Ratu Maharani, gadis 17 tahun yang terkenal bandel di sekolahnya, dengan keempat sahabatnya menghabiskan waktu bolos sekolah dengan bermain "Truth or Dare" di sebuah kafe. Saat giliran Ratu, ia memilih Dare sebuah ide jahil muncul dari salah satu sahabatnya membuat Ratu mau tidak mau harus melakukan tantangan tersebut.
Mau tahu kisah Ratu selanjutnya? langsung baca aja ya kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan harinya, Nathan terbangun dengan semangat membara. Ia tak sabar untuk segera bertemu Ratu dan membujuknya agar tidak lagi marah atau salah paham padanya. Namun sebelum itu ia mengecek ponselnya lagi apa Ratu sudah membaca pesannya, namun nihil ratu sampai sekarang masih belum menghidupkan ponselnya lagi.
"Gawat sepertinya Ratu benar-benar marah nih!" gumam Nathan pelan, lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
Jam sudah menunjukkan di angka tujuh pagi, Nathan sudah siap dengan seragam pilot yang rapi dan koper kecil di tangannya. Ia bertekad untuk menunaikan tugasnya hari ini dengan baik, lalu segera menemui Ratu.
Nathan melangkah keluar dari kamar hotel lalu turun ke bawah menunggu rekan-rekannya di lobi hotel. Tak berapa lama, satu per satu timnya mulai bermunculan. Erland datang dengan senyum lebar, disusul para pramugari, termasuk Lisa yang kini sudah siap dengan seragam pramugarinya.
Nathan melirik Lisa sekilas, lalu bersikap profesional. Ia menyapa singkat para rekannya. Lisa hanya bisa menunduk tanpa menyapa seperti biasanya, yang caper dengan Nathan, Erland ikut menatap Lisa sekilas lalu tersenyum tipis mengingat kejadian semalam.
"Oke, semuanya sudah siap? Kalau begitu, mari kita berangkat," ucap Nathan tegas.
Mereka semua segera menuju bandara yang terletak tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Sebuah mobil van sudah menunggu di depan lobi hotel, siap mengantar mereka ke bandara.
Setibanya di bandara, tim yang dipimpin Nathan langsung bergegas masuk ke dalam. Suasana bandara pagi itu cukup ramai. Para penumpang hilir mudik membawa koper dan tas, sementara petugas bandara sibuk mengatur lalu lintas. Aroma kopi dan makanan dari kedai-kedai di sekitar lobi tercium begitu menggoda.
Nathan dan timnya menuju loket khusus tempat pesawat yang akan mereka terbangkan sudah menunggu. Di sana, beberapa teknisi sedang melakukan pemeriksaan terakhir untuk memastikan semuanya berfungsi dengan baik.
"Selamat pagi, Captain Nathan," sapa seorang teknisi dengan ramah. "Pesawat sudah siap untuk diterbangkan." lapornya tegas lalu tersenyum.
"Terima kasih," jawab Nathan singkat. "Mari kita mulai persiapan penerbangan."
Nathan dan Erland memasuki ruang kokpit pesawat dan mulai memeriksa instrumen-instrumen pesawat. Mereka melakukan serangkaian pengecekan rutin untuk memastikan semuanya berjalan sesuai prosedur. Erland dengan cekatan membantu Nathan, sesekali melontarkan candaan untuk mencairkan suasana.
Sementara itu, para pramugari, termasuk Lisa, memasuki kabin penumpang untuk mempersiapkan segala kebutuhan selama penerbangan. Mereka memeriksa sabuk pengaman, memastikan kursi-kursi dalam keadaan tegak, dan menyediakan majalah serta selimut bagi para penumpang.
Lisa berusaha bersikap profesional dan menghindari kontak mata dengan Erland dan Nathan. Ia merasa sangat malu dan juga kecewa atas kejadian semalam dan takut Nathan dan Erland akan membuka aibnya di depan para pramugari lain. Namun, Nathan dan Erland bukan tipe orang yang suka mengumbar aib orang, mereka malah terlihat biasa aja seperti tak terjadi apa-apa.
