Kembali Ke Masa Lalu

Dengan bertambahnya tamu undangan, maka pesta bunga itu semakin meriah, para nona bangsawan yang saling memamerkan gaya mereka, serta bakat-bakat mereka masing-masing begitu banyak di perta itu.

"Sebentar lagi, persaingan ketat akan segera di mulai, " ujar Ciara lirih.

"Kakak kau bicara apa? apa ada yang kau inginkan? kalau ada bicaralah padaku, " ujar Sania yang mendengar ucapan lirih Ciara.

"Tidak Adik, Kakak hanya mengagumi keindahan pesta ini, Kakak juga mengagumi semua orang yang datang kesini, " ujar Ciara.

"Acara nya sangat meriahkan Kakak?" tanya Sania.

"Ya Adik sangat meriah, Kakak sangat menyukai nya, terimakasih karna Adik telah membawa Kakak ke pesta bunga ini, " jawab Ciara.

"Tak masalah Kakak, itu adalah tujuan ku, membuat Kakak merasa bahagia, " ujar Sania.

"Kau memang yang terbaik Adik, " ujar Ciara terus mengikuti permainan Sania.

"Untuk Kakak segala nya akan ku lakukan, " ujar Sania penuh kebohongan.

"Teruslah mainkan peran mu Adik, karna aku sangat menikmati nya, meski aku harus menahan rasa mual ku, itu tak masalah, karna tujuan ku hanya satu, yaitu mengembalikan semua rasa sakit ku di masa lalu, " monolog Ciara dalam hati sambil menatap Sania.

"Kenapa si bodoh ini tak berulah, ini bukan yang aku inginkan, " monolog Sania dalam hati, merasa kecewa karna Ciara masih duduk manis di sisinya tanpa melakukan hal-hal aneh.

"Para tamu yang terhormat, terimakasih karna kalian sudah mau menghadiri pesta taman bunga ku, aku benar-benar merasa bahagia, karna kalian berkenan hadir di acara ku ini, untuk memeriahkan acara nya, bagaimana kalau kita adakan permainan?" ujar Lani.

"Maaf Nona Lani, permainan apakah yang anda maksud?" tanya Nona Muda Ceril dari kediaman Lao.

"Permainan nya seperti permainan sebelumnya, dia setiap pesta, yaitu kita akan menunjukkan bakat kita masing-masing, siapapun pemenang nya, dia akan mendapatkan hadiah dariku, juga dari orang besar yang hadir di pesta ku ini, " jawab Lani.

"Seperti nya menarik, baik lah aku akan ikut".

"Aku pasti akan memenangkan hadiah itu".

"Untuk kali ini, aku tak akan mengalah, karna aku yang akan jadi pemenang".

"Percuma saja kalian tampil, karna yang terbaik pasti Nona muda ke dua dari kediaman Cang".

"Aku tak akan putus asa, hari ini aku akan menjadi pemenang nya".

Seketika, bisikan-bisikan para Nona muda itu memenuhi ruangan pesta, mereka terlihat begitu bersemangat, mereka pun begitu penasaran dengan orang besar yang di sebutkan Lani.

"Cih kalian tak akan berhasil, karna selama ini, aku lah yang selalu menjadi juara nya, " gumam Sania mencibir semua para Nona muda itu.

"Adik apa kau akan ikut bermain?" tanya Ciara.

"Tentu saja Kakak," jawab Sania.

"Semangat ya Adik, kau pasti menang, "ujar Ciara.

"Kakak lihatlah begitu banyak orang yang mengikuti permainan ini, aku jadi tak yakin kalau aku akan menang, " ujar Sania.

"Kakak yakin Adik menang, karna selama ini Adik selalu jadi juara, " ujar Ciara menyanjung Sania, tentu saja mendengar itu Sania menjadi semakin besar kepala.

"Baiklah demi Kakak aku akan memenangkan permainan ini, dan nanti hadiah nya untuk Kakak, " ujar Sania sengaja meninggikan suaranya.

"Nona Sania begitu baik".

"Sungguh aku iri pada Ciara".

"Manis nya.. aku ingin Nona Sania menjadi saudaraku juga".

"Sungguh beruntung jadi Nona Ciara, meski dia bodoh, dia mempunyai Adik yang baik hati, Adik yang berbakti yang selalu menemaninya, dan juga menyayangi nya"

Pujian itu terus mengalir untuk Sania, hingga Sania tersenyum bahagia, itulah tujuan nya berbicara dengan nada tinggi, agar orang-orang memuji kebaikan nya itu.

