Kepergok berduaan di dalam mobil di daerah yang jauh dari pemukiman warga membuat Zaliva Andira dan Mahardika yang merupakan saudara sepupu terpaksa harus menikah akibat desakan warga kampung yang merasa keduanya telah melakukan tindakan tak senonoh dikampung mereka.
Akankah pernikahan Za dan Dika bertahan atau justru berakhir, mengingat selama ini Za selalu berpikir Mahardika buaya darat yang memiliki banyak kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
"Aku yakin pengakuanmu tadi pasti mengejutkan banyak orang, terutama dokter Yuli. Wanita itu pasti sudah kelimpungan mencari tahu sosok istrimu." Tutur dokter Hendrik pada Mahardika ketika mereka sudah berada di ruangan dokter Hendrik.
"Kenapa kamu nggak sekalian mengaku saja kalau Za itu istri kamu, Biar mereka semua tidak perlu menduga-duga." imbuh Dokter Hendrik.
"Aku sih mau nya begitu, tapi aku belum membicarakan hal ini dengan istriku, takutnya Za merasa kurang nyaman nantinya. Bukan apa-apa, istriku pernah mengatakan bahwa dia tidak ingin sampai dianggap bisa bergabung di rumah sakit ini hanya karena dia istriku, bukan karena berkompeten."
Dokter Hendrik mengangguk paham. "Benar juga, tapi setelah cukup lama bekerja di rumah sakit ini pasti mereka semua akan tahu bahwa Zaliva bisa bekerja di sini bukan hanya karena dia adalah nyonya Mahardika tetapi karena memang Za berkompeten di bidangnya." Tutur Dokter Hendrik dan Mahardika pun mengangguk sebab pria itu tahu betul bahwa Zaliva adalah wanita yang cerdas.
*
Kedatangan dokter Heru sekaligus menyelamatkan Za dari pertanyaan Hilda.
"Kamu jangan kecewa ya....! Karena ternyata saat ini tuan ganteng kamu itu sudah menikah." Dokter Heru sengaja menggoda Hilda dengan kata-katanya, pria berusia hampir setengah abad tersebut menepuk pelan pundak Hilda sambil menahan senyum. Dokter Heru kerap kali mendengar Hilda menyebut Mahardika dengan sebutan tuan ganteng, makanya pria itu sengaja meledek Hilda.
"Nggak papa, Dok, asalkan tuan ganteng bahagia dengan istri tercintanya, Hilda rela." balas Hilda dengan gaya dan kalimat yang terdengar dramatis, hingga membuat dokter Heru langsung melebarkan senyum mendengarnya. Hilda memang paling bisa meramaikan suasana dengan gurauannya, tak heran jika hampir semua tim medis di ruangan tersebut menyukai karakternya. Bahkan rasa lelah menghadapi banyaknya pasien seakan lenyap begitu saja jika Hilda sudah berceloteh. Sebenarnya bukan hanya Mahardika saja yang diidolakan oleh Hilda, asalkan pria tampan pasti akan menjadi idola gadis itu.
Za yang sejak tadi hanya menjadi penonton setia, ikut tersenyum mendengar kalimat Hilda yang begitu dramatis.
Tak Lama berselang, Hilda beranjak bersama Za untuk memeriksa kondisi pasien.
Sepertinya dugaan Dokter Hendrik tidak meleset, terbukti saat ini Dokter Yuli tengah sibuk mencari tahu siapa sebenarnya istri dari Mahardika Putra. Wanita itu menemui beberapa rekan sesama dokter yang juga bekerja digedung tersebut untuk mencari informasi tentang sosok dokter yang dinikahi oleh seorang Mahardika Putra. Tapi sayangnya usaha dokter Yuli tak membuahkan hasil, sebab tak satupun dari mereka yang mengetahui siapa wanita yang telah dinikahi oleh Mahardika.
Beberapa saat kemudian.
Di kantin rumah sakit.
Di sinilah Za dan Hilda berada untuk makan siang . Walaupun baru bisa menikmati makan siang setelah jam makan siang terlewatkan hampir satu setengah jam, mereka tetap bersyukur karena masih bisa mengisi perut di sela-sela tanggung jawab sebagai tim medis yang bertugas di ruangan IGD.
Za yang tengah menyendok makanan ke dalam mulutnya secara tidak sengaja melihat keberadaan dokter Yuli bersama seorang rekannya memasuki kantin. Dan secara kebetulan kedua wanita tersebut menempati meja yang bersebelahan dengan meja yang ditempati oleh Za dan juga Hilda.
"Yang aku dengar dari beberapa dokter yang ikut meeting tadi tuan Mahardika mengaku sudah menikah, benar begitu Dok?."
"Hem." gumam dokter Yuli. Terlihat jelas perubahan diwajah wanita itu ketika rekannya membahas tentang pernikahan Mahardika dengan seseorang yang entah siapa tersebut.