"Semuanya siap?" tanya Nathan melalui interkom.
"Siap, Captain!" jawab para pramugari serempak.
"Oke, kita mulai boarding sekarang," perintah Nathan.
Para penumpang mulai berdatangan dan menaiki pesawat. Mereka mencari tempat duduk masing-masing dan menyimpan barang bawaan di kompartemen atas. Para pramugari dengan ramah menyambut para penumpang dan membantu mereka jika ada kesulitan.
Setelah semua penumpang naik, pintu pesawat ditutup dan Nathan mulai memberikan pengarahan singkat melalui interkom. Ia menjelaskan rute penerbangan, perkiraan cuaca, dan beberapa informasi penting lainnya.
"Selamat datang di penerbangan pagi ini. Kami harap Anda menikmati perjalanan ini," ucap Nathan dengan suara yang tenang dan meyakinkan.
Setelah semua persiapan selesai, Nathan memberi isyarat kepada teknisi di darat untuk melepaskan roda pesawat. Ia menarik tuas gas dan pesawat mulai bergerak perlahan menuju landasan pacu.
"Semoga penerbangan ini lancar dan selamat," gumam Nathan dalam hati, lalu memacu pesawat untuk lepas landas.
***
Di sisi lain, tepatnya di mansion Alatas yang megah, Ratu baru saja menggeliat saat sinar matahari mulai menembus tirai tipis kamar tidurnya. Dengan perlahan, Ratu membuka mata dan menguap pelan sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit kaku.
Matanya langsung terbelalak tak percaya saat pandangannya tertuju pada jam dinding dengan jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
"Shit! Telat gue!" serunya setengah panik.
"Ini semua gara-gara Nathan. Awas saja kalau dia berani muncul di depanku lagi!" gumam Ratu kesal menyalahkan Nathan karena kejadian semalam. Padahal, ia hanya ingin mengucapkan selamat malam, eh malah disebut pengganggu.
Dengan gerakan cepat, Ratu bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. Ia menyalakan shower dan membiarkan air hangat membasahi tubuhnya. Sambil mandi, ia terus mengomel dalam hati tentang Nathan yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Kenapa juga aku harus menelepon dia segala? Bikin kesal aja," batinnya sambil menggosok rambutnya dengan sampo.
"Tapi, suaranya semalam ... kok kayak orang ngantuk banget, ya? Apa dia kecapekan?"
Ratu menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran tentang Nathan. Ia tidak mau membuang waktunya untuk memikirkan pria yang sudah membuatnya kesal.
Setelah selesai mandi, Ratu bergegas mengenakan seragam sekolahnya. Kemeja putih lengan pendek dan rok abu-abu di atas lutut, yang terlihat menarik di tubuhnya yang ideal.
Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia berjalan menuju meja rias dan mulai memoles lip gloss, dan sedikit maskara untuk membuat matanya terlihat lebih segar.
"Seharusnya gue tidak usah peduli sama dia. Toh, dia juga nggak mikirin gue," batin Ratu sambil menyisir rambutnya. "Tapi, kenapa ya, gue akhir-akhir ini jadi kepikiran terus sama tuh cowok, nyebelin? Apa mungkin ... gue mulai suka sama dia?" Ratu terus mengumamkan kata-kata menebak-nebak perasaannya sendiri.
Setelah selesai bersiap-siap, Ratu meraih tas sekolahnya dan bergegas turun ke ruang makan. Di sana, seperti biasa Eyang Rita dan Daddy Anggara sudah duduk dan sarapan di meja makan.
"Selamat pagi, Sayang," sapa Daddy Anggara dengan senyum hangatnya.
"Pagi, Dad," jawab Ratu sambil mencium pipi Eyang Rita.
"Semalam tidur jam berapa?" tanya Eyang dengan nada perhatian.