Tampa mau membuang waktu, satu persatu para Nona menunjukkan bakat nya masing-masing, mereka dengan percaya diri naik ke atas panggung, hingga tiba lah saat nya giliran Sania.

Sania menunjukkan bakat nya dalam menari, dia menari dengan lincah di atas panggung, tubuh nya meliuk-liuk bagai ular yang berjalan, badan nya pun selentur karet yang mudah di atur.

"Sungguh tarian yang sangat indah".

"Dia selalu tampil sempurna".

"Jika dia mau, aku ingin dia jadi Kakak ipar ku".

"Dia seperti bidadari sedang terbang".

"Aku akan berteman dengan nya, dan meminta nya mengajari ku menari".

Lagi.. pujian terus terucap untuk Sania, sementara Ciara dia duduk manis memperhatikan semuanya, Ciara tersenyum kecil mendengar semua pujian itu.

"Kita akan tunggu, apa yang akan kalian ucapkan jika dia gagal memenangkan permainan ini, apakah kalian masih akan memujinya, " gumam Ciara di sertai seringaian.

Prok.. prok.. prok.. tepuk tangan begitu meriah saat Sania selesai memainkan tarian nya, bahkan ada beberapa para pelayang yang di perintahkan Tuan nya untuk memberikan bunga pada Sania.

Raut kebahagiaan tercetak jelas di wajah Sania, bahkan senyum nya pun tak lepas dari bibir nya itu.

"Waw Adik.. kau sangat hebat, " ujar Ciara melompat-lompat gembira dan memeluk Sania.

"Kakak jangan berlebihan, " ujar Sania, padahal dalam hati dia bahagia melihat tingkah bodoh yang Ciara lakukan.

"Aku hanya bahagia atas penampilan kamu Adik, " ujar Ciara.

"Baiklah, berbahagia lah dengan puas, " ujar Sania terus membiarkan Ciara bertingkah seperti anak kecil.

"Gadis nakal, lihat saja, aku akan menghukum mu, karna kamu bertingkah menggemaskan di depan banyak orang, " ujar seseorang yang terus memperhatikan setiap gerak gerik Ciara.

"Ada apa dengan Tuan, kenapa dia malah tertarik pada wanita yang terkenal bodoh?" monolog sang pengawal bergidik ngeri melihat tingkah sang Tuan.

"Nona Sania, tarian mu begitu indah, " ujar Ceril.

"Nona Ceril terlalu memuji, tadi lukisan anda juga sangat indah, " ujar Sania balas memuji Ceril.

"Para hadirin yang terhormat, terimakasih karna partisipasi kalian begitu sangat memuaskan, bakat-bakat kalian juga sangat luar biasa, semua Nona sudah menunjukkan bakat nya bukan, jika masih ada silahkan naik ke atas panggung, " ujar Lani.

"Aku, aku, aku mau, " ujar Ciara bersemangat.

"Nona Sania, apa tak salah yang di ucapkan Kakak mu itu?" tanya Ceril dan beberapa gadis lain nya.

"Maafkan Kakak ku yang kadang bertingkah seperti ini, " jawab Sania meminta maaf.

"Apa yang akan anda tampilkan Nona Ciara?" tanya Lani penasaran.

"Aku ingin bernyanyi, ya bernyanyi, dan juga bermain musik, " ujar Ciara dengan gaya bodoh nya.

"Kakak.. " panggil Sania.

"Adik Kakak ingin naik ke atas panggung, boleh ya?" ujar Ciara memasang wajah yang akan menangis, melihat itu Sania memberikan kode pada Lani, dan Lani mengangguk mengijinkan Ciara naik ke atas panggung.

"Maaf Nona Lani, apa boleh saya pinjam Kecapi itu?" tanya Ciara sambil menunjuk satu alat musik.

"Itu Kecapi kesayangan Nenek ku, aku takut kau merusak nya, " ujar Lani.

"Tidak akan, tidak akan, aku akan memainkan nya dengan pelan, " ujar Ciara meyakinkan.

"Baiklah, " ujar Lani menyerahkan Kecapi itu.

Ciara duduk manis di depan Kecapi yang sangat indah, terlihat Ciara hanya terdiam saja tanpa melakukan pergerakan apapun.

"Sudah ku duga, sekali bodoh ya tetap Bodoh".

Untung dia bukan saudara ku".

"Sungguh kecantikan yang gagal".

"Hanya membuang..

Yah... Bersambung.