NovelToon NovelToon
Sistem Autopilot

Sistem Autopilot

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan dengan penyihir dan para orc

Hutan itu sangat gelap, di mana pepohonan tua dan tinggi menjulang ke angkasa seolah-olah menelan seluruh cahaya rembulan yang seharusnya menerangi. Hal ini menciptakan bayangan-bayangan menakutkan yang menari-nari dengan liar di setiap sudut, menambah kesan misterius pada malam itu.

Namun, Pangeran Sekya tidak sedikit pun merasa gentar atau takut. Ia beruntung sekali memiliki sebuah sistem autopilot canggih yang terus-menerus memandunya dengan sangat presisi. Sistem ini menunjukkan setiap langkah kecil yang harus ia ambil di tengah kegelapan yang pekat, dan juga mengidentifikasi setiap rintangan yang tersembunyi di balik semak belukar atau bebatuan licin.

Sistem itu bahkan mampu memprediksi jalur paling aman dan efisien di tengah labirin kegelapan yang pekat. Ini membuatnya seolah-olah ia bergerak di siang hari yang cerah dan terang benderang, tanpa perlu khawatir tersesat atau terjebak dalam perangkap yang mungkin saja sudah disiapkan oleh musuh-musuhnya yang licik.

"Sistem, apa yang ada di depan sana?" bisiknya dalam hati, suaranya terdengar sangat pelan namun penuh kewaspadaan yang mendalam. Langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti di sebuah area yang terasa jauh lebih gelap dan lembap dari sebelumnya, seolah ada sesuatu yang tidak biasa di sana. "Aku merasakan ada sesuatu yang aneh sekali di sini, seperti ada kekosongan yang sangat besar di bawah kakiku, apakah itu sebuah jurang?"

Suara sistem itu merespons dengan cepat dan jelas, nadanya datar namun penuh informasi yang sangat berguna, {Deteksi: Lubang besar di depan, Pangeran Sekya, kemungkinan besar itu adalah pintu masuk utama ke gua atau terowongan bawah tanah yang sangat dalam dan luas, dan ada jejak-jejak baru di sekitarnya yang mengindikasikan aktivitas orc yang sangat baru di sana, mereka baru saja melewatinya.}

Pangeran Sekya mengernyitkan dahi, dahinya berkerut dalam, menunjukkan pemikiran yang serius. "Lubang? Apakah ini jebakan yang mereka siapkan, atau justru jalan pintas yang bisa membawaku lebih cepat menuju sarang mereka?" ia bertanya lagi, matanya menyapu sekeliling dengan cermat, mencoba melihat lebih jelas di tengah kegelapan yang pekat. "Apakah aman untuk masuk ke dalam sana, Sistem?"

Sistem itu menjawab dengan tenang dan meyakinkan, {Risiko ada, Pangeran Sekya, namun data yang kami kumpulkan menunjukkan bahwa ini adalah jalur tercepat menuju inti sarang mereka, dan Sistem dapat memandu setiap gerakanmu di dalam sana dengan akurat, meminimalkan setiap bahaya yang mungkin muncul di setiap langkahmu.}

Pangeran Sekya menghela napas panjang, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, menunjukkan sedikit kelegaan. "Baiklah, Sistem, mari kita lihat apa yang menanti kita di bawah sana, semoga saja ini tidak menjadi jebakan."

Dengan tekad bulat yang membara di dalam hatinya, Pangeran Sekya melompat masuk ke dalam lubang gelap itu. Ia meluncur turun dengan mulus berkat panduan sistem yang sempurna. Pangeran Sekya mendarat tanpa suara sedikit pun di sebuah gua bawah tanah yang sangat luas. Udara lembap dan bau busuk yang menyengat langsung menyergap indranya, terasa sangat tidak menyenangkan.

Pemandangan di hadapannya jauh lebih mengejutkan dari yang ia bayangkan: ratusan orc memenuhi setiap sudut gua, jumlahnya sangat banyak dan membuat Pangeran Sekya terkejut. Sebagian besar dari mereka sedang tertidur pulas di atas tumpukan jerami kotor yang berserakan, sementara yang lain berjaga dengan mata awas dan penuh kewaspadaan.

Di tengah kerumunan brutal itu, sebuah sosok tak terduga menarik perhatian Pangeran Sekya. Seorang penyihir manusia berambut putih panjang duduk bersila di atas batu besar. Ia terlihat sedang bergumam mantra-mantra aneh sambil mengelus-elus sebuah bola kristal bercahaya redup, seolah-olah ia adalah dalang di balik semua kekacauan ini.

