NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Udara neraka bergetar.

Tujuh Demon King melangkah maju, aura mereka menghempaskan pasukan iblis ke segala arah. Tanah retak, langit dipenuhi kilatan petir hitam. Mereka adalah penguasa dunia kegelapan, makhluk yang sudah menghancurkan ribuan dunia.

Namun di hadapan mereka, berdiri lima manusia.

Jinwoo, sang pemimpin, menatap lawan dengan sorot mata setajam pedang. Nafasnya tenang meski seluruh medan perang terasa menyesakkan.

“Dengar baik-baik.” Suaranya menusuk bising medan perang, tegas namun dingin. “Leonhard, jaga Ezekiel dan Selene! Jangan sampai ada serangan yang lolos. Kau harus memenuhi peranmu dengan baik sebagai tank.”

Leonhard menggeram rendah, tubuhnya berkilau sisik perak. “Aku akan hancurkan siapapun yang berani menyentuh mereka.”

“Selene,” lanjut Jinwoo tanpa ragu, “berikan buff pada Leonhard, dan mana ekstra pada Ezekiel. Sertakan juga debuff cooldown agar dia bisa merapal lebih cepat.”

Selene menggertakkan gigi, wajahnya pucat namun matanya penuh tekad. “Dimengerti.”

“Ezekiel,” Jinwoo menoleh pada penyihir bayangan, “siapkan mantramu. Gunakan ultimate.”

Ezekiel menelan ludah, keringat dingin menetes. “Itu butuh… banyak waktu. Paling tidak lima menit penuh.”

“Lakukan saja.” Jinwoo menatapnya dalam, pupil kirinya berkilau samar seperti galaksi mini. “Tidak perlu khawatir. Aku dan Takeshi akan mengulur waktu.”

Sesaat, Ezekiel terdiam. Lalu ia tertawa pelan, getir sekaligus percaya. “Kau gila, Jinwoo… Tapi baiklah. Kalau pemimpin bilang begitu, Void Reaver ini akan membuka neraka kedua.”

Tanpa menunggu, ia mengeluarkan kitab hitam raksasa yang mengambang di udara. Halamannya terbuka sendiri, huruf-huruf kuno berputar liar, dan udara mulai bergetar oleh energi mengerikan.

Selene segera bergerak. Cahaya emas mengalir dari tongkat sucinya, mengalir ke tubuh Leonhard, lalu menyelimuti Ezekiel.

“Berkat Cahaya Agung!

Berkah Mana Abadi!

Waktu-Mu, wahai Dewi, dipercepat!”

Rune emas melingkar di sekitar Ezekiel. Nafasnya tersengal, tapi mantra yang tadinya mustahil selesai dalam lima menit kini mulai terkondensasi lebih cepat.

Leonhard meraih udara, tubuhnya bergetar. Lalu—

BUUUMMM!

Ia meledak dalam cahaya merah dan perak. Tubuhnya membesar, sayap naga raksasa terbentang, sisiknya berubah emas menyala. Raungannya memekakkan telinga, membuat jutaan monster ketakutan.

“The Great Dragon Emperor!” Leonhard meraung, semburan apinya meluluhlantakkan pasukan iblis yang mencoba mendekati Selene dan Ezekiel.

Di sisi lain, Takeshi berdiri tenang, pedang bulan sabitnya meneteskan darah iblis. Ia menoleh pada Jinwoo, ekspresinya masih datar, namun nada suaranya penuh hormat.

“Seperti biasa… kau selalu hebat, senpai.”

Jinwoo tersenyum tipis. “Aku hebat karena kalian semua.”

Tiba-tiba pedangnya, Heavenpiercer, memancarkan cahaya biru pekat. Pupil mata kirinya berubah—galaksi mini berputar, memancarkan aura tak tertahankan.

Takeshi mendengus, menyiapkan pedangnya. “Sisa berapa ayunan yang bisa kau lakukan, senpai?”

