NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 2

Cahaya matahari yang samar-samar menembus tirai kamar membangunkan seorang gadis yang Tengah tertidur. Gadis itu terbangun meski raut mengantuk masih kentara di wajahnya yang bulat. Tapi tak lama segera ia menyadari situasi yang aneh.

Ini bukan kamarnya!

Dan begitu matanya mengitari ruangan ternyata dia tak sendiri.

“Siapa kamu?!” teriak Andini. Ia terkejut karena ia terbangun di sebuah kamar yang asing baginya dalam keadaan tanpa busana. Dan yang lebih mengejutkan lagi di sampingnya terbaring tubuh seorang pria yang ia perkirakan juga dalam keadaan telanjang.

Laki-laki yang di samping Andini terbangun karena teriakan gadis itu dan segera tampak wajahnya juga tak kalah terkejut dengan keadaan yang menimpanya.

“Dimana ini? Siapa kamu?” ujar Bagas dengan nada panik. Wajahnya mendadak pias.

“Mestinya aku yang bertanya, siapa kamu? Kenapa aku bisa disini?” suara Andini terdengar serak, ia berusaha menahan matanya yang mulai memanas.

‘Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa disini?’ batin Andini.

Bagas diam tak menjawab ia sudah tak peduli akan pertanyaan Andini. Yang ia pikirkan bagaimana ia bisa berada di kamar ini dan dalam keadaan tak memakai apapun.

Sesaat ia termenung ingatannya berputar. Saat itu ia berada di sebuah ruangan yang besar dan ramai. Ada lukisan yang terpajang yang menjadi pusat atensi bagi tamu yang hadir disana. Setiap mata yang tertuju memperlihatkan perasaan mendamba untuk memiliki lukisan itu.

Ya, Bagas tengah berada di sebuah acara lelang, tak sendiri tentu saja ada Ratna – istri yang sangat dicintainya. Ratna tampil sangat cantik dan anggun malam ini. Penampilannya hampir-hampir menggoyahkan fokus para tamu yang tengah menikmati lukisan yang menjadi bintang pada malam itu.

Hal terakhir yang ia ingat adalah ketika Ratna dengan senyum manisnya memberinya segelas Cocktail. Setelahnya ia tak ingat apapun termasuk bagaimana ia bisa terbaring di kamar ini bersama seorang gadis yang tak dikenalnya.

Seolah kesadarannya sudah kembali, Bagas segera beranjak dari ranjang dan memakai pakaiannya. Ia berpikir untuk segera pergi dari sini. Ia sungguh tak peduli dengan Andini yang masih di atas tempat tidur yang terlihat masih terlihat syok.

“Kamu mau kemana?” tanya gadis itu membuat Bagas menoleh dan untuk sedetik Bagas merasa  lemas, Andini juga tak mengenakan apapun, tapi dari raut wajahnya terlihat gadis itu sama paniknya dengannya – artinya bisa jadi gadis itu juga tak tahu apa-apa.

“Aku akan pergi ....” jawab Bagas singkat seraya menuju pintu – hendak pergi meninggalkan gadis itu.

“Tolong aku, aku juga tak tahu apa-apa,” ada sorot memohon di mata Andini yang entah kenapa membuat Bagas tak bisa mengabaikannya.

“Tolong aku,” sekali lagi Andini meminta dan membuat Bagas gusar. Hatinya bimbang namun akhirnya Bagas memilih menyanggupi permintaan gadis itu.

“Kamu bisa membersihkan diri, aku akan mengantarmu pulang,” ujar Bagas mencoba menenangkan Andini walaupun hatinya juga tak kalah gelisah.

Dengan tubuh di balut selimut Andini turun dari ranjang dan beranjak ke kamar mandi, namun beberapa detik kemudian langkah Andini terhenti oleh pertanyaan Bagas.

“Apa kamu sedang menstruasi?” tanya Bagas dengan alis yang mengerut. Matanya yang tajam tertuju ke tempat tidur

“Tidak, kenapa?” Andini balik bertanya dengan nada heran. Menstruasinya sudah berlalu seminggu yang lalu. Lagipula kenapa pria itu menanyakan jadwal datang bulannya.

“Lalu darah apa itu?” Bagas mendekati tempat tidur – persis di tempat Andini berbaring. Bercak darah yang ada tidaklah banyak. Mungkin hanya setetes dua tetes.