"Aku harus mencari tahu siapa wanita yang telah merebut tuan Mahardika dariku. Dari pengakuan tuan Mahardika, wanita itu juga berprofesi sebagai seorang dokter dan dia juga bekerja di rumah sakit ini." kata Dokter Yuli dengan gurat wajah kesal bercampur penasaran. Dua tahun ia menunggu Mahardika membuka hati untuknya tapi bukannya membuka hati, pria itu justru mengaku telah menikahi wanita lain.
Deg
Za yang tengah menguyah makanan di dalam mulutnya hampir tersedak mendengar dokter Yuli menganggap dirinya telah merebut Mahardika dari wanita itu. Bukan hanya Za, tapi Hilda pun ikut jengah mendengarnya. Merebut, apa itu merebut? Memangnya sejak kapan tuan Mahardika menjadi milik anda sampai anda menganggap istrinya tuan ganteng sebagai wanita perebut, seperti itulah kira-kira arti dari sorot mata Hilda kala melirik pada dokter Yuli.
"Yang benar saja, wanita ini menganggap aku merebut mas Dika darinya." batin Za yang juga tengah melirik pada Dokter Yuli.
"Kalau semua pengakuan tuan Mahardika itu benar, itu artinya pria pujaan hati dokter Yuli sudah bermesraan dengan wanita lain." mulut rekan sejawat dokter Yuli tersebut terkadang suka tidak disaring dulu, mengeluarkan kata-kata yang sangat benar adanya. Lagian mana ada pasangan suami-isteri tidak bermesraan, iya kan? Begitu pikir wanita itu tanpa memikirkan perasaan dokter Yuli yang sudah semakin tak karuan mendengarnya.
Dokter Yuli terdiam mendengarnya, namun wajahnya menampilkan gurat kesal bercampur geram.
"Bukan hanya bermesraan, kami bahkan sudah berci-nta." dalam hati Za sambil menarik sudut bibirnya, seolah tengah menertawakan dokter Yuli. Ternyata gelagat Za tak luput dari perhatian Hilda.
"Ada apa, dok?." Hilda mengerutkan dahi sambil menatap pada Za yang tiba-tiba tersenyum penuh arti.
Senyum di bibir Za sontak pudar tak berbekas.
"Bukan apa-apa, aku hanya teringat lawakan yang aku tonton di TV semalam. Ayo habiskan makanannya biar kita segera kembali bekerja!." Za langsung mengalihkan pembicaraan, dengan meminta Hilda segera menghabiskan makanannya.
Untungnya Hilda percaya begitu saja dengan alasan Za. Gadis itu segera menghabiskan makanannya, begitu juga dengan Zaliva. Setelah menghabiskan makanan masing-masing, Za dan Hilda lantas meninggalkan kantin. Meninggalkan dokter Yuli dengan sejuta kegalauan hati memikirkan pria pujaan hati yang telah melabuhkan hati pada wanita lain.
"Aku jadi heran sama Tuan Mahardika, kenapa beliau tidak tertarik pada dokter Yuli? Bukankah dokter Yuli memiliki paras yang cantik." Gumam Za. gadis itu sengaja ingin mendengar komentar dari Hilda, si gadis cantik yang memiliki jiwa kepo tingkat dewa.
"Cantikan juga dokter Za ketimbang dokter Yuli." Za mendengus napas mendengarnya. Bukan jawaban seperti itu yang ingin didengarnya dari si gadis kepo tingkat dewa, tapi alasan mengapa Mahardika tidak meladeni dokter Yuli. Bisa jadi karena alasan A atau mungkin juga karena alasan B atau alasan semacamnya lah tentang sosok dokter Yuli, itu yang ingin didengar oleh Zaliva. Bukannya justru membandingkan antara dirinya dan dokter Yuli, walaupun kenyataannya apa yang dikatakan oleh Hilda memang benar.
"Sebenarnya bukan hanya dokter Yuli saja yang ditolak oleh tuan Mahardika, karena faktanya tuan Mahardika juga menolak wanita lain, salah satunya adalah teman baik dari istrinya pak Dirut. Kalau menurut aku sih, bisa jadi tuan Mahardika mencintai seseorang makanya sampai bersikap seperti itu." bukannya sok tahu, tapi Hilda hanya menceritakan sedikit yang diketahuinya tentang Mahardika Putra, pria tampan yang terkenal sebagai pemilik saham terbesar di rumah sakit tempat mereka mengais rezeki.
"Bisa jadi wanita yang kini dinikahi oleh tuan ganteng adalah wanita yang dicintainya, iya kan?." imbuh Hilda.
Deg
bener nih kata papa Okta,baru juga ditinggal sebentar udah sedih...
gimana nanti jika pisah beneran...