Follow;
FB~Lina Zascia Amandia
IG~Deyulia2022
WA~ 089520229628
Seharusnya Syapala sangat bahagia di hari kelulusan Sarjananya hari itu. Namun, ia justru dikejutkan dengan kabar pertunangan sang kekasih dengan perempuan lain.
Hancur luluh hati Syapala. Disaat hatinya sedang hancur, seorang pria dewasa menawarkan cinta tanpa syarat. Apakah Syapala justru menerima cinta itu dengan alasan, ingin membalaskan dendam terhadap mantan kekasih?
Ikuti terus kisahnya dan mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Na-jis Yang Bikin Kangen
"Sya, tunggu!" tahan dokter Prita, tapi Syapala tidak menggubris.
Dokter Prita duduk kembali di kursi kebesarannya. Pikirannya kembali pada ucapan Syapala tadi.
Bahkan dokter Prita merasa bingung, dari mana Syapala tahu kalau dirinya membuat cerita yang tidak-tidak tentang Syapala kepada Erlaga.
"Dari mana dia tahu kalau aku memberikan cerita palsu?" desahnya benar-benar heran.
Setelah keluar dari ruangan dokter Prita, Syapala kembali menuju poli kandungan. Meskipun rasa sakit itu belum sembuh begitu saja, akan tetapi Syapala merasa sedikit lega karena ia sudah menumpahkan perasaan dan unek-uneknya pada dokter itu.
"Setelah ini, aku pastikan bisa menemui pria pengkhianat itu. Dia harus tahu bahwa perempuan yang dipilihnya tidak lebih dari seorang pencuri yang curang," gumamnya.
Langkahnya terhenti di depan poli kandungan. Farida sang kakak ipar menunggu antrean sampai terngantuk-ngantuk.
"Mbak, belum dipanggil juga?"
Farida tersentak dan menoleh ke arah Syapala. "Sepertinya habis ini, Sya."
Tidak berapa lama, akhirnya nama Farida dipanggil ke dalam ruangan, kemudian diperiksa.
***
Arkala baru saja keluar dari rumah dinas. Tinggal menghitung hari dirinya tinggal di rumah itu. Karena hari ini, Arkala sudah mendapatkan rumah yang akan dia huni.
Rumah itu berdiri di sebuah perumahan elit tidak jauh dari perumahan tempat tinggal kedua orang tuanya. Hanya sekitar 700 meter.
Arkala sengaja memilih rumah yang tidak terlalu jauh dengan rumah kedua orang tuanya. Sudah cukup puas dia melanglang buana melakukan tugas negara dan harus jauh dengan orang tua. Dan kini, keadaan seperti itu tidak ingin ia ulangi lagi. Arkala ingin menebus semua di sini di negara sendiri.
Arkala tiba di rumah yang sebentar lagi akan ditempati. Dia langsung bertemu pihak pengembang. Proses pembangunan itu hanya tinggal 20 % lagi.
Arkala berbincang sejenak dengan pihak pengembang. Sepertinya mereka sedang negosiasi. Tidak lama dari itu, Arkala menerima sebuah kunci dan dia memasuki rumah itu sejenak diikuti pengembang maupun Mandor.
Arkala sangat terkesan dengan detail dalam rumah. Sungguh sesuai eksperktasinya. Tidak lama dari itu, dia pamit pada pihak pengembang dan mandor perumahan itu.
Mobilnya kini melaju menuju kediaman orang tuanya. Dia sengaja ingin menemui Laga. Rasanya bibir dan tangannya sudah gatal ingin beraksi menceramahi bahkan memukulnya. Itu semua karena terkait dengan kandasnya hubungan Syapala dan sang adik.
Namun, niat itu urung. Sepertinya Arkala masih memikirkan cara lain. "Cara yang bisa membuat Laga sangat cemburu dan benar-benar menyesal karena telah melepaskan gadis muda nan cantik juga galak seperti... Siapa nama gadis itu? Bahkan aku belum tahu siapa namanya," gumamnya bingung sendiri.
Mobil Arkala baru saja melewati Taman Cinta. Entah kenapa, hatinya menuntun Arkala ke sana. Terlebih, dia memang menyukai danau buatan di dalam taman itu. Arkala jatuh cinta pada danau buatan itu. Aliran airnya yang tenang, seakan membawa damai dalam hidupnya.
Langkah kaki Arkala terhenti tepat di belakang seorang gadis yang menduduki kursi panjang bilah kayu.
"Ini, kan gadis itu?" gumamnya kaget sekaligus senang. Entah kenapa Arkala begitu bahagia bisa berjumpa lagi dengan Syapala, dan kali ini sama seperti pertama kali berjumpa, dalam keadaan tidak sengaja.
Arkala menahan langkahnya, dia perlahan mendekat tapi masih jaga jarak. Jaraknya kini kurang lebih 10 meter tepat di belakangnya.