Pangeran Sekya segera mengendap-endap di balik bayangan stalagmit raksasa yang menjulang tinggi. Ia mengamati setiap detail dengan saksama dan penuh kehati-hatian, mencoba memahami apa hubungan penyihir itu dengan gerombolan orc yang seharusnya tidak memiliki sekutu manusia sama sekali.

Tiba-tiba, penyihir itu berhenti bergumam, matanya yang tajam menatap kosong ke arah bola kristal di tangannya, seolah sedang berbicara dengan seseorang yang tidak terlihat oleh mata telanjang.

"Mereka masih di sana," katanya, suaranya terdengar serak namun jelas, bergema pelan di dalam gua yang sunyi. "Para prajurit bayaran itu masih berjaga di desa, mereka tidak lengah sedikit pun, sungguh merepotkan." Ia menghela napas panjang, menunjukkan sedikit kekesalan yang mendalam. "Kita tidak bisa mengambil risiko sekarang. Aku tidak mau ada kerugian yang tidak perlu dari pihak kita."

Seorang orc besar yang berjaga di dekatnya menggeram pelan, seolah bertanya dengan suara yang dalam.

"Sabar," sahut penyihir itu, menatap orc tersebut dengan tatapan tajam, "Kita hanya perlu menunggu sedikit lebih lama. Mereka pasti akan bosan dan pulang ke tempat asal mereka. Saat itulah, desa itu akan menjadi milik kita sepenuhnya, tanpa perlawanan yang berarti dan mudah untuk dihancurkan."

Saat Pangeran Sekya hendak berbalik untuk mencari jalan lain yang lebih aman, sebuah suara geraman keras tiba-tiba memecah keheningan gua. Seekor orc penjaga yang tadinya tertidur pulas kini terbangun, matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah Pangeran Sekya, seolah telah menemukannya.

"Manusia!" teriak orc itu, suaranya menggelegar, membangunkan orc-orc lain yang langsung berhamburan bangkit dengan senjata terhunus, siap menyerang.

"Sial, ketahuan!" gumam Pangeran Sekya dalam hati, segera menarik pedangnya dari sarung dengan gerakan cepat.

"Sistem, berikan aku rute tercepat untuk keluar dari sini! Aku harus kembali ke desa dan memperingatkan mereka tentang bahaya ini!"

{Rute pelarian diidentifikasi, Pangeran Sekya. Prioritaskan kecepatan dan hindari konfrontasi langsung yang tidak perlu. Orc-orc ini terlalu banyak untuk dihadapi sendirian.}

"Aku tahu itu!" balas Pangeran Sekya, melesat bagai kilat, menghindari tebasan kapak orc yang nyaris mengenainya. "Tapi aku tidak bisa lari begitu saja tanpa melawan! Aku harus memberi mereka pelajaran!" Pangeran Sekya menebas satu orc yang menghalangi jalannya, lalu melompat melewati tumpukan jerami, berlari sekuat tenaga menuju pintu keluar gua, dikejar oleh ratusan orc yang menggeram marah di belakangnya.

{Cepat, Pangeran Sekya! Mereka semakin dekat! Penyihir itu juga mulai bergerak!}

Pangeran Sekya menoleh sekilas, melihat penyihir itu kini berdiri, tangannya mulai memancarkan cahaya ungu yang menakutkan, siap melancarkan serangan.

"Sial! Dia pasti akan melancarkan mantra!"

Pangeran Sekya terus berlari, melesat keluar dari lubang gua dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan gerombolan orc yang menggeram di belakangnya. Pangeran Sekya tidak membuang waktu sedikit pun, terus berlari menembus kegelapan hutan, mengikuti setiap panduan sistem yang mengarahkan langkahnya dengan tepat.

"Sistem, seberapa jauh lagi?" tanyanya, napasnya terengah-engah, merasakan otot-ototnya mulai menegang dan terasa sakit.

{Jarak ke desa: Dua kilometer, Pangeran Sekya. Pertahankan kecepatan ini. Penyihir itu sedang menyiapkan mantra jarak jauh.}

"Sial!" umpat Pangeran Sekya, merasakan hawa dingin merambat di punggungnya. "Dia tidak akan bisa menghentikanku!" Pangeran Sekya terus berlari, melompati akar pohon dan bebatuan, hingga akhirnya melihat cahaya obor di kejauhan, pertanda desa sudah sangat dekat.

