DILARANG KERAS PLAGIARISME!
Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 - PERJALANAN
Jam sudah menunjukkan pukul 13.15 siang ini. Bu Asih dan Aruni baru selesai makan siang. Suasana yang hangat dan penuh cinta antara keduanya begitu terasa. Mereka mengobrol, bercanda, dan juga sesekali mengenang masa ketika almarhum Ayah Aruni masih ada. Sambil menunggu Bella dan Caca datang.
Rencananya mereka bertiga akan berangkat menggunakan mobil Aruni. Dan Bu Asih sudah berpesan agar bergantian menyetir antara Aruni dan Caca. Karena perjalanan yang jauh dan pasti akan menguras tenaga.
"Caca sama Bella udah di jalan belum Ar? Kamu udah telepon lagi?" tanya Bu Asih ingin memastikan bahwa dua orang sahabat anaknya itu jangan sampai terlalu sore.
"Udah kok Bu, mereka udah di jalan sekarang, paling 15 menit lagi nyampe ke sini." jawab anaknya sambil membersihkan giginya.
"Jorok ah, sikat gigi sana, masa bersihin gigi pake kuku gitu..." nasihat Bu Asih.
Tanpa menjawab Ibunya, Aruni mempertanyakan hal lain. "Bu, aku penasaran deh, dulu Ibu bisa ketemu sama Ayah gimana?"
"Kayaknya udah Ibu ceritain deh ke kamu."
"Dih belom ya..." jawab anaknya itu.
"Hm..." Bu Asih memangku wajah di kedua tangannya, "Kamu kepo yaaa? Atau... jangan-jangan kamu udah punya pacar di kampus? Hayooo ngakuuu..." canda Bu Asih kepada Aruni.
Aruni yang melihat Ibunya seperti itu, mulai tersenyum malu sambil matanya melirik ke arah lain.
"Hm... Bener kan tebakan Ibu?" wajah Bu Asih maju sedikit seperti menyudutkan anaknya itu.
"Apa sih Buuu...? Gak loh... Aku gak punya pacar! Ibu malah cari topik lain ah, gak seru!" jawab Aruni bergaya centil pada Ibunya sendiri.
"Hahaha... Iya deh..." timpal Bu Asih. Dan Bu Asih memulai ceritanya saat awal berjumpa dengan almarhum sang suami.
"Dulu, waktu itu, Ayahmu udah kerja di perusahaan properti, dan Ibu baru aja kuliah semeter 6..."
"Terus-terus?" Aruni semakin penasaran. Memperhatikan Ibunya dengan antusias.
"Nah, waktu itu Ibu ada tugas bikin makalah. Ibu lagi ke tempat percetakan. Terus... pas Ibu lagi nunggu makalahnya selesai dicetak, Ayahmu dateng ke percetakan itu. Awalnya sih Ibu cuek aja kan ya, pas Ibu mau bayar, eh dompet Ibu ketinggalan di tas dalam kelas. Dan Ayahmu bantu Ibu buat bayar makalahnya." cerita Bu Asih.
"Aaa... Sooo sweet... Baru ketemu aja udah baik banget ya Ayah..." timpal Aruni dengan senyuman manis di wajahnya.
"Terus Ibu bilang sama Ayahmu, 'Mas, terima kasih banyak ya udah dibantu, maaf banget saya ngerepotin Mas'. Terus Ayahmu itu cuma senyum, sambil jawab, 'Gak apa-apa ko Mbak, kan Mbaknya juga kelupaan bawa dompet'. Tapi, yang bikin Ibu gak bisa lupa itu senyuman pertama dari Ayahmu buat Ibu waktu itu." jelas Bu Asih dengan ekspresi bahagia mengenang masa lalunya itu.
"Waaah... meleleh bestie... hehehehe..." respon Aruni sambil memegang ke dua pipinya yang memerah, seolah bisa merasakan momen indah yang diceritakan oleh Ibunya itu.
"Zaman sekarang udah susah sih Bu buat dapetin cowok seperti Ayah, kebanyakan cowok-cowok zaman sekarang tuh, toxic banget!" jelas Aruni kepada Ibunya.
"Toxic gimana Ar?" tanya Bu Asih penasaran.
"Ya toxic Bu, maksudnya tuh cowok-cowok zaman sekarang cuma mau dapetin enaknya dari cewek, malah kebanyakan kayak cuma mainin hati cewek aja..." jawab Aruni.
"Hahahaha... nanti kalo udah dateng waktu yang tepat, pasti kamu akan menemukan sosok cowok yang baik dan cocok." ucap Bu Asih sebagai do'a juga untuk anak gadisnya itu.