Jinwoo menjawab datar, namun setiap kata seperti petir yang jatuh.

“Empat.

Cukup untuk membuat mereka semua mati… instan, seperti dua Demon King tadi.”

Takeshi tertawa kecil, matanya menyipit. “Hidup memang enak kalau punya skill instant death macam itu. Demon King kelas ancaman SSS jadi tak ada harga dirinya sama sekali.”

Jinwoo mendiamkannya, lalu menekan dada kirinya perlahan. Wajahnya menegang, seolah menahan sesuatu. “Kekuatan besar… punya bayaran besar juga.”

Takeshi menoleh cepat. “Senpai—”

Namun sebelum sempat bertanya lebih jauh, tanah kembali bergetar. Gerombolan monster raksasa berteriak, menyerbu seperti lautan hitam.

Takeshi menundukkan kepala, tersenyum samar. “Baiklah… sepertinya sekarang waktunya kita menari dengan pedang bersama lagi.”

Jinwoo mengangkat pedangnya, sorot matanya tajam seperti bintang jatuh.

“Jangan ketinggalan langkahku.”

DUARRRR!!!

Dalam satu detik, keduanya melesat dengan kecepatan menembus udara. Gelombang kejut menghancurkan barisan monster terdekat.

Pertarungan Dimulai

Jinwoo menebas lurus—BUAAARRR!

Seluruh pasukan iblis di depannya terbelah, ledakan energi biru merobek tanah sejauh ratusan meter.

Takeshi menari di sampingnya. Pedangnya berkilau, setiap ayunan membelah puluhan monster dalam satu garis sempurna. Gerakannya anggun, namun setiap bilah meninggalkan kematian.

“Langkah ketiga, senpai!” seru Takeshi.

Jinwoo mengangguk, menendang kepala Archdemon, lalu memutar tubuhnya. Tebasan keduanya menghancurkan barisan jenderal iblis, menguapkan mereka menjadi abu.

Sementara itu, Leonhard menjaga Ezekiel dan Selene. Sayap naganya menebas udara, semburan api membakar ribuan iblis. Tapi setiap kali ia memukul mundur musuh, lebih banyak lagi yang datang.

“Dasar sampah tak ada habisnya!” raung Leonhard. “Cepat selesaikan mantra sialanmu, Ezekiel!”

Ezekiel tak menjawab. Keringatnya bercucuran, tubuhnya gemetar, tapi matanya tak berkedip. Rune hitam terus melingkar, bayangan di sekitar tubuhnya menjerit dengan suara-suara dari dunia lain.

Selene menggertakkan gigi, tangannya gemetar memegang tongkat. “Berkat Percepatan Ilahi!”

Aura cahaya melesat masuk ke Ezekiel, mempercepat mantra. Tapi tubuh Selene semakin pucat.

Leonhard meliriknya, matanya berapi-api. “Bertahanlah, Selene. Aku akan melindungimu meski harus hancur berkeping-keping!”

Selene tersenyum lemah. “Aku tahu… itulah kenapa aku percaya padamu.”

Sementara itu, tujuh Demon King akhirnya bergerak serentak. Raungan mereka membuat udara bergetar.

Satu dengan tubuh raksasa berotot mengangkat palu neraka.

Yang lain melayang dengan enam sayap hitam, merapal sihir penghancur.

Sisanya menebar aura kegelapan yang mengikis tanah di setiap langkah.

Jinwoo dan Takeshi berhenti sejenak, menatap mereka.

“Senpai,” ucap Takeshi lirih.

“Ya?”

“Aku tidak pernah bosan… berperang di sisimu.”

Jinwoo tersenyum samar, tapi matanya tetap tajam. “Jangan sampai kau mati, Takeshi. Kau masih berhutang sushi padaku.”

Dan detik itu juga—tujuh Demon King menyerbu.

Langit neraka runtuh. Tanah bergetar. Seluruh dunia seakan jatuh dalam kehancuran.

