Audrey mengira hari pernikahan yang ada di depan matanya saat ini akan membawa kebahagiaan. Menikah dengan kekasih yang begitu dicintainya adalah mimpinya sejak dulu. Namun, dalam sekejap mata, hari yang dinanti adalah hari yang begitu menyakitkan baginya. Dimana dia harus menerima kenyataan jika kekasihnya malah memilih bersanding dengan Kakak tirinya. Hatinya rapuh, disaksikan gaun pengantin yang melekat indah di tubuhnya. Seorang Kakak yang ia sayang dengan tega mengkhianatinya tanpa perasaan.
Bagaimana kisah Audrey selanjutnya? Akankah wanita cantik itu depresi atau malah melakukan hal yang tidak bisa di bayangkan. Baca yuk!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhaya Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GTJ 11
"Rey, kamu kemana saja? Aku mencari mu!" suara yang sangat Audrey kenal membuatnya secepat kilat menoleh. Terlihat disana seorang pria tengah berjalan ke arahnya dengan penuh kekhawatiran yang mendalam.
Namun, berbeda dengan Audrey, wanita itu malah tersenyum menampakkan gigi putih yang berjejer rapi. Di tambah lagi, wanita itu berlari ke arah pria dewasa itu dan memeluknya dengan erat. "Kent, kenapa kamu meninggalkan aku? Kamu tau aku takut sendirian disini," papar Audrey sesenggukan, ia kembali menyusupkan kepalanya di dada bidang pria itu tanpa rasa sungkan sama sekali. Takut, itulah yang ia rasakan kala tadi tak ada seorangpun yang menemaninya di tempat menyeramkan ini.
Yah, hutan lebat dengan pepohonan yang tumbuh tinggi itu membuat Audrey tak henti-hentinya menangis. "Maafkan aku, Rey. Aku ceroboh meninggalkan kamu sendirian," ujar si pria sembari mengeratkan pelukannya. Ia khawatir ketika tak melihat Audrey di sebelahnya, bahkan sedari tadi ia menyalahkan dirinya sendiri hanya karena Audrey tak kunjung ia temukan.
"Audrey, itu kamu, Nak!" suara yang sangat di kenal oleh pendengaran Audrey, membuat wanita itu melepaskan pelukannya dan berhamburan ke pelukan pria paruh baya yang juga mengkhawatirkannya. Rasa yang tadinya ketakutan kini berubah menjadi rasa haru yang sekejap mata datang padanya. Rasa takutnya berganti, menjadi rasa bahagia ketika ia masih di beri kesempatan untuk bertemu kembali dengan orang-orang tercintanya.
"Papa aku minta maaf," papar Audrey memeluk erat pria itu dengan tangisan yang kembali datang. "Jangan salahkan Kent, dia tidak salah..."
"Siapa juga yang akan menyalahkan Kent, dia sangat bertanggung jawab pada Papa," celetuk Liam Neeson selaku Papa kandung dari Audrey Neeson. "Papa menyanyi kamu dan Kent. Papa harap kalian bisa menikah suatu saat nanti," lanjutnya yang membuat Kent dan juga Audrey saling pandang. Namun, Audrey lebih dulu memutuskan kontak matanya karena ia merasa wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus. Bagaimana tidak, Papanya malah mengatakan hal seperti itu di depan Kent, pria yang ia sukai sejak lama.
"Papa..."
"Kent, bisa kah kamu berjanji untuk melindungi Audrey setelah aku tiada," potongnya sebelum Audrey meneruskan ucapannya.
"Om tidak akan kemana-mana, Om dan aku yang akan menjaga Audrey," sahut Kent cepat, ucapan pria itu membuat Liam Neeson tersenyum kecil dalam hatinya. "Yah, kamu benar. Jika aku tidak ada, aku harap kamu bisa menolong putriku jika nanti dia mendapatkan masalah," tambahnya dengan senyuman ketulusan. Binar matanya tak bisa bohong jika pria paruh baya tersebut sangatlah berharap pada pria dewasa yang ia tolong beberapa bulan lalu.
"Aku berjanji, Om."
"Yah, kamu harus berjanji untuk menikahi putriku kelak." Liam kembali bersuara dengan tawa kecil di bibirnya.
"Tunggu aku sukses, Om." sahutnya yang membuat Audrey kembali membolakan matanya. Tak salahkan dirinya jika Kent nya berbicara seperti itu pada sang Papa pikir Audrey. Wajahnya yang awalnya mendongak, menatap wajah tampan Kent, kini memilih menunduk sembari menggigit bibir bawahnya. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan Liam dan Kent bila perlu.
"Kent..." Teriak Audrey ketika ia terbangun dari tidurnya, keringat dingin bercucuran di dahi bahkan tubuhnya, setelah wajah yang ia rindukan kembali hadir dalam mimpinya. Yah, sudah lama wajah Kent tidak pernah muncul dalam ingatan dan mimpinya. Namun, malam ini kejadian beberapa tahun lalu kembali terngiang di mimpinya. Kent, pria itu sudah meninggalkannya tanpa kabar yang jelas. "Apa itu tandanya dia tengah memikirkan aku?" seru Audrey mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Pikirannya mulai tak tenang, memikirkan pria yang menjadi cinta pertamanya tiba-tiba hilang. "Maafkan aku, Kent. Aku tidak bisa memegang ucapanmu dan Papa," lanjutnya sembari mendesis nyeri kala merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Yah, intinya teramat sakit ketika ia bergerak meskipun dengan perlahan.
"Kemana dia?" gumam Audrey ketika ia tak mendapati Jason di sebelahnya. Pasalnya, yang ia ingat jika semalam pria itu tidur bersebelahan dengannya dan juga memeluk tubuhnya, hingga ia merasa nyaman bahkan tak sadarkan diri dalam dekapan Jason.
Bersambung...