"Semoga... ada cowok spek oppa-oppa Korea yang datang ke hidupku ya Bu... Aaaaaaa...." Aruni menimpali dengan menutup wajahnya dengan gaya genit khas anak gadis.
"Iiiiihhh... Oppa-oppa Korea terus yang kamu senengin. Emang gak ada cowok lokal yang ganteng?" tanya Bu Asih.
"Kebanyakan spek jamet Bu kalo cowok lokal... hahahahaha..." jawab Aruni sambil tertawa geli. Dan Bu Asih juga ikut tertawa melihatnya.
Obrolan mereka berhenti ketika terdengar suara bel di pintu depan. Aruni meminta tolong kepada Ibunya untuk membukakan pintu, sepertinya itu adalah Bella dan Caca yang sudah datang. Sementara Aruni beranjak dari meja makan menuju ke kamarnya untuk menurunkan barang-barang. Bu Asih membuka pintu depan dan memang benar itu adalah Bella dan Caca.
"Siang Bu..." salam mereka berdua berbarengan kepada Bu Asih. "Siang juga..." jawab Bu Asih dengan hangat seperti menyambut anaknya sendiri. Disusul dengan Bella dan Caca mencium tangan Bu Asih.
"Kalian naik apa ke sini?" tanya Bu Asih sambil melihat ke arah luar gerbang.
"Kita berdua naik taksi online Bu..." Jawab Bella.
"Oh gitu... Ya udah, masuk dulu yuk, Aruni lagi siapin barang-barang tuh." ucap Bu Asih.
"Kita berdua nunggu di teras aja Bu, gak apa-apa kok..." Jawab Caca.
"Oh ya udah, Ibu ke dalem dulu ya, mau bantuin Aruni bawa barang-barangnya turun." ucap Bu Asih. Bella dan Caca mengangguk.
Bella dan Caca duduk di kursi teras depan rumah Bu Asih. Sambil menunggu mereka mengobrol ringan. Tak lama kemudian, Aruni dan Bu Asih keluar dari dalam membawa koper dan barang bawaan Aruni. Aruni menyapa ke dua sahabatnya itu dengan memeluk mereka.
"Ca, ambil kunci mobil gue dong di meja ruang tamu, terus buka aja bagasinya, masukin barang-barang lo berdua ke dalemnya." ucap Aruni kepada Caca. Dan Caca pun menurutinya.
Caca ke luar sambil membawa kunci mobil, dan meminta Bella membantu memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi. Bu Asih melihat mereka bertiga seperti anaknya sendiri. Meski Bella dan Caca bukan anak kandungnya, namun terlihat sekali mereka sangat kompak, saling membantu satu sama lain. Aruni juga membawa kopernya ke mobil. Dan Caca mulai menyalakan mesin mobil. Sebelum mereka bertiga berangkat, mereka berpamitan kepada Bu Asih.
"Bu, Caca izin pamit ya mau liburan..." ucap Caca sambil mencium tangan Bu Asih.
"Bella juga ya Bu, izin pamit buat berangkat..." menyusul Bella berpamitan ke Bu Asih sambil mencium tangannya juga.
"Iya... Kalian harus hati-hati di jalan ya... Inget, kalo ngantuk atau capek, gantian nyetirnya sama Aruni ya Ca." nasihat Bu Asih. Lalu Bella dan Caca menuju ke mobil.
Bu Asih berhadapan dengan Aruni, membelai rambutnya dengan penuh cinta, "Kamu juga hati-hati ya sayang... Jangan sembrono... Harus eling di manapun berada, jangan aneh-aneh juga selama di desa nanti ya nak." ucap Bu Asih diiringi Aruni memeluk dan mencium pipi Ibunya itu.
"Ya Bu, pokoknya Ibu harus yakin aku pasti baik-baik aja selama liburan di desa kakek dan nenek." jawab Aruni sambil menatap ke dua mata Ibunya.
"Iya sayang..." ucap Bu Asih sambil mencubit manja hidung anaknya.
Sebelum anaknya menuju ke mobil, Aruni mencium tangan Ibunya. Namun, Bu Asih sedikit terkejut dengan kalimat yang terucap dari mulut anaknya itu.
"Aruni pamit mau pulang ya Bu..."
Bu Asih tertegun sejenak, sambil melihat anaknya itu berjalan menuju mobil. Kemudian, mulai berjalanlah mobil itu ke luar garasi, dan melaju perlahan meninggalkan rumah.
Bu Asih berdiri, tertegun, seolah diam terpaku, dengan memikirkan ucapan Aruni...
"ARUNI PAMIT MAU PULANG YA BU..."