YOU MUST MARRY ME

Keesokan harinya, Dew mulai menyiapkan semua keperluan melukisnya. Luca belum masuk sekolah karena ia akan masuk ke sekolah yang berbeda dengan sepupunya.

Sang kakek — River Kingsford memasukkannya ke sekolah khusus teknologi sesuai dengan bakat Luca.

Dan Luca akan mulai bersekolah minggu depan setelah kaki dan tangannya benar benar sembuh.

“Sayang, kau ikut mommy ke atas?” tanya Dew setelah makan pagi mereka selesai.

“Tidak, aku akan pergi bersama Daddy ke taman belakang, Mom," jawab Luca.

"Kau tak bekerja?' tanya Dew pada Lucian.

"Tidak, hari ini tak ada yang terlalu penting di perusahaan, jadi aku akan menemani Luca," jawab Lucian.

"Aku tak akan mengganggu kegiatan Mommy," kata Luca.

"Hei, kau tak pernah mengganggu Mommy, Sayang," sahut Dew mengusap pipi Luca sambil tersenyum.

"Pergilah, Dew. Aku yang akan menemaninya," kata Lucian.

"Panggil Mommy dengan sebutan Honey, Daddy. Seperti kakek dan nenek," kata Luca.

"Dan Mommy, panggil Daddy seperti Mommy memanggilku," lanjut Luca memberikan titahnya.

Lucian dan Dew tampak saling menatap dan seolah bingung apa yang harus dijawabnya.

"Tapi, kami baru saja bertemu, Sayang. Mungkin nanti kami akan melakukannya tapi bukan sekarang," kata Dew.

"Ya, apa yang dikatakan Mommy benar," sahut Lucian membenarkan ucapan Dew.

"Apakah ada bedanya? Hanya mengganti nama kalian saja, bukan? Aku ingin mendengar hal itu jika Mommy dan Daddy saling memanggil. Apakah permintaanku terlalu berat?" tanya Luca yang matanya mulai sendu dan hal itu adalah hal yang paling tak bisa dihindari oleh Dew.

"Tidak, itu sangat tak berat. Ya kan, Sayang?" ucap Dew dan melihat kel arah Lucian sembari memberi kode pada Lucian melalui kedipan matanya.

"Ya, itu hal yang mudah," jawab Lucian akhirnya.

"Baiklah, sekarang kalian keluarlah," kata Dew.

Luca tersenyum lalu mencium hidung mancung Dew, hal yang selalu dilakukannya pada Dew. Dan Dew pun membalasnya dengan menciumi wajah Luca seperti biasa.

"Dad, cium hidung Mommy," ucap Luca.

Lucian dan Dew tampak terpaku mendengar permintaan Luca itu.

"Kita hanya berjalan jalan ke taman, Boy. Mommy juga akan ada di kamar, bukan?" sahut Lucian.

"Daddy tak menyayangi Mommy? Aku melakukan hal itu karena sayang pada Mommy," jawab Luca.

Lucian melihat ke arah Dew seakan minta pendapatnya.

Lalu Dew hanya mengangguk saja dengan wajah yang tak enak.

"Oke," jawab Lucian akhirnya.

Lalu Lucian maju dan mengecup hidung Dew.

Luca tersenyum lebar melihat hal itu.

"I love you, Daddy, Mommy," ucap Luca karena akhirnya bisa melihat kedua orang tuanya secara lengkap dan akur.

Dew menatap ke arah mata Lucian, begitu juga dengan pria itu.

'Oh my ... Semoga dia tak mendengar detak jantungku yang tiba tiba berdetak kencang,' batin Dew.

"Mommy, mana balasan untuk Daddy?" tanya Luca yang ternyata drama rumah tangga ini belum selesai.

Dew menggigit bibirnya seolah ragu untuk melakukannya.

"Lakukan saja dengan cepat, oke?" bisik Lucian di telinga Dew.

"Tutup matamu," bisik Dew.

Lalu Lucian menutup matanya dan Dew tampak ragu ragu mencium wajah Lucian seperti yang dilakukannya pada Luca tadi.

"Mom," ucap Luca.

Dew meneguk salivanya dan kemudian berjinjit karena tubuh Lucian terpaut cukup jauh dari tubuhnya.

Lalu Dew mengecup pipi, hidung, mata, serta semua yang ada di wajah tampan Lucian.

"Done, pergilah," ucap Dew dan langsung berbalik sebelum Lucian membuka matanya.

Luca tersenyum geli melihat tingkah sang Mommy yang salah tingkah.

"Hei, kau senang?" tanya Lucian tersenyum miring melihat putra tampannya itu tersenyum.

Luca mengangguk. "I love you both," sahut Luca.