"Ratu cuma sedikit begadang aja," jawab Ratu berbohong. Ia tidak ingin Eyang atau Daddy-nya tahu kalau ia begadang karena memikirkan Nathan, bisa-bisa keduanya langsung menggodanya.
Dengan terburu-buru Ratu langsung pamit pada Pada Daddy dan Eyangnya karena memang sudah sangat terlambat ke sekolah. Ia meraih tas ranselnya di atas kursi dan berlari kecil menuju pintu.
Di sana, motor sport hadiah dari Nathan sudah terparkir rapi. Ia dengan cepat memakai helm dan langsung tancap gas menunggangi motor tersebut menuju sekolah.
Udara pagi yang mulai hangat langsung menyambutnya. Ia dengan keahliannya membawa motor dengan lincah meliuk-liukkan tubuhnya di atas motor, melewati pengendara lain.
Pas di simpang lampu merah sebelum belokan ke arah SMA Garuda, ia bertemu Ica dan Della, yang ternyata juga telat. Ketiganya saling sapa dan tertawa pelan.
"Telat lagi kita?" ucap Ica sambil terkekeh.
"Iya nih, kesiangan kita," jawab Ratu sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Lampu hijau menyala, ketiganya langsung memacu motor masing-masing. Kini, mereka tidak lagi menuju gerbang sekolah karena sudah pasti mereka telat dan pintu pagar sudah dikunci. Jadi, ketiga gadis cantik berseragam sekolah itu langsung menuju pagar belakang sekolah, tempat di mana mereka sering memanjat pagar jika telat.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah memarkirkan motornya di pinggir pagar, sengaja untuk memudahkan mereka melompat ke atas pagar.
"Siap-siap, girls! Petualangan dimulai!" seru Della bersemangat.
Hap!
Ketiganya kini sudah di atas pagar dan siap untuk melompat ke dalam perkarangan sekolah. Ratu melirik ke bawah, lalu melompat dengan cepat. Ica dan Della menyusulnya dari belakang.
"Aman!" seru Ica sambil mengacungkan jempol.
Dengan langkah mengendap-endap, mereka bertiga melangkah pasti menuju koridor sekolah yang sepi karena semua murid pasti sedang mengikuti pelajaran pertamanya.
"Kita langsung ke rooftop saja. Tunggu jam ganti pelajaran baru masuk," titah Ratu, lalu berbelok menuju tangga.
Sesampainya di atas, mereka bertiga langsung menarik napas lega. Angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka, membuat rasa penat sedikit berkurang.
"Tumben banget Bu Fani tidak keliling, biasanya pasti muncul tiba-tiba," cetus Ica heran sendiri.
"Bagus dong, aku lagi nggak mood. Kalau ketahuan, kita pasti dihukum lagi," sahut Della, Ratu mengangguk setuju. Ketiganya terkekeh pelan.
Ketiganya sibuk dengan urusannya masing-masing, Ratu akhirnya menghidupkan kembali ponselnya yang sengaja ia matikan samalam. Begitu ponselnya hidup.
Bib!
Bib!
Bib!
Beberapa notifikasi pesan bermunculan. Sebagian besar dari Nathan, dan ada juga panggilan tak terjawab dari Nathan.
"Maaf ya semalam aku ngantuk, Aku nggak bermaksud membuatmu marah,"
"Ratu, aku bisa jelasin semuanya. Please, jangan marah sama aku,"
"Aku janji, lain kali nggak akan begini lagi,"
Ratu tersenyum puas setelah membaca satu persatu pesan dari Nathan yang berisi penjelasan dan permintaan maaf. Namun ia sama sekali tak berniat untuk membalasnya.
"Rasain, emang enak dicuekin, dasar nyebelin," gumam Ratu, tapi dalam hati bersorak riang karena Nathan begitu takut ia marah. Ia merasa memiliki sedikit kuasa atas pria itu, dan itu membuatnya senang.
"Eh, lo kenapa senyum-senyum sendiri gitu? Kesambet?" tanya Ica penasaran.
haiiisss ganggu aja......😁