"Saron! Kau kembali!" seru seorang prajurit bayaran yang berjaga, matanya membelalak kaget melihat Pangeran Sekya muncul dari kegelapan hutan dengan napas memburu.

"Orc! Mereka akan menyerang!" teriak Pangeran Sekya, suaranya serak namun penuh urgensi, sambil menunjuk ke arah hutan gelap di belakangnya. "Ada penyihir manusia bersama mereka! Dia yang mengendalikan mereka!"

Para prajurit bayaran saling pandang, keraguan masih terlihat jelas di wajah mereka, namun melihat ekspresi serius Pangeran Sekya, mereka segera bersiap untuk bertempur.

"Cepat! Siapkan pertahanan! Beri tahu tetua desa!" perintah salah satu prajurit, suaranya kini penuh kewaspadaan. "Saron, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Pangeran Sekya mengatur napasnya, lalu menatap mereka satu per satu dengan tatapan tegas. "Kita akan bertarung! Ini akan menjadi pertempuran yang sulit, tapi kita harus melindungi desa ini sampai titik darah penghabisan!"

Di belakang Pangeran Sekya, penyihir itu menghentakkan kakinya dengan marah, bola kristal di tangannya berkedip-kedip semakin terang dan memancarkan energi.

"Sialan! Rencanaku sudah ketahuan!" teriaknya, suaranya menggelegar, memenuhi seluruh hutan. "Orc! Kita serang desa itu sekarang juga! Tidak ada lagi waktu untuk menunggu! Habisi semua prajurit bayaran itu, dan hancurkan desa ini sampai rata dengan tanah!"

Ratusan orc menggeram serempak, mengayunkan senjata mereka tinggi-tinggi, lalu berhamburan mengejar Pangeran Sekya, mengikuti penyihir itu menuju desa, siap melancarkan serangan brutal yang tak terhindarkan dan menghancurkan segalanya.

"Dia tidak akan bisa menghentikanku!" gumam penyihir itu, matanya memancarkan amarah dan tekad yang membara. "Desa itu akan jatuh, dan tidak ada yang bisa menghentikanku!"

Pertempuran pecah seketika. Suara dentingan pedang yang beradu keras dan teriakan perang orc yang memekakkan telinga memenuhi udara malam yang dingin. Suara-suara itu bercampur dengan jeritan ketakutan para warga yang bersembunyi di dalam rumah mereka.

"Serang! Jangan beri mereka ampun!" teriak Pangeran Sekya, suaranya menggelegar di tengah hiruk pikuk pertempuran. Ia memimpin prajurit bayaran yang kini bertarung mati-matian, menghadapi gelombang orc yang terus berdatangan tanpa henti.

"Saron, mereka terlalu banyak!" seru seorang prajurit, napasnya terengah-engah, pedangnya berlumuran darah orc yang kental. "Kita tidak akan bisa menahan mereka lebih lama lagi dengan jumlah seperti ini!"

Pangeran Sekya menebas orc di depannya, lalu menoleh ke arah penyihir yang kini melayang di udara, tangannya memancarkan bola-bola energi gelap yang berbahaya.

"Fokus pada penyihir itu!" teriak Pangeran Sekya, suaranya penuh tekad yang kuat. "Dia dalangnya! Jika kita bisa mengalahkannya, orc-orc ini akan kacau dan mudah dikalahkan!"

{Prioritaskan target penyihir, Pangeran Sekya. Gerakannya cepat dan sulit diprediksi. Perhatikan pola mantranya dengan saksama.}

"Aku tahu!" balas Pangeran Sekya, melesat bagai kilat, menerobos barisan orc, berusaha mendekati penyihir yang terus melancarkan serangan dari kejauhan. "Dia tidak akan bisa bersembunyi dariku untuk selamanya!"

Penyihir itu melayang tinggi di atas medan perang, terus melancarkan mantra-mantra jarak jauh yang menghantam barisan prajurit bayaran. Ia menciptakan ledakan energi gelap dan dinding api yang menghalangi pergerakan Pangeran Sekya, membuatnya sulit mendekat.

