Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Bisu
Nama urutan keempat yang ditulis oleh Daud di kertas putih kosong yang juga sudah difoto oleh Edo adalah 4. MBAH JEY. Nenek yang bernama lengkap Jainatun itu punya nama panggilan yang lebih dihafal dari pada nama aslinya. Yaitu Mbah Jey.
Mbah Jey adalah seorang mantan dukun pijat bayi. Kenapa Daud mencantumkan nama Mbah Jey di daftar orang-orang yang harus ditanya-tanya sebagai narasumber untuk video Edo? Sebagai dukun pijat bayi Mbah Jey punya segudang pengalaman mistis dan misteri. Untuk itulah Daud dan Edo akan bertanya kepada Mbah Jey tentang penampakan masjid berhantu. Rasa-rasanya tidak mungkin Mbah Jey yang seorang dukun pijat bayi yang sering keluar malam-malam luput dari godaan dan teror masjid berhantu.
Rumah mantan dukun pijat bayi itu berada di dekat persawahan yang menggunung di lingkungan Daud tinggal. Gundukan tanah cukup tinggi yang seluruhnya telah dijadikan sebagai lahan untuk bercocok tanam. Rumah Mbah Jey terletak di dekat tempat itu. Semenjak tidak aktif lagi sebagai dukun pijat bayi Mbah Jey tinggal menetap di rumah itu. Sendirian.
"Kita mau kemana mas?",
"Kamu lihat itu",
"Itu sawah kan?",
"Orang yang mau kita temui tinggal di tempat itu",
"Memangnya ada rumah di sana?",
"Ada cuma satu-satunya",
Daud memimpin jalan diikuti oleh Edo. Mereka berdua menyusuri jalan-jalan setapak dalam perkampungan yang makin mengerucut.
"Daud kenapa tidak dibawa pancingannya mau kemana?",
"Jalan-jalan",
Orang-orang yang sedang berladang menyapa. Biasanya kalau lewat sana Daud mau berangkat memancing. Mereka heran mau pergi kemana Daud dengan teman kotanya.
"Capek tidak Do?",
"Masih okey mas",
"Sebentar lagi sampai itu rumahnya sudah kelihatan",
Memang terlihat seperti tidak lumrah. Di masa yang sudah modern ini masih ada saja seorang loner yang tinggal di rumah gubuk yang jauh dari pemukiman penduduk. Faktanya lagi Mbah Jey yang dulu pernah menikah sama sekali belum pernah punya anak atau melahirkan. Padahal perempuan itu adalah seorang dukun pijat bayi.
Di pagi yang cerahnya terang benderang itu. Setelah melewati jalan setapak yang menanjak. Daud bersama Edo sampai di rumah Mbah Jey yang pinggir-pinggir rumahnya ditanami daun sirih yang lebat-lebat. Daun sirih itu adalah kedoyanan Mbah Jey yang digunakan untuk menginang atau menyirih.
"Assalamualaikum Mbah Jey",
"Permisi",
"Kulo nuwun",
Daud sedikit mengeraskan suaranya untuk memberi salam kepada empunya rumah.
Tapi apa yang diharapkan oleh dua sekawan yang tengah mengulik kebenaran itu seketika sirna.
Setelah lumayan lama menunggu dan memanggil-manggil ternyata rumah gubuk itu sudah lama juga ditinggalkan oleh penghuninya. Seseorang datang menghampiri Daud dan Edo.
"Mas Daud lagi apa di situ?",
"Ada Rembulan",
"Ini aku sama temanku mau silaturahmi ke tempat Mbah Jey",
Rembulan adalah anak angkat Mbah Jey. Setiap hari kerjanya bertani bersama suaminya di ladang yang tidak jauh dari rumah gubuk orang tua angkat mereka.
