itu muncul lagi. Rasa waktu dunia terus berjalan tanpa menoleh ke arahmu.

Mungkin itulah alasan Sheina menepuk pelan bahu Davison.

Bukan karena cinta. Tapi karena dia tahu persis rasanya berada di titik itu.

Ia membuka mata perlahan. Dunia di kamar tetap sama. Tapi pikirannya tidak lagi sama.

Sheina menarik napas dalam-dalam.

"Apa yang terjadi sama Pak Dev ya?"

Ia merebahkan tubuhnya perlahan.

Mata menatap langit-langit yang sama.

Tapi kali ini, ada satu nama yang dibawa oleh suara kipas angin. Dan Sheina tidak bisa mengusirnya.

Davison berhasil mengetuk pintu hatinya.

Pria yang menjadi ketidakmungkinan baginya kini berhasil menyelinap ke dalam pikirannya.

Karena di antara semua hal yang pura-pura, justru perasaannya sendiri yang paling susah dibohongi.

1
LISA
Menarik juga nih ceritanya
LISA
Aneh tp ntar kmu suka sama Sheina Dev🤭😊
LISA
Aku mampir Kak
Rian Moontero
lanjuutt thor,,smangaaat💪💪🤩🤸🤸
Rembulan Pagi: terima kasih kakk
total 1 replies
Umi Badriah
mampir thor
Rembulan Pagi
Bagi yang suka romance santai, silakan mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!