Andre baru saja membeli rumah yang letaknya bisa di bilang antara kota dan juga kampung, dan di sinilah dia merasa nyaman dengan harga rumah yang tidak seberapa mahal.
sedikit terpencil namun di bagian depan begitu asri karena ada pohon rambutan yang menaungi rumah tersebut, tapi ketenangan menunggu rumah ini tidak bertahan lama karena sebulan setelah tinggal di sana. Andre kerap kali menemukan jejak kaki berlumpur.
semula di abaikan saja karena dia tidak berpikiran macam-macam, namun itu terus terjadi sehingga rasa curiga pun mulai muncul.
Ada apakah dengan rumah ini?
Apakah ada sesuatu sehingga rumah di jual dengan harga murah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Mencari mayat
Heboh, tentu saja saat ini rumah Arman menjadi tempat heboh yang paling besar karena semua pelayar telah tahu bahwa jenazah Pak Min telah menghilang dari dalam kamar. sebagian mengatakan bahwa mungkin saja Pak Min belum meninggal dunia sehingga dia memilih keluar, namun sebagian lagi mengatakan bahwa Pak Min masih di hantui oleh pesugihan yang dulu dia anut.
Zidan yang telah tiba di sana menjadi gamang karena dia tidak seberapa paham akan hal gaib pesugihan yang dianut oleh Pak Min, Arya sedang dalam perjalanan pulang karena dia ada di desa mati mengurus sebuah masalah juga, sedangkan Purnama sedang sibuk mengurus Andre yang ada di perbatasan sehingga belum sempat untuk datang.
Arman ingat soal pertanyaan Purnama bahwa mayat Pak Min tidak boleh ditinggalkan sendirian karena nanti akan timbul masalah, mungkin saja masalah ini lah yang di pesankan oleh Purnama kala itu. malah sekarang datang pula masalah yang sudah di sangka oleh Purnama, mayat Pak Min telah tiada lagi.
Sekarang tidak tau lagi harus bagai mana mau mencari di mana mayat Pak Min yang hilang entah kemana, siapa juga yang akan mencari di mana sekarang Pak Min, kalau bukan Purnama maka tidak akan bisa mau mencari di mana keberadaan nya sekarang ini.
"Sudah ku katakan kalau jangan tinggal mayat sendirian." ujar Purnama yang sudah datang.
"Aku hanya meninggalkan sebentar untuk memanggil Bu Sarti, ya Allah hanya sebentar saja." Okta lemas tidak bertenaga.
"Jadi ini gimana sekarang, Mbak Pur?!" Arman pucat tidak ada tenaga.
"Ya di cari, mau bagai mana lagi karena ini memang sudah hilang." jawab Purnama segera keluar dari rumah.
Purnama pun mencari di mana mayat nya Pak Min sekarang karena tidak mungkin juga mau diam saja, susah payah ini sudah pasti karena mayat Pak Min jelas di bawa oleh sesuatu yang sangat mengerikan. entah pesugihan apa saja, tapi jelas nanti di akhir usia akan membuat masalah, ini saja sudah mati masih saja di siksa.
Bingung juga Purnama untuk memulai kisah ini karena dia pun mengira sudah selesai, kalau Asu baung yang mencuri jelas tidak mungkin karena iblis itu sudah di sekap oleh Purnama dalam lembah kematian yang sangat mengerikan sehingga susah sekali untuk mencari nya.
"Aku mau mencari di sini saja dulu, kalian cari lah di lembah kematian mayat nya Min sialan ini." Purnama menyuruh Nilam yang ada di sebelah nya.
"Hidup dan mati menyusahkan orang saja, awas kalau sampai ketemu maka akan habis ku bantai." geram Nilam yang mendapat tugas.
"Ya sudah ayo kita cari, memang mati pun membuat kesal saja." Yasmin menjawab pelan.
"Ayo lah kita cari, susah sekali lah mengurus manusia satu ini." Nilam segera berangkat untuk mencari di mana keberadaan Pak Min.
"Bukan lagi manusia dia tu, sudah jadi mayat tidak berguna dan malah banyak tingkah pula." Yasmin merutuk tiada henti.
