Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Yuko berlari secepat mungkin menghindari hantu mata pe.cah yang terus mengejarnya. Yuko sudah memohon-mohon untuk tidak di ganggu, sudah membaca do'a pengusir hantu, tetapi hantu itu tetap menampakan diri disaat beberapa menit do'a selesai di bacakan.
Yuko berhenti berlari, kakinya sudah terlalu lemas untuk terus berlari, napasnya memburu, terasa akan benar-benar habis. Yuko mengangkat tangan, menyandar dipintu dengan mata memejam.
"Selama ini aku tidak menggangu kamu makhluk seram, aku mohon, tolong jangan ganggu aku lagi." Bau bu.suk menyeruak, menusuk indra penciuman. Yuko nyaris muntah jika tidak cepat-cepat menutup hidung.
Melati kosong dua temukan
Suara yang berbisik, ringan, menusuk, dingin, menyeramkan, dan membuat merinding terdengar sangat dekat di telinga. Yuko semakin memejamkan mata erat-erat. Dia merasakan bahwa hantu mata pe.cah itu begitu dekat dengannya. Tubuh Yuko gemetaran, do'a pengsuir hantu kembali dia rapalkan dengan terbata-bata.
Terdengar teriakan nyaring, kesakitan, lalu lama-lama suara itu menghilang. Yuko membuka mata perlahan, napasnya memburu. Namun, perasaannya jauh lebih lega.
"Sukur lah, hantu itu sudah pergi," Yuko terduduk di lantai dengan satu tangan memegang dada. "Sebenarnya ada apa dengan Melati kosong dua? Kenapa saat hantu itu muncul dia selalu saja menyebutkan kata itu?" Yuko merasa penasaran. Akankah dirinya perlu pergi kesana? Yang setahu dirinya melati kosong dua adalah nama jalan?
Setelah merasa jauh lebih baik, Yuko berdiri. Dia berjalan menuju pintu keluar dari gudang sekolah yang berdebu dan menjadi sarang laba-laba. Entah, Yuko juga tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba bisa berada digudang. Seingatnya tadi itu dirinya tengah tertidur di dalam kelas saat jam istirahat kedua.
Begitu keluar gudang, lampu sekolah sudah menyala, sekolah juga terlihat sunyi sepi. Yuko melihat jam di lengan tangannya. Pantas saja, ternyata waktu sudah menunjukan pukul enam sore. Yuko bergidik, jam enam sore dirinya masih terjebak disekolahan.
"Hantu sialan," umpatnya pelan. Tapi, Yuko langsung membekap mulutnya. Yuko merasa sudah keceplosan. Takut jika hantu itu akan datang dan mengganggunya lagi karena mendengar umpatannya. "Ampun, aku keceplosan. Maaf ya, maaf," Kedua tangannya mene.lang.kup di depan dada, memohon maaf.
Sebenarnya sudah di terangkan dalam pelajaran Agama Islam agar manusia tidak boleh takut pada setan, jin, dan sebangsanya. Tapi, Yuko hanya manusia biasa yang masih memiliki rasa takut. Hanya saja Yuko berusaha untuk tidak takut dan hanya akan takut pada Sang Pencipta.
Yuko sampai di parkiran, disana dia terbengong melihat hanya ada motor miliknya saja. Tapi Yuko tidak ingin berlama-lama disekolahan, apa lagi hari sudah gelap. Untungnya Yuko mem.pakirkan motornya bukan tepat dihalaman sekolah, tapi diparkiran luar sekolah. Jadi Yuko tidak perlu mencari pak satpam untuk membukakan gerbang.
Selama diperjalanan pulang, Yuko terus memikirkan tentang hantu mata pe.cah itu. Bukan kepikiran sama rupa buruk dan menyeramkannya, tapi ucapannya.
"Melati kosong dua, pergi, temukan, jauhi orang terdekatmu," Yuko berulang kali menyebut itu. Karena begitu penasaran, Yuko melajukan motor menuju jalan Melati kosong dua. Dimana Daddy meninggal disana karena kecelakaan.
Begitu sampai ditempat tujuan, Yuko turun dari motor dan mengamati jalan beserta sekitarnya. Terlihat ramai dan terang karena jalan ini tepat ada dipertigaan lampu merah.
