NovelToon NovelToon
KEJEBAK CINTA

KEJEBAK CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Pernikahan rahasia / Mantan
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Bunny0065

Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prihatin

Memori menyedihkan terputar bak kaset rusak tak ingin di buang. Adara membuka mata, menatap hampa langit-langit kamar ber–pulas cat putih.

"Sudah siuman, tunggu sebentar saya panggilkan dokter untuk memeriksa kembali," kata Suster.

Adara mengangkat tangan lemahnya menahan langkah Suster.

"Adik ingin menyampaikan sesuatu?" terka Suster.

Adara menggumam tanpa suara membuat Suster mendekatkan satu telinga ke samping kepala pasien untuk mendengar lebih jelas.

"Aku enggak mau ketemu siapapun."

Suster menegakkan tubuh. "Baik, Dik, permisi."

Saat Suster keluar, Bu Liza baru saja kembali ke unit gawat darurat dan disambut helaan nafas Pak Satpam.

"Atas permintaan pasien, maaf sekali Pak, Bu, sementara waktu kami melarang siapapun bertemu dengan pasien," beritahu Suster.

"Adara sudah sadar? Saya ingin bertemu dengannya," kata Bu Liza.

Suster melarang masuk. "Harap maklumi permintaan pasien."

"Baik Suster," patuh Pak Satpam.

Kepergian Suster digantikan Pak Satpam menjaga pintu, melarang Bu Liza masuk.

"Minggir Pak, saya berhak atas Adara! Kalian tidak bisa menolak saya bertemu dengannya," marah Bu Liza.

"Adara ingin sendiri, Bu, biarkan beberapa jam tidak diganggu siapapun, ini demi kebaikan putri Ibu," ucap Pak Satpam memberi pengertian.

"Bapak jangan kurang ajar sok menasehati, saya lebih mengerti Adara. Kalian tau apa tentang hidupnya? Saya perlu menemaninya!"

"Dokter sedang dijemput Suster untuk memeriksa kondisi terbaru Adara. Sudah, hentikan marah-marah Ibu kepada saya lebih baik Ibu telpon Den Sangga datang ke sini, kasihan saudarinya terbaring di rumah sakit," tutur Pak Satpam.

Benar, putranya harus mengetahui keterpurukan adiknya. Bu Liza melenggang pergi dengan perasaan dongkol, akan menghubungi anaknya di luar.

Menyimak perdebatan di balik pintu, Adara berkeringat dingin, detakan jantungnya berdebar kencang, nafasnya memburu.

Sesak.

*

Suapan bolu tak jadi dilahap saat ponsel di saku kemeja Sangga berdering.

"Bentar." Sangga mengeluarkan benda pipih.

"Siapa?" tanya Natasha.

"Bunda."

"Angkat aja, lagian udah lama kamu enggak mengabari keluarga di sana," kata Natasha.

"It's okay."

Panggilan tersambung.

Sangga menekan simbol pengeras speaker pada layar handphone, membiarkan Natasha turut mendengar apa-apa dikatakan bundanya.

"Halo, Mas?"

"Iya, Bunda?" balas Sangga.

"Kamu di mana? Kenapa tidak pulang-pulang ke rumah? Lupakan, ada hal penting lebih darurat dari pada itu, kalau boleh meminta segeralah datang ke rumah sakit Sinar Abadi, di sini, Adara sedang dirawat."

Terkejut!

Sendok ditangan Natasha jatuh ke pangkuan, Sangga menegang di tempat duduk.

"Halo, Mas, kenapa diam? Cepatlah datang ke rumah sakit, Bunda tunggu!"

Sambungan putus sepihak.

Sangga menarik nafas panjang, menghembus berat. Bagaimana ini sekalinya menerima kabar di kejauhan sana, adiknya masuk rumah sakit.

"Kita ke rumah sakit." Sangga melepas lapisan jas hitam, menyimpan asal di sofa.

"Malah bengong mau ikut enggak?" ajak Sangga buru-buru.

Terpaksa Natasha menaruh potongan bolu tak sempat dinikmati berdua.

