Bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, karena telah berhasil menyelesaikan study nya. Kayvaran Cano Xavier malah langsung diberikan misi penting oleh papahnya untuk menyelesaikan masalah di salah satu cabang perusahaan yang ada di Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor. Akan tetapi, ini bukan masalah bisnis melainkan persaingan wilayah dengan beberapa klan mafia yang ada di sana.
Namun, bukan itu letak permasalahan utamanya untuk Kay. Melainkan sang adik Axelion Cano Xavier yang masih berusia 8 tahun yang diam-diam menyelinap naik ke pesawat yang akan mengantarnya ke Kota Xennor tanpa diketahui oleh siapapun. Kay menyadari keberadaan sang adik saat pesawat sudah hampir setengah perjalanan.
“Eeeh … orang utusan Tuan Luca ternyata Papah muda! Lihat, anaknya menggemaskan sekali!”
Setibanya di perusahaan dia malah dikira sebagai karyawan biasa dan bahkan dibilang Papah muda karena Axel memanggilnya Papa?
Apakah Kay bisa menyelesaikan misinya sembari menjaga sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Menggila Duo M
Sementara itu, dari kejauhan Axel melihat keberadaan Noah yang sedang dicari oleh Pamannya itu bersama dengan sang Kakak dan juga calon Mamah barunya … salah, ralat maksudnya calon Kakak iparnya.
Dengan semangat Axel lantas berseru, “Paman, Kak Noah dan Kak Kay ada di sana bersama dengan Mamah!”
“Hah … Mamah?”
Levi turut mengikuti arah pandangan yang Axel lihat saat itu. Dan betapa terkejutnya dia ketika Mamah yang dimaksud Axel adalah seorang wanita muda seumuran dengan Kay dan Noah yang mengingatkan dirinya pada seseorang … Axlyn, wanita yang pernah menjadi orang kepercayaannya.
“Tunggu? Kenapa wanita itu langsung mengingatkan aku pada Axlyn?” gumam Levi berusaha mempertajam penglihatannya, “Axel, benarkah dia Mamahmu? Jangan katakan kalau Luca menikah lagi dengan wanita yang terlihat seperti Axlyn itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ashlyn dan yang lainnya?” lanjutnya memastikan langsung pada Axel yang balik menatapnya bingung.
“Mmm, dia memang Mamahku tapi—”
“Tuan Levi, lihat … jumlah mereka semakin banyak. Anda yakin kita akan tetap menghadapi mereka seperti ini?” Ucapan Axel seketika terpotong dengan kedatangan Joseph yang melapor bahwa musuh semakin banyak berdatangan ke arah mereka.
“Axel, kita bahas ini nanti saja. Sekarang yang terpenting kita bisa pergi dari tempat ini secepatnya, sebelum kita mati sia-sia,” ujar Levi secara tidak langsung meminta Axel menyimpan penjelasannya untuk nanti.
Tak lama kemudian, terdengar suara Noah dari sambungan alat komunikasi jarak jauh yang sudah tersambung satu sama lain, “Dad, aku sudah berhasil menemukan Kay! Kami akan segera meninggalkan tempat ini sekarang. Jadi, bisakah kalian bersihkan jalannya karena kami akan menggunakan kecepatan penuh dengan mobil yang kami bawa.”
“Sialan, butuh bantuan baru kau teringat denganku, Hah? Memang murid kurang ajar, tadi menghilang tanpa mengatakan apapun,” umpat Levi pada anak asuhnya itu.
“Ayolah, Dad! Kau terlihat sangat menikmati pertarungan itu, karena itu aku memilih untuk mencari tahu keberadaan Kay dan memastikan keadaannya. Kami pun hampir terjebak di sini kalau tidak segera meninggalkan tempat ini,” ujar Noah.
“Baiklah, kau akan mendapat hukuman dariku nanti. Begitu juga dengan si bodoh, Kay itu!”
Levi bersedia melakukan apa yang Noah perintahkan sebagai gantinya kedua anak asuhnya itu akan mendapatkan hukuman darinya karena membuatnya ikut terjebak dalam pertarungan tak terduga itu.
“Joseph, beritahu yang lainnya untuk segera membuka jalan. Kay dan yang lainnya akan segera meninggalkan tempat ini. Jadi, kita juga harus bersiap!” Levi memberitahukan kepada yang lainnya.
“Baik, Tuan!”
Joseph pun bergegas melakukan sesuai yang diperintahkan. Tidak lupa, dia menyampaikan perintah tersebut kepada Aiden dan Yasmin untuk ikut membantu.
...****************...
Sementara di sisi lain, Matt dan Max masih terjebak di dalam gedung pertemuan. Sampai akhirnya mereka mendapat isyarat dari Kay melalui suara tembakan yang berarti mereka harus segera pergi dari sana.
“Matt, kita harus pergi sekarang! Kay sudah memberikan isyarat untuk kita segera mundur,” ujar Max.
“Mmm, aku tahu! Ayo per—”
“Mau kemana kalian berdua? Kenapa buru-buru sekali? Bagaimana kalau kita bermain sebentar di sini?” Ucapan Matt terpotong dengan kehadiran Edmun yang sengaja menghalangi satu-satunya jalan keluar dari gedung tersebut.