Namun di hadapan kehancuran itu, suara Jinwoo bergema, tenang namun menusuk hati.

“Formasi bertahan. Fokus pada rencana.

Kemenangan ada di tangan kita!”

Langit merah pekat bergemuruh, seolah semesta sendiri merasakan tekanan dari kekuatan para Demon King. Ketujuh raja iblis itu akhirnya berhenti bermain-main. Aura mereka meningkat drastis, setiap inci ruang bergetar, tanah retak, dan udara menjerit saat kekuatan destruktif dilepaskan.

“Sekarang mereka serius…” gumam Jinwoo sambil mempererat genggaman pada pedangnya yang berkilau.

Dalam sekejap, ketujuh Demon King menyerang serentak—sebuah badai kegelapan, api neraka, petir ungu, bahkan gelombang darah korosif menghantam ke arah Jinwoo dan Takeshi. Getaran destruksi itu bukan sekadar serangan, tapi seperti bencana alam yang dipadatkan.

Takeshi menyeringai. “Mereka pikir bisa menekanku dengan ini?”

Pedangnya bergetar ringan, lalu tubuhnya meledak dengan aura samurai kuno. Jinwoo di sampingnya tetap tenang, pupil mata kirinya kembali berputar seperti miniatur galaksi, seakan ia sedang membaca seluruh jalur serangan musuh.

BOOOMM!!!

Benturan antara manusia dan iblis mengguncang seluruh dungeon. Energi gelap dan cahaya kosmik beradu, menciptakan gelombang ledakan yang membuat ribuan monster di sekitar mereka langsung hancur jadi abu.

Namun, di tengah pertarungan itu, salah satu Demon King tidak ikut menyerang. Dia berdiri di paling belakang, tubuhnya kurus tinggi dengan tanduk bercabang tiga, tangan terangkat ke langit, mulutnya terus melafalkan mantra aneh.

Dari pusaran gelap di atasnya, monster demi monster lahir tanpa henti. Archdemon, jenderal iblis, hingga raksasa iblis bermata seribu tumpah ke medan perang, langsung berlari menuju Leonhard, Selene, dan Ezekiel yang tengah sibuk menjaga pertahanan belakang.

Ezekiel berusaha tetap fokus pada mantra ultimate-nya. Kedua tangannya penuh rune bercahaya biru, kitab sihirnya berputar di udara, sementara keringat dingin bercucuran di wajahnya.

“Sial! Mereka sengaja menargetkanku!” teriak Ezekiel.

Leonhard yang sudah berubah menjadi The Great Dragon Emperor meraung, tubuh raksasanya memukul puluhan monster sekaligus, tapi jumlah mereka terus bertambah. “Aku tidak bisa menahan semuanya selamanya!”

Selene berusaha mati-matian memberikan heal dan buff, cahaya suci memancar dari tubuhnya, namun semakin banyak monster yang menerobos, semakin berat beban di pundaknya.

Jinwoo yang melihat kekacauan di belakang langsung mengerutkan kening. “Takeshi!”

Mata Takeshi melirik ke arah Demon King yang sedang summon. Jinwoo menunjuk dengan pedangnya. “Bunuh dulu yang paling belakang itu. Jangan biarkan dia terus memanggil monster!”

Tatapan Takeshi berubah dingin seketika. Aura samurainya mengental, dan pupilnya berkilat tajam. “Dimengerti, senpai.”

Seolah waktu berhenti, Takeshi menarik napas panjang. Pandangan matanya menajam, dunia di sekitarnya tiba-tiba melambat. Gerakan Demon King, monster, bahkan dentuman ledakan terasa seperti gumaman pelan.

Tangannya menyentuh gagang pedang. Dengan tenang, ia memasukkan pedangnya kembali ke dalam sarung. Lalu, perlahan, ia menariknya keluar lagi.

Clink…

Suara kecil itu bergema, namun bagi Takeshi, dunia kini hanyalah dirinya, pedang, dan satu target—Demon King di belakang.

