NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Kembali ke rumah ibu II

Begitu sampai dikamar putra sulungnya, tangis Ayu langsung pecah saat itu juga. Ia memeluk wajah Bumi dan terus mengusap lembut diiringi tangisan. Ayu sama sekali tidak pernah menyangka bahwa putranya akan melakukan hal seperti ini.

"Ini semua pasti karena Rania! Pasti wanita itu yang menjadi penyebab Bumi seperti ini!"

Beni menghentikan usapan dipunggung Ayu selang beberapa detik usai kalimat itu keluar dari belah bibir sang istri. Dua bulu alisnya menukik, tak setuju.

"Bunda jangan berbicara asal, ini semua bukan karena Rania. Malah, menurut ayah, Bumi seperti ini karena tidak bisa bersama Rania. Dia frustasi karena berpisah dengan Rania."

"Ya sama saja! Alasannya tetap Rania! Andai bunda tidak merestui hubungan mereka, pasti Bumi tidak akan seperti ini."

"Sudahlah, Bun. Ayah memanggil bunda bukan untuk menyalahkan Rania. Lebih baik kita segera mengganti baju Bumi dan segera mengompresnya agar keadaannya lebih baik esok hari," Berjalan ke arah lemari dan mengambil baju ganti untuk Bumi. Sedangkan Ayu, ia masih diposisi sebelumnya dan kembali berbicara.

"Rania memang perempuan sialan! Untung dia tidak jadi menjadi menantu keluarga kita."

"Ayah sudah bilang cukup! Jika bunda tidak bisa membantu, lebih baik keluar. Ayah akan berusaha sendiri mengurus Bumi."

Ayu beranjak dari duduknya. Ia mendekati Beni, memasang ekspresi wajah kesal. "Kenapa ayah selalu membela perempuan itu, sih! Jelas-jelas dia penyebab kekacauan semua ini."

"Bunda salah. Semua kekacauan ini disebabkan oleh Bumi sendiri, dia yang berselingkuh dan menghamili perempuan lain—,"

"Tapi Bumi sudah berjanji akan menikahi Rania, 'kan? Perempuan itu saja yang sok jual mahal. Apa susahnya menunggu sembilan bulan?"

Beni menghela napas berat. "Bagaimana kalau ayah tukar posisi bunda dengan Rania. Ayah berselingkuh dan menghamili perempuan lain, lalu ayah meminta bunda untuk sabar menunggu sampai sembilan bulan, sampai anak ayah dari perempuan lain lahir. Apakah bunda sanggup?"

Ayu cemberut saat Beni berhasil membungkam mulutnya. Tentu atas pertanyaan tersebut, Ayu tidak akan bisa menjawab, dan mungkin saja malu karena sudah pasti jawabannya tidak akan jauh-jauh dari sikap Rania saat ini.

"Bela saja terus perempuan itu," Bergerak meninggalkan tempat tidur. "Bunda tidak habis pikir kenapa ayah terus membela perempuan itu. Apa istimewanya? Ambar lebih baik dari dia. Bahkan sebentar lagi Ambar akan memberikan kita cucu pertama."

"Perempuan baik-baik tidak akan merebut calon suami kakaknya sendiri."

Sederet kata sudah Beni usahakan agar tidak terdengar dengan jelas sebenarnya. Tapi sepertinya Ayu memiliki indra pendengar yang cukup baik diusia saat ini, buktinya Ayu langsung menghentikan langkah dan melempar tatapan tajam ke arah Beni.

"Apa ayah bicarakan? Ini semua sudah takdir, jangan terus menjelekkan Ambar. Dia sedang hamil dan membutuhkan doa baik dari kita."

"Ayah juga hanya membela Rania. Kalau menurut bunda ini semua sudah takdir, ya sudah, jangan terus menyalahkan Rania karena kondisi Bumi. Lagipula esok hari dia akan baik-baik saja, dia hanya butuh istirahat semalaman."

Memutar bola matanya malas sambil melanjutkan langkah yang sempat tertunda. Dibarengi membuka pintu, Ayu kembali berbicara. "Terserah, bunda malas berdebat dengan ayah yang isinya hanya tentang Rania saja."

Helaan napas terdengar bersamaan dengan pintu tertutup dari luar. Lantas, Beni bergerak mendekati tempat tidur dan melepas sepasang sepatu yang dipakai Bumi. Ia tahu, sepertinya Ayu keluar kamar untuk mengambil air hangat dan handuk kecil untuk menyeka wajah Bumi.

...----------------...

Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela, mulai mengusik Bumi yang mulai sadarkan diri. Ke-dua mata Bumi berkedip, tak lama mulai terbuka secara perlahan.

Hal pertama yang Bumi lakukan adalah menyesuaikan cahaya yang masuk, ia bergerak menutupi wajahnya dari cahaya menggunakan telapak tangan sebelum pada akhirnya bergerak mengubah posisinya menjadi duduk.

Dahinya mengerut dalam, sedikit kebingungan. Hingga setelah mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin, Bumi menghembuskan napas panjang sambil menggosok wajahnya menggunakan ke-dua tangan.

"Benar, aku yang meminta sendiri pada Sandy untuk mengantar ke rumah bunda dan ayah."

Suara pintu dibuka dari luar mengundang tatapan dari Bumi. Saat pintu terbuka lebar, ternyata pelakunya adalah Ayu.

Ayu memasang senyuman manis dan segera mendekati putra sulungnya. Tangan kanan Ayu bergerak mengusap salah satu sisi pipi Bumi.