Bahu gadis itu bergetar, ternyata dia sedang menangis. Arkala iba, ingin rasanya ia memeluk dan menyandarkan kepalanya di bahunya.
"Gadis itu menangis? Dia sepertinya sangat terluka," pikirnya. Kemudian kakinya kembali melangkah lebih dekat. Namun langkahnya kembali dia tahan menyisakan jarak kurang lebih lima meter.
Gadis itu bangkit dari bangku itu. Kakinya melangkah ke depan satu langkah. Bahunya kini semakin bergetar lebih keras dari tadi. Isaknya pun kini terdengar.
"Erlagaaaa, aku benciiiii kamuuuu...." Tiba-tiba gadis itu berteriak, suaranya melolong panjang, menyisakan pantulan suara yang menggema di penjuru danau.
Arkala tersentak, ternyata gadis itu begitu terluka oleh adiknya sendiri.
"Aku juga benci dokter Prita, aku benci dokter Pritaaaa," lengkingnya lagi menyusul.
"Dokter Prita? Jangan-jangan dokter Prita adalah tunangan Laga yang kemarin? Kalau benar, mereka sungguh keterlaluan," gumam Arkala lagi.
Tangan Kala mengepal, amarahnya pada sang adik memuncak. Dia harus temui sang adik dan membuat perhitungan. Kenapa dia sampai tega menyakiti gadis di depannya ini.
Tangis itu kembali pecah, sangat menyayat hati. "Kamu tidak pantas menangis seperti ini, Dik. Kamu pantasnya bahagia dan disayangi." Arkala bicara dalam hati. Hatinya ikut sakit melihat kekecewaan yang dirasakan sang gadis yang masih belum dia ketahui namanya itu.
"Kamu sangat terluka oleh adikku ternyata." Kala sudah berada di samping Syapala yang masih berdiri menghadap danau.
Syapala terkejut, lalu menoleh ke samping kirinya. Wajahnya yang basah air mata, tampak jelas sangat sedih dan kecewa.
"Anda, ke~kenapa ada di sini, apa Anda gemar mengikuti saya?" Meskipun bernada kesal, suara Syapala terdengar getarannya. Menandakan betapa ia sangat terluka.
"Adik, hati saya tiba-tiba menuntun ke tempat ini. Tempat ini sangat damai menurut saya. Tapi, justru di tempat ini saya bertemu kamu sedang sedih. Kalau kamu butuh sandaran, saya rela memberikan bahu saya sebagai sandaranmu." Arkala berceloteh menawarkan bahunya sebagai sandaran.
Bukan senyum lembut atau sambutan hangat atas tawarannya itu. Syapala justru menatap benci pada Arkala.
"Pria gila, pergi. Saya tidak butuh sandaran. Terlebih bersandar di bahu pria seperti Anda. Pria seperti Anda, mempunyai saudara seperti Erlaga pengkhianat, sudah barang tentu sifatnya sama. Sama-sama watak pengkhianat. Jauh-jauh dari saya, karena berdekatan dengan Anda NAJIS."
Gadis yang sedang patah hati karena adiknya itu, lagi-lagi menyebut dirinya najis. Bahkan barusan diucapkan penuh tekanan.
Arkala tersenyum hambar, wajar rasanya apabila dia harus marah dan tidak terima dikatakan najis. Seakan disamakan dengan kotoran hewan bertaring yang najis.
"Hati-hati berkata adik. Nanti kamu kena tulah dari apa yang kamu ucapkan barusan. Tidak ada yang tahu, pria tampan yang kamu katakan najis di sampingmu ini, suatu saat bakal selalu membuat kamu kangen. Amin."
Arkala buru-buru mengaminkan ucapannya barusan dengan tergesa. Dia tidak membiarkan kalimat yang diucapkannya sia-sia begitu saja, sebab baginya itu sebuah doa baik.
Syapala semakin geram saja dengan cemoohan Arkala barusan. Baginya apa yang dikatakan Arkala barusan adalah sebuah cemoohan.
"Anda sudah gila. Tidak akan ada dalam kamus saya kangen pada abang dari seorang pengkhianat," cetusnya seraya beranjak dari tempat itu dengan langkah kaki yang dihentak.
"Tunggu, adik tunggu. Saya ada penawaran untukmu." Arkala berteriak menahan langkah kaki gadis itu. Tapi sayang, gadis itu tidak menoleh sama sekali.
jngan2 nanti ni prita mau jdi plakor lagi
masih bnyak cewek kain dan mu harus robah sikap da pemikiran kmu laga jngan mudah di hasut
jodohin si laga teman pala thoor
ud putusin aja tunangannya biar kapok dia,tau GK,sesuatu yg kita dpt dngn cr yg tidak baik tu,akibatnya jg GK akan awet dan membahagiakan...
.pala udah bajagia sm kala..jgn ganggu ya😄😄