"Kau tidak akan bisa mendekat, prajurit kecil!" teriak penyihir itu, suaranya dipenuhi ejekan yang menusuk, "Jarak adalah keunggulanku yang tak terbantahkan! Kau hanya bisa melihat pasukanku menghancurkan desa ini dari jauh!"

Pangeran Sekya mengertakkan giginya, frustrasi yang mendalam melanda dirinya. Pedangnya memang efektif dalam pertarungan jarak dekat, tetapi tidak berdaya melawan serangan sihir dari kejauhan yang terus-menerus dilancarkan.

"Sistem, aku butuh sesuatu untuk menyerang jarak jauh! Pedangku tidak berguna di sini sama sekali!"

{Analisis: Kelemahan jangkauan terdeteksi. Rekomendasi: Menggunakan proyektil. Ada busur dan anak panah yang ditinggalkan di dekat menara pengawas. Akurasi akan dioptimalkan untuk seranganmu.}

"Busur dan anak panah?" gumam Pangeran Sekya, matanya berbinar, sebuah ide baru muncul di benaknya. "Tentu saja! Itu ide bagus sekali!" Pangeran Sekya segera berbalik, melesat menuju menara pengawas, menghindari rentetan mantra yang dilemparkan penyihir, sementara orc-orc terus berdatangan, mencoba menghentikannya dengan segala cara.

Pangeran Sekya tiba di menara pengawas dengan napas memburu. Ia segera meraih busur panjang dan quiver penuh anak panah yang tergantung di dinding. Pangeran Sekya menarik salah satu anak panah, memasangnya pada tali busur dengan gerakan cepat dan terlatih, lalu membidik ke arah penyihir yang masih melayang di udara, terus melancarkan mantra tanpa henti.

"Sistem, optimalkan bidikanku!" bisiknya dalam hati, merasakan ketegangan pada otot-otot lengannya yang siap melepaskan serangan.

{Bidikan dioptimalkan, Pangeran Sekya. Perhitungkan kecepatan angin, jarak, dan pergerakan target. Lepaskan panah pada hitungan ketiga.}

Pangeran Sekya menahan napas, fokus sepenuhnya pada targetnya, seluruh perhatiannya tertuju pada penyihir.

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga!"

Pangeran Sekya melepaskan anak panah. Anak panah itu melesat bagai kilat, menembus kegelapan malam, menuju ke arah penyihir dengan kecepatan tinggi.

Penyihir itu terkejut, matanya membelalak saat melihat anak panah melesat ke arahnya. Ia mencoba menghindar, namun sudah terlambat. Anak panah itu menancap tepat di bahunya, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

"Aaaarrrggghhh!" teriak penyihir itu, suaranya melengking kesakitan. Bola kristal di tangannya terjatuh, cahayanya meredup, dan ia terhuyung di udara, kehilangan keseimbangan sepenuhnya.

"Berhasil!" seru Pangeran Sekya, ada sedikit senyum kemenangan di wajahnya, merasa puas dengan serangannya.

{Target terkena, Pangeran Sekya. Efek: Gangguan konsentrasi sihir. Orc mulai kacau dan kehilangan arah.}

"Bagus! Sekarang, giliran orc-orc itu!" teriak Pangeran Sekya, segera melompat turun dari menara, kembali ke medan pertempuran, siap menghabisi sisa-sisa pasukan orc yang kini mulai panik dan kehilangan arah, menjadi lebih mudah untuk dikalahkan.

Setelah penyihir itu jatuh, orc-orc yang tadinya beringas kini mulai menunjukkan tanda-tanda kepanikan dan kebingungan yang jelas. Formasi mereka buyar, dan serangan mereka menjadi tidak terarah.

"Mereka kacau! Ini kesempatan kita!" teriak Pangeran Sekya, suaranya penuh semangat, mengambil alih komando dengan cepat. "Prajurit! Habisi mereka semua! Jangan biarkan satu pun lolos!"

Para prajurit bayaran, yang tadinya hampir putus asa, kini mendapatkan kembali semangat mereka, menyerbu maju dengan kekuatan baru, menebas orc-orc yang kebingungan.

Pertempuran yang tadinya terasa mustahil kini berbalik arah, dan satu per satu orc mulai tumbang, hingga akhirnya tidak ada lagi orc yang berdiri tegak di medan perang, hanya menyisakan mayat-mayat mereka yang berserakan di tanah.

"Kita berhasil!" seru seorang prajurit, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, diikuti sorakan kemenangan dari prajurit lainnya.