"Mbah Jey sudah tidak tinggal di situ lagi mas Daud",
"Mbah Jey sekarang tinggal di panti orang jompo",
"Sudah lama Rembulan?",
"Belum lama juga paling baru sebulan",
"Pak Kades dan petugas dari kecamatan yang membawa Mbah Jey ke panti lansia dinas sosial biar ada yang urus di sana",
"Mas Daud sama temannya mau ada perlu apa sama Mbah Jey?",
"Aku dan temanku ini sebenarnya mau tanya-tanya sama Mbah Jey",
"Ya sama saja tidak bisa mas Daud",
"Mbah Jey itu sudah hampir satu tahun tidak bisa ngomong",
"Memangnya mas Daud sama temannya ini mau tanya-tanya apa sama Mbah Jey?",
"Tanya Rembulan saja siapa tahu Rembulan bisa jawab",
"Tapi kamu jawabnya harus jujur ya Rembulan?",
"Iya mas Daud",
Sebagai gantinya Daud dan Edo mewawancarai putri angkat Mbah Jey yang diberi nama Rembulan.
Ada satu pertanyaan yang benar-benar ingin Daud tanyakan langsung kepada Mbah Jey sebetulnya. Tapi karena itu sudah tidak mungkin biar saja Rembulan yang menjawab. Siapa tahu dia benar-benar tahu kisahnya.
Daud menanyakan kebenaran cerita Mbah Jey yang pernah diundang oleh seseorang untuk memijit bayinya bersamaan dengan acara akikahan si bayi. Tempatnya di masjid besar di pinggir jalan raya.
"Itu betul mas Daud",
"Mbah Jey pernah bercerita kepadaku",
"Sekali",
Kata Rembulan jujur.
"Jadi begini ceritanya mas Daud dan mas Edo",
Pada suatu sore menjelang magrib Mbah Jey yang sedang menyirami tanaman sirih didatangi oleh dua orang pemuda. Kedua orang pemuda itu berpakaian rapi dan sopan. Mereka mengundang Mbah Jey untuk melakukan pijet bayi. Kedua pemuda itu adalah paman dari pada si bayi.
"Habis isya ya Mbah",
Habis isya Mbah Jey pergi ke tempat yang disebutkan oleh dua orang pemuda tadi. Masjid besar di pinggir jalan raya. Di situlah tempat Mbah Jey akan memijit si bayi. Mereka bilang bersamaan dengan acara syukuran akikahan.
Mbah Jey sampai di masjid besar di pinggir jalan raya. Di tempat itu memang sedang banyak ramai orang. Mbah Jey disambut oleh kedua pemuda yang tadi sore mengundangnya.
"Dimana bayinya?",
"Di dalam masjid Mbah",
Mbah Jey sebelumnya berpikir bahwa ia akan datang ke rumah orang yang rumahnya dekat dengan masjid yang dijadikan patokan sebagai alamat. Tapi di tempat ini benar-benar hanya ada masjid saja. Tidak ada pemukiman rumah-rumah warga yang lain.
"Mau kemana Mbah?",
"Bayinya yang mau dipijit ada di dalam masjid Mbah",
Mbah Jey meninggalkan tempat itu. Masjid besar yang ada di pinggir jalan raya. Mbah Jey memilih untuk pulang.
"Kenapa Mbah Jey pulang? Apa Mbah Jey melihat penampakan?",
Mbah Jey yang sudah lama menjadi seorang dukun pijat bayi. Tentu tahu membedakan yang mana manusia dan yang mana bukan manusia.
Kata Mbah Jey orang-orang di masjid besar yang ada di pinggir jalan raya itu baunya bukan bau manusia. Tapi bau lelembut (makhluk halus).
*
"Kenapa mas Daud?",
Setibanya di rumah Daud melamun dan ditegur oleh Edo. Ada satu kejadian yang mengganjal di hati mantan seorang wartawan.
Kata Rembulan tadi Mbah Jey sudah pindah ke panti jompo dinas sosial sejak hampir satu bulan yang lalu.
Baru seminggu kemarin Daud pergi memancing dan dapat ikan yang lumayan banyak. Karena Daud tidak doyan ikan. Daud memberikan hasil pancingannya itu kepada Mbah Jey langsung di rumah gubuk tempat tinggal Mbah Jey. Itu juga yang membuat Daud yakin menulis nama Mbah Jey dan hari ini mengajak Edo naik ke tempat mantan dukun pijat bayi.
"Maturnuwun sanget (terimakasih banyak)",
Kata Mbah Jey sewaktu menerima ikan-ikan dari Daud.