“Gotcha…” gumamnya dengan senyum tipis.

Dalam ruang waktu yang terdistorsi, ia melihat keenam Demon King lainnya yang berdiri sebagai penghalang. Tubuh mereka berlapis aura kegelapan, tapi Takeshi hanya butuh satu celah.

Dan ia menemukannya.

Dalam satu gerakan, tubuhnya lenyap, hanya menyisakan riak udara.

SWOOOSH!!!

Saat waktu kembali normal, semua orang hanya melihat cahaya bulan membelah kegelapan. Demon King pemanggil itu tiba-tiba terdiam. Tubuhnya membeku, matanya melotot tak percaya. Kemudian, perlahan, tubuhnya pecah menjadi ribuan butiran cahaya, menghilang dari eksistensi.

Seluruh monster yang ia summon hancur bersamaan, seperti boneka tanpa benang yang tiba-tiba roboh.

“Target sudah dieliminasi.” Takeshi mengibaskan pedangnya dengan tenang, seakan baru saja menyingkirkan debu.

Leonhard menghela napas lega. “Akhirnya! Aku hampir jadi makanan serigala iblis barusan!”

Selene merapatkan tangan di dada, wajahnya pucat namun tersenyum tipis. “Terima kasih, Takeshi…”

Takeshi hanya mengangguk singkat, lalu kembali menatap ke arah Jinwoo.

Jinwoo sudah siap. Aura kosmiknya semakin kuat, pedangnya menyala seperti bintang jatuh. Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, pupil galaksi di matanya berputar cepat, menyerap setiap detail medan perang.

“Sekarang giliranku.”

Pedangnya turun dengan kecepatan mustahil.

SLASHHHH!!!

Seketika, seluruh medan perang bergetar. Satu tebasan itu menyapu ribuan iblis, ratusan archdemon, dan puluhan jenderal iblis yang mengepung tim belakang. Suara jeritan iblis bergema, tapi hanya sesaat, sebelum semuanya hancur jadi debu kosmik.

Hanya dalam satu ayunan, Jinwoo menghapus ancaman yang bahkan pasukan militer dunia sekalipun tak akan sanggup hadapi.

Namun, setelah pedang itu berhenti berkilau, Jinwoo menunduk sebentar, menahan rasa sakit di dadanya. Tangannya menggenggam dada kiri, jantungnya berdegup keras, seakan setiap tebasan itu menggerogoti nyawanya.

“Tersisa tiga tebasan…” bisiknya lirih.

Takeshi menatapnya serius. “Senpai…”

Jinwoo mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis. “Jangan khawatir. Cukup tiga tebasan ini untuk mengakhiri segalanya.”

Namun suara gemuruh keras memotong percakapan mereka. Keenam Demon King yang tersisa berteriak marah, aura mereka semakin membara. Tubuh mereka membesar, sayap hitam terbentang, energi kegelapan merobek udara.

Mereka marah. Sangat marah.

“Sepertinya sekarang pertarungan sesungguhnya baru dimulai…” ujar Ezekiel dengan suara berat, masih merapal mantranya, cahaya rune semakin terang.

Leonhard mengangkat perisainya, darah naga di tubuhnya mendidih. “Hah! Biar datang semua! Aku tank di sini, dan aku tidak akan jatuh!”

Selene menutup mata, merapal mantra suci lebih keras. “Oh, Dewi Suci, lindungi kami… berkati mereka yang berjuang dalam gelap…”

Aura putih keemasan meledak, menyelimuti seluruh tim. Luka mereka sembuh, energi mereka pulih, bahkan kekuatan fisik dan sihir meningkat berkali lipat.

Jinwoo mengangkat pedangnya lagi, pupil galaksi berputar cepat. Takeshi di sampingnya menarik napas dalam, menurunkan tubuhnya ke posisi siap tebas.

“Kau siap, Takeshi?” tanya Jinwoo.

Takeshi menyeringai. “Selalu. Ayo menari lagi, senpai.”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!