Setelah hampir satu jam berdiri disana tanpa melakukan apapun dan tidak menemukan apapun. Yuko berniat ingin pulang saja. Tetapi, kakinya tiba-tiba terasa berat untuk digerakan. Bahkan dengan sendirinya motornya menyala, lampu motor menyorot terang kearah pinggiran jalan dimana disana ada saluran air.
Yuko ketakutan, dia ingin teriak minta tolong. Tapi anehnya, mulutnya tidak bisa digerakan, mulut terasa seperti dibekam oleh seseorang. Yuko hanya bisa teriak dalam hati. Berharap ada seseorang yang melihat dirinya dalam kesulitan dan mau menolongnya.
...----------------...
Dirumah, Lova dan Yuka mondar-mandir didepan pintu utama. Mereka bergantian menghubungi Yuko, tapi tidak bisa, nomornya tidak aktif.
"Ya Tuhan, kenapa Yuko susah sekali dihubungi? Kenapa kakakmu belum pulang juga, Yuka. Kemana saja dia? Kenapa pula ponselnya nggak aktif sih?" Lova gelisah, khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Yuko. Lova berulang kali menghubunginya walau jawaban tetap sama, diluar jangkauan.
Yuka menjentik jari. "Kita cari disekolah saja Mom. Siapa tahu kak Yuko masih disana," usulnya.
Lova mengerang pelan karena sudah tak bisa menahan rasa khawatirnya pada Yuko. "Baiklah, ayo kita kesana." Mereka berdua pergi kesekolah Yuko menggunakan mobil.
Begitu sampai disana, Yuka yang turun dan mengintip dari celah gerbang. Motor kak Yuko tidak ada disana. Satpam juga tidak ada. Yuka memastikan jika kakaknya tidak ada disekolah.
"Gimana, Yuk? Kakakmu ada?" Lova bertanya saat Yuka kembali dan duduk disampingnya. Wajah khawatir dan takut tak bisa Lova sembunyikan, Yuka pun bisa melihatnya dengan jelas.
"Nggak ada, Mom. Aku coba telepon Kak Andreas dulu," Yuka mengeluarkan ponsel dan menelepon nomor Andreas teman sekolahnya Yuko. Terhubung.
"Kenapa, Yuka? Tumben nelpon?" suara Andreas terdengar.
"Kak Yuko sama kamu nggak, Kak?" tanya Yuko.
"Enggak. Kenapa?"
"Kak Yuko belum pulang sampai sekarang. Aku dan Mommy sudah menghubunginya dia berulang kali tapi ponsel dia enggak aktif,"
"Kok bisa sih? Masih di sekolah kali sama Viola, mungkin," Andreas hanya mengira-ngira saja.
"Viola?" Yuka terdiam.
"Iya. Kadang Yuko ngobrol dan pulang bareng Viola,"
"Viola siapa Yuka?" tanya Lova yang mendengar obrolan Andreas.
"Kak Andreas, aku bagi nomornya kak Viola, boleh?" Yuka sedikit ragu.
"Boleh, bentar," Andreas memutus panggilan, dan tak lama notif pesan dari Andreas muncul. Yuka segera membuka dan menghubungi nomor ponsel kak Viola setelah berterima kasih. Terhubung.
"Siapa?" Suara dari seberang terdengar.
"Ini kak Viola, bukan? Aku Yuka,"
"Oh, Yuka. Iya, aku Viola. Kenapa? Tahu nomor aku dari mana?"
"Kak Yuko ada sama Kakak nggak?" Yuko bertanya.
"Enggak. Kenapa, Yuk?"
"Kak Yuko belum pulang ke rumah sampai sekarang. Ini pertama kalinya Kakak pergi enggak bilang apa-apa sama Mommy. Apa kamu tahu kemana kira-kira Kakak aku pergi?"
"Sama Andreas, maybe?"
"Aku sudah tanya kak Andreas. Dia bilang kak Yuko enggak lagi sama dia," Yuka merasa kesal dan cemas. Bisa-bisanya kakak malah menghilang begini. Enggak sayang Mommy lagi apa?
"Kamu di mana? Aku ikut kamu nyari dia ya, aku juga khawatir." Suara Viola terdengar memburu, ikut khawatir.
"Aku di depan sekolah kak Yuko, sama Mommy. Aku tunggu di sini ya Kak,"
"Oke, aku otw..." Panggilan dimatikan.
"Viola? Siapa dia, Yuk?" tanya Lova.