Pernikahan Kontrak Tuan Ceo

"Gak usah tante, bener deh, aku ikhlas bantu tante."Ucap Aluna, dia tidak mau jika kebaikan yang dia berikan kepada orang lain di salah artikan.

"Iya tante tau kamu ikhlas, tapi ini tante juga ikhlas mau ngajak kamu makan bareng," Ucap Nyonya Ghania. "Tante tidak menerima penolakan loh."Lanjutnya.

Aluna berdiri di sana dalam diam, dia ingin menolak permintaan Nyonya Ghania itu. Satu-satunya hal yang ada di benak Aluna saat ini adalah dia ingin segera sampai di rumah, dia sudah sangat lelah dengan aktifitasnya hari ini, dia sudah sangat merindukan kasur empuk miliknya itu.

"Bagaimana sayang? Kamu mau kan makan bareng tante?" Pertanyaan dari Nyonya Ghania memecah pikiran Aluna.

"Emmm, baiklah tante."Jawab Aluna, akhirnya dia mengalah dan melawan rasa lelahnya.

"Kita naik mobil tante aja."Ucap Nyonya Ghania.

"Gak apa-apa tante, aku naik motor aja. Nanti kita ketemu di lokasi saja."Ucap Aluna, dia sengaja memilih membawa motornya agar dia bisa pulang sesuka dia nantinya.

"Oh yaudah, biar tante mengikuti kamu dari belakang kalo begitu. "Ucap Nyonya Ghania.

"Iya tante."Jawab Aluna.

Dia menaiki motor kesayangannya dan mulai melajukan motornya, sedangkan Nyonya Ghania dia kembali masuk ke dalam mobilnya, dan meminta sopirnya untuk mengikuti motor yang di kendarai oleh Aluna, Nyonya Ghania sudah memberi tahu Aluna dimana dia akan mengajaknya makan.

Haris sedang fokus dengan kerjaannya, dia melihat notif di ponselnya, di sana terlihat ada transferan masuk ke rekeningnya sebanyak seratus juta. Haris tersenyum, dia tidak menyangka jika Aluna beneran mentransfer uang kepadanya.

"Bodoh sekali wanita itu, padahal dia tidak salah sebenarnya."Ucap Haris sambil menatap ponselnya.

"Tidak masalah, nanti gue akan kembalikan uangnya lagi."Lanjutnya, dia kini fokus ke kerjaannya kembali.

Haris sebenarnya tau jika Aluna tidak bersalah, dia memang menabrak mobilnya, tapi itu terjadi karna Reza mengerem mendadak akibat ada seorang ibu-ibu di depan yang belok sembarangan.

**

Sedangkan Aluna dan juga Nyonya Ghania kini sudah sampai di restorant yang Nyonya Ghania tuju, kini mereka sudah berada di salah satu meja dan sedang menunggu pesanan makanan mereka.

"Oh ya,kamu namanya siapa, tante lupa nanya nama kamu." Ucap Nyonya Ghania berpura-pura, padahal dia sudah tau siapa nama Aluna.

"Nama aku, Aluna tante, tante bisa panggil aku Luna."Ucap Aluna.

"Nama yang cantik, seperti orangnya."Ucap Nyonya Ghania dengan senyuman lembut di wajahnya.

"Terimakasih tante."Ucap Aluna dengan tersenyum hangat kepada Nyonya Ghania.

"Jadi kamu ini kuliah apa gimana sayang?" Tanya Nyonya Ghania.

"Aku kuliah tante."Jawab Aluna.

"Ohhh, dimana?"Tanya Nyonya Ghania, dia terus berpura-pura seakan-akan dia benar-benar belum tau tentang Aluna, padahal dia sudah mengantongi informasi dan identitas tentang Aluna.

"Di universitas favorit tante."Jawab Aluna.

"Oh, hebat loh bisa masuk kampus itu, kamu pasti orang yang sangat pintar."Puji Nyonya Ghania.

"Engga tante, aku biasa saja."Ucap Aluna, dia tetap merendah, walaupun dia memang sangat pintar.

Nyonya Ghania menatap Aluna dengan tatapan yang sangat dalam, ada rasa sayang dari dalam hatinya kepada anak gadis di depannya ini terlebih dia mengetahui jika Aluna selama ini hidup sendiri dan tidak memiliki sanak saudara di kota ini, dia akan terus mendekatinya agar dia semakin tau banyak tentang Aluna.