Setengah hari mengikuti pesta, waktu luang seharusnya digunakan istirahat justru dipakai pergi. Natasha tidak mengerti, kenapa di momen bahagia ini Bu Liza membagi kabar menyedihkan tentang Adara.

"Kamu tunggu di jalan, aku mau pamitan sama Papa, nanti aku nyusul kamu, takutnya kalau pergi enggak bilang-bilang kita dicariin," kata Natasha.

"Aku tunggu di motor," putus Sangga seraya pergi.

Natasha menyambar tas selempang kecilnya di sudut sofa, beranjak keliling mencari papanya dan ternyata tengah berkumpul di belakang kafe dekat kolam ikan, bersama belasan rekan pria.

"Papa, aku pergi keluar sama Sangga," ijin Natasha.

Pak Aksan mengangguk tanpa nanya-nanya, pikirnya mereka berdua cuma keluar jalan-jalan.

Setelah sun tangan, Natasha putar arah menuju pinggir jalan di mana suaminya menunggu sambil menunggangi kuda besi roda dua nya.

Sangga membantu Natasha memakai helm full face lalu menunggunya naik.

"Peluk erat-erat kita ngebut." Sangga menyalakan mesin motor.

"Posisi aku duduk miring kalau aku loncat menggelinding ke jalan raya gimana," takut Natasha.

"Enggak akan, kamu cukup pegangan kuat, kita kejar waktu."

"Masalahnya aku takut jatuh," melas Natasha.

Sangga mengelus punggung tangan Natasha yang melingkar kurang erat di perutnya, menoleh setengah wajah dan membisikan kata-kata penenang seperti: "Kalau kamu kenapa-napa aku siap tanggung jawab."

Tiga detik setelah Natasha luluh, ralat! Baru berani mengeratkan pelukan, selanjutnya Sangga melajukan motor seperti rencana awalnya, ngebut.

Tiba di rumah sakit Sinar Abadi. Sangga menitipkan motor kepada tukang parkir.

Natasha mual-mual, mabuk perjalanan. Kepalanya pening apapun yang ada di sekitarnya terlihat memiliki bayangan ganda.

"Kenapa lagi?" tanya Sangga.

"Pusing, aku enggak sanggup jalan," keluh Natasha.

Perempuan dilanda mual masuk ke pelukan hangat Sangga.

"Sebelum periksa ke dokter mau ke kamar mandi dulu?" tawar Sangga.

"Ini cuma gejala masuk angin biasa nanti juga sembuh," tolak Natasha.

"Ya udah, kita ke apotik cari herbal," kata Sangga.

"Mas, mbaknya masuk angin? Kasihan wajah mbaknya pucat, bapak beliin fresh care, Antangin, roti, sama mineral, mau?" tawar penjaga kendaraan di tempat parkir.

Sangga tak punya pilihan, mengeluarkan selembar uang biru dari saku celana dan memberikannya ke Bapak itu. "Tolong bantuannya Pak," ucapnya.

Tukang parkir menyebrang jalan raya terlihat mendatangi beberapa toko. Tidak lama kemudian, bapak berhati baik kembali dan menyerahkan kantong plastik putih berisi belanjaan milik Sangga.

"Ambil kembaliannya Pak. Makasih udah bantu saya," kata Sangga.

"Sama-sama Mas."

Sangga memapah Natasha berteduh di kursi tunggu tersedia di luar rumah sakit.

"Rotinya makan, udah itu baru minum menghirup ini," ucap Sangga disela membuka tutup kemasan aromatik fresh.

Natasha melawan rasa mual, memakan roti dan minum mineral.

Sangga mendekatkan wangi herbal ke hidung Natasha.

Rileks. Pusing dan mual yang mendera Natasha berangsur hilang setelah lima menit menghirup aroma fresh.

"Kuat jalan?" tanya Sangga.

"Energiku belum pulih, tunggu beberapa menit lagi," lirih Natasha.

"It's okay."

1
Không quan tâm🧚‍
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Naruto Uzumaki
Bosen gak ada akhirnya!
Bunny Bear: Belum juga selesai, memang alur agak lambat sih
total 1 replies
minsook123
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!