“Baiklah, permainan seperti apa yang ingin kau mainkan? Mati ditanganku atau ….” Matt sengaja menggantung perkataan.
“… mati ditanganku!” Karena Max yang menyambungnya.
“Sialan, kalian berdua! Kita lihat seberapa hebat para cecunguk Xavier seperti kalian ini.”
Tanpa buang waktu, Edmun dan tangan kanannya yang bernama Elton langsung menyerang keduanya secara membabi buta. Mau tidak mau Matt dan Max harus kembali terlibat pertarungan sengat dengan kedua orang yang tengah menyerang mereka itu.
Awalnya keduanya cukup terdesak, bahkan sesekali terluka akibat serangan tersebut. Namun, Matt dan Max memang sengaja membiarkan musuh menggila lebih dulu, sebelum mereka memperlihatkan kegilaan seorang Xavier.
“Cih, hanya segini kemampuan bertarungmu? Aku pikir kau sangat hebat dengan bicara besar seperti tadi. Rupanya hanya seorang preman kecil yang tidak tahu diri,” cibir Matt memang suka sekali memancing amarah lawan ketika sedang bertarung, dia jelas sekali tengah meniru seseorang.
“Beraninya kau bicara seperti itu kepadaku,” geram Edmun karena merasa diremehkan.
“Astaga, Max! Takutnya diriku ….” Matt malah semakin sengaja mengejeknya dengan raut wajah takut yang dibuat-buat.
“Sial, kenapa dia harus kumat gilanya disaat seperti ini,” gerutu Max menghela napas panjang dengan kelakuan rekannya itu, “Ck, jangan menatapku seperti itu. Aku tidak kenal dengan orang gila ini,” sambungnya saat menyadari anak buah Edmun yang bernama Elton itu tengah menatapnya yang tengah bergumam sendiri.
“Bukankah kau sama gilanya dengan orang itu? Kau tidak akan bisa keluar dengan selamat dari tempat ini tanpa ijin dari Tuanku,” ujar Elton tersenyum meremehkan.
“Apa katamu? Baiklah, sekarang kita lihat seberapa lama kalian semua menahan kami berdua yang menggila di sini.”
Max dalam mode gila diaktifkan. Dengan gerakan yang sangat cepat, Max memutar balikkan keadaan hingga kini dia yang terus menyerang musuh tanpa ampun.
Tidak hanya itu, Max memanfaatkan barang-barang disekitarnya sebagai senjata dan mencari kesempatan yang bagus untuk melakukan serangan fatal. Alhasil, Elton semakin kewalahan dan bahkan anak buah yang lain tidak berani mendekat. Sebab sekali mereka mendekat, maka detik itu juga mereka akan langsung pindah alam.
Melihat anak buahnya hampir dikalahkan, Edmun pun berusaha untuk membantunya. Namun, sepertinya dia lupa bahwa lawannya adalah Matt. Orang gila sesungguhnya yang kini benar-benar mengamuk karena merasa diabaikan.
“Hai, bukankah kau ingin kami menemani kalian bermain? Maka lakukan ‘lah dengan serius, karena lawanmu sejak awal adalah aku!”
Matt melayangkan sebuah serangan dengan menggunakan sebilah belati yang nyaris mengiris urat lehernya kalau saja beberapa tembakan membuat dia dan Max terpaksa mundur.
Sementara Elton langsung menarik Tuannya menghindari serangan tersebut, hingga lengannya sendiri yang harus terluka cukup parah akibat sayatan belati tersebut.
Doorr … Doorr … Doorr ….
“Sial, padahal hampir saja selesai ‘tuh nyawanya yang tak berguna,” umpat Matt sebari berlindung dibalik tembok untuk menghindari tembakan tersebut.
“Biarkan saja, yang terpenting saat ini kita harus segera keluar dari tempat ini,” ujar Max mengingatkan.
“Bukankah mereka aneh sekali? Mereka yang mengajak bermain duluan, giliran kalah mengamuk melebihi orang gila,” celetuk Matt yang mengikuti Max mencari jalan keluar lain.
“Tentu saja, karena mereka bermain dengan orang gila sepertimu. Mana mungkin tidak ketularan gilanya?” Max menanggapinya.
“Lah? Bukankah kau lebih menggila barusan melebihi aku.” Matt jelas tidak terima dikatai sebagai orang gila sendirian di sini, setidaknya Max harus menemaninya gila ‘dong.
“Baiklah, terserah kau saja, Matt! Aku bisa gila beneran kalau terus bersamamu seperti ini,” gumam Max tak ingin menanggapi lagi.
Bersambung ….
aq seneng banget gk sabar untuk episode selanjutnya, Oh iya kak spil cucu nya Levi dan luci ya kak ya nanti dan kangen juga sama trío somplak ( Félix, jaydon, sama Levi)
Pasti Luca dan yang lain lagi ketar ketir nih, mereka pasti tahu, Kay dalam bahaya...
Semoga Kay dan yang lain selamat deh...🙏🙏🙏