Setelah makanan datang mereka menyantap makanan itu dengan diam, tidak banyak bicara dari keduanya, terlebih Aluna dia sudah terbiasa makan dengan diam, karna memang tidak ada yang bisa dia ajak bicara bukan saat dia makan di rumahnya, karna dia hanya sendiri saja.

**

Haris dan Reza baru saja pulang dari kantor. Mereka menuju markas kesatuan milik Haris. Setelah kemarin ada anak buahnya yang disewa, Haris merasa perlu memastikan bagaimana keadaan anak buahnya di sana, apakah mereka mengalami kesulitan atau tidak.

"Apakah mereka baik-baik saja?" batin Haris, hati-hati mempertimbangkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Ia tahu betul bahwa sebagai seorang ketua, ia tidak bisa membiarkan anak didiknya mengalami kesulitan dalam menjalankan pekerjaannya. Walaupun terkesan kejam, Haris selalu berusaha untuk tidak membuat anak buahnya kesusahan sendirian. Haris selalu mengajarkan pada setiap anak didiknya untuk selalu solid dan saling membantu satu sama lain.

"Karena mereka semua ini saudara, bukan orang asing. Siapapun yang memutuskan untuk bergabung dengan kesatuan mafia ini, harus menganggap semua anggota di sini sebagai keluarganya," tekad Haris tegas dalam hati. Bagi Haris, saling bahu-membahu, tidak ada iri hati, dan dalam situasi apapun mereka harus berani mengambil risiko demi saling menolong, merupakan landasan utama kelompoknya. Dalam perjalanan menuju markas, Haris merenung dalam hati, memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya memahami nilai-nilai yang telah ia ajarkan dan selalu menjaga kekompakan dalam setiap situasi yang dihadapi.

"Bos! Apa ada yang mau di beli, atau lo membutuhkan sesuatu?" Tanya Reza, dia melihat Haris sedari tadi hanya diam saja, dia takut jika sepupu sekaligus bosnya itu sedang ada masalah, namun tidak mau bercerita kepada dirinya.

Haris adalah tipe orang yang jika memiliki masalah dia akan memecahkan masalah itu sendiri terlebih dahulu, jika dia tidak mampu baru dia akan memberitahukan kepada Reza dan memintanya untuk mencari jalan keluar dari masalahnya itu.

"Gak ada. "Jawab Haris.

Reza tidak bertanya lagi, dia segera menginjak pedal gas mobil yang di kendarainya, agar segera tiba ke pinggiran kota di mana markas milik Haris itu berada.

**

Aluna kini sudah di berada di jalan, dia sudah berpamitan kepada Nyonya Ghania untuk pulang duluan, karna Aluna beralasan banyak kerjaan yang harus dia selesaikan, dan emang itu benar adanya, dia tidak hanya mencari alasan saja.

"Akhirnya bisa pulang juga, sebenarnya tante itu baik, hanya saja aku gak terbiasa, karna bagiku dia masih sangat asing."Gumam Aluna, 

"Padahalkan aku juga gak berharap sweater ini bakalan di balikin, tapi tante itu sampe selalu membawa sweaterku agar jika ketemu tidak sengaja bisa mengembalikannya, tapi memang sepertinya tante itu sangat baik."Lanjut Aluna, padahal dia sedang mengendari motor, tapi pikirannya melayang ke Nyonya Ghania terus menerus, Aluna ingat betul senyuman Nyonya Ghania terlihat sangat tulus kepadanya.

**

Sedangkan Nyonya Ghania juga sedang berada di jalan arah pulang ke rumah, dia keluar hanya untuk bertemu dengan Aluna saja, mulai sekarang dia akan mencari cara untuk sering-sering bertemu dengan gadis itu, apalagi sekarang Nyonya Ghania sudah memiliki nomor ponsel Aluna, yang akan menjadikannya lebih mudah untuk berkomunikasi.

"Aku sudah sangat yakin, dia anak baik-baik. "Guman nyonya Ghania sambil tersenyum penuh arti di dalam mobilnya.

"Aku akan pastikan dia dengan Haris harus menikah."Lanjutnya.

"Sebenarnya dia sangat cantik, hanya perlu di ubah sedikit saja tampilannya, tapi wajar lah penampilan dia seperti itu, tidak ada yang memperhatikannya, dan akan aku pastikan jika dia sudah menikah dengan Haris anak ku, aku akan mengubah penampilannya, agar dia semakin cantik dan perfect."Ucapnya lagi.

Sang supir yang sedari tadi mendengarkan ocehan Nyonya Ghania hanya diam saja, dia seolah tuli dengan apa yang di ucapkan oleh sang majikan.