Kedua member merutuk tidak ada sudah nya karena mereka harus mengurus mayat Pak Min yang entah di mana sekarang, mau mencari nya pun akan membuat susah saja tidak ada sudah nya. ini lah kalau sudah mengurus orang menganut pesugihan maka sudah pasti akan membuat masalah, memang menguji kesabaran.
"Kau kumpul kan pucuk daun pisang yang masih bergulung." Purnama menatap Arman.
"Untuk apa, Mbak?" Arman malah bertanya pula.
"Untuk manggang ikan!" bentak Purnama membuat Arman langsung mengkeret karena ketakutan.
"Sudah lah tidak usah banyak tanya, ayo ku temani mencari daun pisang yang di gulung." ajak Amir menarik tangan nya.
Amir segera menarik tangan Arman untuk mencari daun pisang yang masih bergulung gulung itu, tentu nya memang masih sangat muda. entah untuk apa karena tidak bisa juga mau di tanya, nanti yang ada malah makin kena marah oleh Purnama yang saat ini kelihatan tengah pusing juga memikirkan di mana mayat Pak Min.
"Yang bergulung ini susah loh mau membuka nya." lirik Arman.
"Terserah mau susah atau tidak karena tugas kita hanya mencari nya saja dan nanti dia yang akan menggunakan untuk apa pun." Amir berkata kesal.
"Lagi pulang ke mana lah pergi nya mayat Pak Min, baru ini aku pergi melayat tapi malah mayat nya hilang entah ke mana." Tamrin berkata pelan.
"Sabar lah sedang di cari itu, bisa jadi Pak Min lagi ngopi." celetuk Ridwan saudara nya Amir.
"Sembarangan saja kalau ngomong!" Amir memarahi Abang nya.
"Biar tidak tegang gitu, karena sebenar nya aku juga sedang ketakutan!" Ridwan berbisik pelan.
Siapa yang tidak takut kalau pergi melayat tapi mayatnya malah hilang entah ke mana sehingga tidak bisa ditemukan oleh siapa saja, atas kejadian ini maka menjadi buah bibir para warga yang telah hadir di rumah Pak Min. apa lagi sebelum meninggal Dia sudah meninggalkan skandal yang tidak bagus, malah sekarang di tambahi pula dengan adanya mayat yang hilang entah ke mana.
Karuan saja warga sini semua menjadi merinding dan ketakutan, takut nya apa bila nanti sampai malam tidak kunjung ditemukan maka sudah pasti tidak ada orang yang berani keluar dari rumah karena mereka takut ketemu dengan mayat Pak Min.
"Pak RT ini jadi nya bagai mana?" Hasan menatap Pak RT.
"Ini namanya karma karena dulu dia ambil pesugihan dan sekarang masih berbalut dengan pesugihan itu." Joko menjawab cepat karena pemuda ini masih menyimpan dendam.
"Joko, sudah lah jangan menyimpan dendam di hati mu." Pak RT menatap pemuda ini.
"Yang lalu biarkan saja, kau tidak baik menyimpan dendam seperti itu karena kita juga tidak tahu nasib yang akan datang." Udin ikut menasehati Joko.
"Memaafkan jauh lebih baik karena nanti hati mu menjadi lega, Allah pasti akan membalas semua yang telah menyakiti kita." Arka menatap teman nya.
Joko menarik nafas berat karena mungkin saja dia memang harus memaafkan apa yang telah Pak Min perbuat, walau gara-gara pesugihan Pak Min dia harus kehilangan sesosok Bapak. Pak Tejo meninggal dunia karena digigit asu Baung pesugihan dari Pak Min, jadi memang menyimpan rasa dendam di dalam hati Joko.
"Mari kita bantu cari di mana mayat nya sekarang!" Arka mengajak yang lain.
"Baru ini ada mayat bisa hilang loh, Ya Allah kok macam-macam saja lah." keluh Udin.
Udin dan Arka serta Joko segera bergerak untuk mencari di mana mayat Pak Min sekarang, walau Purnama juga sudah mencari namun mereka tidak mungkin hanya diam saja menunggu di sini tanpa pergerakan apa-apa jadi memang lebih baik untuk segera mencari dan berharap mayat orang tua itu segera di temukan sebelum malam datang.
Selamat siang besti.