Untuk sesaat keduanya terdiam sampai kemudian mata Andini membelalak dan Bagas segera menyadari apa yang terjadi.

Itu bukan darah mens!

“Mungkinkah ....” Suara Andini terdengar lirih tapi baik Andini maupun Bagas sama-sama menghirup udara dingin. Seolah semakin pelan suara Andini semakin tipis oksigen yang terasa, membuat yang mendengarnya seakan sesak napas.

...

“Mas, mas darimana aja?” Ratna menyambut suaminya yang tengah pulang dengan wajah yang teramat kusut, “Aku kemarin nyari Mas. Mas menghilang.” Ujar Ratna sambil menggigit bibir bawahnya. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran yang mendalam.

“Dek ....” Bagas segera memeluk istrinya, selain karena ingin menenangkan Ratna juga untuk meredam rasa bersalah yang entah kenapa menghantam jantungnya.

Bayangan tentang setitik darah di atas sprei putih membuatnya sakit kepala. Dadanya sesak.

“Mas kok gak jawab pertanyaanku? Mas darimana?” ujar Ratna melonggarkan pelukan dan menatap suaminya. Bukan tatapan tajam justru tatapan yang teramat lembut yang membuat Bagas merasa ditelanjangi. Tatapan yang seolah meminta Bagas untuk mengakui kesalahannya.

Tapi bagaimana bisa Bagas jujur dengan kesalahannya? Semuanya terjadi di luar kendalinya. Bukan ia yang setuju untuk tidur dengan Andini. Bagas yakin ia dijebak. Tapi ia tidak yakin bisa mengatakan itu semua pada Ratna.

Bagas kembali memeluk istri tercintanya. Kali ini untuk menyembunyikan diri dari tatapan Ratna yang seakan bisa menembus hatinya dan menemukan kebenaran. Bagas tak sanggup berlama-lama di tatap Ratna.

“Mas kemarin ada urusan sama klien, maaf gak bisa ngabarin adek. Pas mau pulang mas pusing akhirnya nginap di hotel. Maafin mas ya dek udah bikin adek khawatir. HP Mas juga habis baterai,” ucap Bagas susah payah merangkai alasan yang bisa meredakan kekhawatiran Ratna.

Dalam pelukan Bagas, Ratna mengangguk, “Aku percaya sama Mas.”

Ucapan Ratna seakan menjadi pukulan telak Bagas yang tak mampu ia tolak. Ia baru saja menodai kepercayaan Ratna walaupun apa yang terjadi sama-sekali bukan kehendaknya. Rengkuhan Bagas kian erat seiring dengan semakin besar rasa bersalahnya.

Ratna menggeliat mencoba melepaskan pelukan Bagas yang semakin kuat, “Mas, aku gak isa napas hlo.”

“Ohh maaf dek, Mas hanya kangen sama kamu.” Ujar Bagas mengendurkan pelukannya. Lebih tepatnya Bagas ingin menyembunyikan Ratna dari kebenaran. Supaya Ratna tak bisa melihat atau mendengar apapun tentangnya.

“Kalau gitu Mas mandi gih, aku uda nyiapin sarapan kesukaan mas.” Ucap Ratna dengan suara yang manja. Membuat dada Bagas semakin menghimpit.

Akankah nada suara ini tetap bisa didengarnya ketika Ratna mengetahui apa yang terjadi antara suaminya dan seorang gadis asing semalam?

Bagas tak mau kehilangan suara yang selalu menjadi candu baginya itu. Pun pelukan Ratna yang selalu menghangatkan tubuh dan jiwanya.

Bagas bertekad untuk menyembunyikan apa yang terjadi semalam. Toh ia tak mengenal gadis itu dan begitupun sebaliknya.

Itu hanya kesalahan satu malam. Tidak ada artinya. Tidak akan mempengaruhi malam-malamnya bersama Ratna.

“Mas? Ko malah ngelamun sih?” Ratna mengusap rambut dan wajah Bagas dengan penuh kasih sayang. Sentuhan yang selalu dinanti Bagas.

Bagas tersenyum dan mencium puncak kepala istrinya, menumpahkan segala perasaan cinta disana.