"Bunda kira kamu belum bangun. Apa sekarang sudah merasa lebih baik? Bunda sengaja membuka gorden supaya ada sinar matahari yang masuk, agar suasana kamar tidak terlalu gelap."

Bibirnya menipis, kepalanya menunduk menatap jemari yang saling memilin dibawah sana. "Maaf karena semalam pasti aku merepotkan ayah dan bunda—,"

"Tidak sama sekali," Sela Ayu langsung. "Bunda tidak merasa direpotkan. Hanya saja, bunda merasa sedih melihat kondisi kamu seperti semalam. Ya, itu pertama kali bunda melihatnya."

Kepala Bumi semakin tertunduk dalam. Ya, Bumi tahu. Selama ini Bumi tidak pernah menyentuh minuman terlarang itu, atau datang ke tempat hiburan seperti semalam.

Selain karena Bumi tidak terbiasa, Bumi juga menuruti perintah Rania, perempuan itu selalu melarang dan memberikan wejangan agar bumi tidak datang ke tempat seperti itu.

Tapi untuk semalam pikiran Bumi benar-benar sedang penuh sampai tidak bisa mengontrolnya. Ia terus memikirkan Rania. Tentang kenapa perempuan itu menyerahkan diri pada Ryan, dan bagaimana kalau semisalnya hamil? Bumi terus memikirkannya sampai rasa-rasanya kepala akan pecah.

Ayu berdecak saat melihat Bumi malah melamun. Tangan kanannya bergerak ke atas, mengusap pucuk kepala si sulung. "Jangan terlalu banyak melamun, sayang. Lebih baik kamu segera mandi dan turun untuk sarapan. Bunda sudah membuatkan sup jagung untukmu."

Setelah menyelesaikan kalimat, Ayu bergerak meninggalkan tempat tidur. Menatap putranya sedikit lama, kemudian berjalan keluar kamar.

Sedangkan Bumi, ia tidak lagi melamun. Menyingkirkan selimut yang masih menutupi setengah tubuh, lalu beranjak meninggalkan tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kurang lebih sepuluh menit, Bumi berubah sedikit lebih segar saat keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut menggunakan handuk. Tanpa berlama-lama mengeringkan rambut terlebih dahulu, Bumi berjalan keluar kamar dengan tujuan pergi ke ruang makan. Disana, ayah, bunda, dan adiknya sudah menunggu.

"Duduk, bang," Perintah Beni. Bibirnya tersenyum tipis saat Bumi langsung mendudukkan diri dikursi yang biasa dia tempati. "Sudah lebih baik?"

Kepala Bumi mengangguk-angguk. Saat sebuah mangkuk kecil mendarat tepat dihadapannya, Bumi memegang ke-dua sisi mangkuk, kemudian mendongak.

"Terimakasih, bunda."

"Sama-sama. Makan itu dulu saja, ya? Nanti kalau sudah lebih baik, bunda akan memasak makanan kesukaan kamu."

"Ya, terimakasih."

"Sudah, makan dan habiskan."

Bumi mengambil sendok dan mulai menikmati sup jagung buatan sang ibu. Tanpa ia tahu, sejak tadi sorot mata Beni tertuju penuh padanya.

Mungkin bisa dibilang, Beni adalah orang yang paling peka terhadap perubahan putranya. Biasanya Bumi akan menjahili adiknya, bercerita tentang pekerjaan, tersenyum, kali ini tidak terlihat. Beni hanya melihat putranya terus menunduk dan sesekali melamun entah karena apa.

Beni berdehem sebentar. "Kamu jadi pindah ke samping rumah, bang?"

Mendengar hal itu, pergerakan Bumi spontan terhenti. Bumi kembali melamun sebelum pada akhirnya menegakkan tubuhnya dan membalas tatapan sang ayah.

"Aku belum tahu, yah."

"Loh? Kok belum tahu? Bukankah sudah dilunasi?"

"Bukan itu," Menghela napas panjang. "Ambar, dia tidak mau pindah katanya. Menurutku dia masih kekanakan dan tidak bisa berpikir dewasa."

"Tidak apa-apa, ajari perlahan."

"Kalau Ambar tidak mau pindah, ya sudah, kamu yang tinggal disana. Bunda tidak masalah."

Sontak saja ada tiga pasang mata yang tertuju pada Ayu usai kalimat itu meluncur enteng. Termasuk Laras, heran dengan pendapat ibunya.

"Kalau menurut bunda seperti itu, berarti bunda sama saja seperti mbak Ambar," Laras melirik sinis sang ibu.

"Kenapa seperti itu?"

"Ya bunda pikirkan saja sendiri! Bagaimana perasaan bunda kalau harus tinggal bersama mantan—,"

"Belum ada kata mantan," Sela Bumi. Tatapan matanya terlihat berbeda, sedikit membuat bulu kuduk Laras berdiri.

"Memangnya belum?"

menggelengkan kepala, lalu melanjutkan menyantap sup jagung. Tak lama suara Beni terdengar kemudian.

"Sudah, jangan ribut. Abang coba bicarakan lagi dengan Ambar, ya? Harus mau. Tidak pantas kalau seorang laki-laki menumpang pada orang tua pihak perempuan. Dan benar kata Laras, ada Rania yang harus dijaga perasannya."

Mengangguk. "Iya, yah. Setelah selesai makan aku akan kembali ke rumah Ambar untuk mengajaknya pindah."

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!