Pangeran Sekya menghela napas lega, pedangnya berlumuran darah orc, namun hatinya dipenuhi kelegaan yang mendalam.

"Kerja bagus, semuanya," katanya, menatap wajah-wajah lelah namun penuh kemenangan di sekelilingnya. "Desa ini aman, berkat keberanian kalian semua."

Malam itu, setelah pertempuran sengit yang menguras tenaga dan pikiran, desa yang tadinya diselimuti ketakutan kini berubah menjadi tempat perayaan yang meriah. Obor-obor dinyalakan di setiap sudut, menerangi wajah-wajah penduduk yang dipenuhi kelegaan dan rasa syukur yang mendalam. Aroma masakan hangat mulai menyebar di udara, mengundang semua orang untuk berkumpul di alun-alun desa.

Para prajurit bayaran dan penduduk desa, yang baru saja berjuang bahu-membahu, kini duduk bersama, berbagi cerita tentang keberanian dan ketakutan yang mereka alami. Tawa dan canda terdengar di mana-mana, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan penuh kebahagiaan.

Pangeran Sekya, meskipun lelah, ikut bergabung dalam keramaian. Ia tersenyum melihat desa yang berhasil ia lindungi. Seorang tetua desa menghampirinya, menggenggam tangannya erat-erat.

"Terima kasih, Saron," katanya, suaranya bergetar menahan haru, "Kau telah menyelamatkan kami semua, kau adalah pahlawan sejati bagi desa ini, kami tidak akan pernah melupakan jasamu."

Pangeran Sekya hanya mengangguk pelan, membalas senyum tetua itu, merasakan kehangatan di hatinya.

1
Rizky Fathur
Thor buat satu bab lagi cepat tangkap pangeran lamino buat mcnya kejam siksa pangeran lamino buat Dion memohon lepaskan adiknya tapi Buatkan mcnya langsung bantai pangeran lamino dengan kejam buatkan Dion menjadi gila Thor
Khusus Game
Sabak bang sabak
Rizky Fathur
buat satu bab lagi Thor cepat hancurkan kerajaan lamina Thor
Rizky Fathur
Thor ko belum update
Rizky Fathur
Thor cepat bab selanjutnya hancurkan kerajaan lamina tangkap ayahnya Dion dan ibunya Dion dan adiknya Dion Siksa mereka dengan kejam buat Dion minta bebaskan keluarganya bautakan mcnya tidak bebaskan keluarganya Thor bautkan mcnya bilang aku akan menghukum mati kalian dan kerajaan lamina akan menjadi milikku bautkan mcnya ketawa kejam Thor bautkan Dion ketakutan Thor
Rizky Fathur
lanjut update thor buat satu bab lagi Thor buat bantai kerajaan keluarga dion kemudian tangkap ayah dan ibunya Dion dan adiknya siksa dengan kejam Thor baut Dion minta bebaskan keluarganya bautakan mcnya berkata dengan kejam aku akan membantai kalian semua kerajaan kalian akan menjadi milikku bautkan Dion ketakutan Thor bautkan dion minta ampun tapi tidak di maafkan Thor bautkan diom di hukum mati dengan hukuman mati yang paling kejam Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Dion dengan kejam Thor buatkan dia minta ampun Tapi mcnya tidak memberikan ampunan buatkan juga mcnya bantai keluarga Dion dengan kejam buatkan Dion menangis karena menyesal Thor
Khusus Game: siap komandan
total 1 replies
Khusus Game
jika suka karya ini tolong di like ya. karena 1 like dari kalian membuat pikiran author bisa berjalan. wkwkwkw
MoonShape: baguss thor...
total 1 replies
Khusus Game
support author dengan cara like dan komen.
Khusus Game
Sabak bang Sabak... wkwkwk
Rizky Fathur
Thor cepat bantai dion dengan kejam Thor
Rizky Fathur
Thor cepat bantai pangeran Dion dengan kejam Thor
Khusus Game: udh update bang
total 1 replies
キャットマスター
keren baget sumpah MC-nya gak ada embel embel lemah cuma di awal cerita sedikit naif tapi makin ke sini kenaifan hilang dengan muncul kepercayaan diri yang tinggi. mantap thor lanjutkan karyamu 👍
Talklesswinmore
Asyik banget bacanya!
Ichigo Kurosaki
Ga nyesel baca. 🙌
Wesal Mohmad
Karakternya juara banget. 🏆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!