“Mas sayang sama adek. Tolong jangan tinggalin mas ya dek,” kata Bagas lirih

“Ihh emang adek mau kemana sih, ga akan kemana-mana ko mas. Adek akan tetap disini sama Mas Bagas.” Ucapan Ratna meredakan kegelisahan Bagas. Ia bisa bernapas lega mendengarnya.

“Janji?” tanya Bagas

“Janji!” seru Ratna, “Sekarang Mas mandi biar adek siapin sarapannya ya,”

Bagas hanya mengangguk. Tidak membantah.

Tak lama Bagas sudah selesai dengan urusannya dan menyusul istrinya ke dapur.

“Apa yang istriku yang cantik ini buat untuk sarapan Mas?” kata Bagas sembari memeluk tubuh mungil Ratna dari belakang.

Bagas bisa merasakan aroma tubuh Ratna yang begitu menenangkannya. Itu sebabnya ia sangat suka memeluk istrinya.

Jika seandainya Tuhan mengganti oksigen dengan aroma Ratna – Bagas akan langsung menyetujuinya.

“Pancake Mas, kemarin-kemarin Mas udah minta dibikinkan pancake kan?”

Bagas tak mengucapkan apapun tapi mencium pipi istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Ihh Mas Bagas,” lagi-lagi Ratna mengeluarkan suara manjanya yang selalu sukses membuat hati Bagas meleleh.

Drrtt ... drrttt ....

Ponsel Ratna bergetar. Perempuan itu meminta Bagas untuk mengecek ponselnya untuk tahu siapa yang mengiriminya pesan.

Dengan senang hati Bagas melakukannya.

Begitu ponsel itu dibuka sebuah pesan muncul dari nomor tak dikenal, isi pesannya membuat alis Bagas mengerut.

...“Semua sudah sesuai rencana”...

Ratna yang tengah membelakangi Bagas menanyakan siapa yang mengiriminya pesan, namun Bagas hanya diam tak bergeming.

“Mas, dari siapa?” tak ada jawaban dari Bagas. Ratna memutar tubuhnya dan bertanya dengan nada sedikit dinaikkan, “Mas Bagas. Pesan dari siapa?”

Bagas yang masih termenung menatap pesan yang tertera di ponsel Ratna, “Dek ini ... dari nomor tak dikenal,” kata Bagas berganti menatap istrinya

“Iyakah?” Ratna menghampiri Bagas dan meminta ponselnya, sejenak alis Ratna bertaut namun setelahnya wajahnya terlihat sedikit panik, “Eh ini ... ini pasti nomor iseng. Ak-aku hapus aja ya mas,” ujar Ratna sedikit tergagap.

Entah mengapa wajahnya yang terlihat panik menimbulkan tanya di hati Bagas. Benarkah itu hanya nomor nyasar? Atau nomor iseng? Lantas kenapa pesannya harus di hapus?

“Dek –“

“Aku ga tau apa-apa Mas, aku ga kenal nomor itu!” pekik Ratna, “Mas harus percaya sama aku,” Ratna menggenggam tangan Bagas, memohon pada suaminya agar percaya padanya.

“Iya sayang iya ... mas percaya sama kamu,” Bagas mengusap bahu istrinya yang sedikit bergetar. Menepuknya perlahan untuk meredakan. Bagi Bagas sedikit aneh, untuk apa Ratna sampai terlihat ketakutan ketika mendapat pesan tersebut? Mengapa reaksinya berlebihan? Mengapa ia memaksa Bagas untuk percaya?

Sesungguhnya Bagas mulai ada keraguan.

Semalam hal yang paling ia ingat adalah cocktail yang diberikan oleh istrinya. Setelahnya ia tak ingat apa-apa.

Awalnya Bagas tak mau berpikir jauh, tapi pesan dari nomor tak dikenal dan sikap Ratna setelahnya justru sedikit membangkitkan rasa penasaran.

Mungkinkah ... Ratna tahu sesuatu? Atau mungkin Ratna  yang merencanakannya? Jika iya, untuk apa dia menjebak suaminya sendiri? Siapa gadis bernama Andini itu? Kenapa harus gadis itu?

Beribu pertanyaan muncul di benak Bagas. Pertanyaan yang akan ia cari tahu sendiri jawabannya.

‘Maafkan Mas dek, Mas akan cari tau dengan cara Mas sendiri’ batin Bagas.

 

... ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!