NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Pertarungan dua hati

...0o0__0o0...

...Pagi itu, tepat pukul enam. Aroma masakan sudah memenuhi rumah besar keluarga Alfaruq. Nesya berdiri di dapur, sibuk membantu Ummi Ais menyiapkan sarapan. Wajahnya terlihat tenang di luar, meski di dalam dadanya ada sesuatu yang mengganjal....

...Sementara itu, Langit bersama Aba belum pulang dari masjid. Mereka memang selalu pulang sedikit lebih lama, bercengkerama dengan jamaah setelah shalat Subuh....

...“Jingga belum bangun juga, Nak ? Sepertinya dia kelelahan karena pulang agak larut kemarin,” ujar Ummi Ais lembut, tanpa maksud apa pun....

...Kalimat itu langsung menusuk hati Nesya. Dadanya bergetar hebat. “Aku yakin… Jingga sudah melakukan hubungan suami-istri dengan suamiku semalam,” batinnya....

...Tanpa pamit, Nesya buru-buru meninggalkan dapur. Langkahnya cepat, seakan terbakar oleh prasangka yang bergejolak. Ia langsung menuju kamar Jingga dan mengetuk pintunya keras-keras....

...Tok..! Tok .! Tok..!...

...“Jingga! Buka pintunya!” panggilnya dengan nada tak sabar....

...Tidak ada jawaban. ...

...TOK..! TOK .! TOK..!...

...Nesya mengetuk lagi, semakin keras. ...

...Setelah beberapa kali panggilan tak di hiraukan, Nesya memutuskan membuka pintu begitu saja....

...“Astaghfirullah, jam segini kamu masih enak-enakan tidur ? Setelah semalam tidur bersama suami kita ?!” geram Nesya, nadanya bergetar menahan marah....

...Nesya mendekat cepat, mengguncang kasar bahu Jingga yang masih setengah sadar....

...Jingga terkejut, buru-buru mengucek matanya. Begitu melihat sosok Nesya berdiri di hadapan-nya dengan tatapan penuh api, kesadaran-nya langsung pulih....

...“Kenapa Kak Nesya masuk ke kamar ku tanpa izin ? Bagaimanapun, ini kamar aku. Kakak nggak boleh seenaknya begitu,” ujar Jingga tajam, nada suaranya sarkastis....

...Nesya mendengus kasar. “Aku tidak ke sini buat dengar ocehan mu. Buka kerudung mu sekarang juga!” bentaknya....

...“Untuk apa, Kak ?” Jingga menatap bingung, tapi juga waspada....

...“Jangan banyak tanya, Jingga. Cepat buka!” Nesya nyaris berteriak, tangannya langsung bergerak hendak menarik kerudung yang menutup kepala Jingga. Namun Jingga menahannya dengan kuat....

...“Jangan melawan aku, Jingga!” suara Nesya bergetar, antara marah dan cemburu. “Aku hanya ingin melihat leher mu. Apa di sana ada… hasil karya suami kita. Aku ingin memastikan… apakah Abi melakukan-nya karena cinta… atau hanya karena sebatas kontrak saja!”...

...Jingga menatap nanar, hatinya perih mendengar ucapan itu. “Jangan perlakukan aku seperti binatang, Kak!” pekiknya, mencoba menahan kerudungnya....

...Namun Nesya tak peduli. Ia tetap menarik kerudung Jingga hingga terlepas, membuat tubuh jingga kaku menahan malu....

...Begitu kerudung jatuh, mata Nesya langsung meneliti leher Jingga. Kosong. Tidak ada tanda apapun....

...“Baguslah…” gumam Nesya puas, bibirnya menyungging senyum lebar. “Itu artinya suami kita menyentuh mu tanpa cinta. Hanya karena kontrak semata.”...

...Jingga ingin berteriak, ingin mengatakan yang sebenarnya—bahwa bahkan sekalipun, Langit belum pernah menyentuhnya. Namun lidahnya terasa kelu....

...Keduanya kini berhadapan, napas terengah, tangan saling menahan. Tegangan kian memuncak....

...Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Pintu kamar terbuka....

...“Nesya, apa yang kamu lakukan ?” suara dingin itu memecah suasana....

...Langit berdiri di ambang pintu. Tatapannya tajam menusuk, membuat ruangan seketika membeku....

...“Kak… Langit…” bisik Jingga lirih, wajahnya pucat....

...“Abi…” suara Nesya tercekat, tubuhnya menegang....

...Langit melangkah masuk. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya cukup membuat Nesya dan Jingga tak berkutik. ...

...Langit menatap istri pertamanya lama sebelum akhirnya bertanya dengan nada berat, “Aku ulangi sekali lagi, Nesya. Apa yang barusan kamu lakukan pada Jingga ?”...

...Nesya spontan melepaskan cengkraman-nya pada kerudung Jingga, sementara Jingga hanya bisa merapikan diri dengan tangan gemetar....

..."Aku bertanya sekali lagi, Nesya." suara Langit dalam dan menekan, membuat dada bergetar. "Apa yang barusan kamu lakukan pada Jingga ?"...

...Nesya menelan ludah, keringat dingin muncul di pelipisnya. "Aku… aku hanya ingin tahu, Abi. Aku ingin memastikan… apakah ada sesuatu di antara kalian. Aku tidak bisa diam kalau tidak melihat dengan mata kepala ku sendiri!"...

...Langit menatapnya lama, pandangan itu menusuk hingga Nesya terpaksa menunduk. "Dengan cara mempermalukan madu mu sendiri ? Menarik kerudungnya seperti itu ?" Suaranya semakin dalam, nadanya mengandung kekecewaan yang berat....

...Jingga yang sejak tadi menahan perih di dadanya akhirnya bersuara lirih, "Abi… tolong jangan salahkan Kak Nesya. Aku baik-baik saja."...

...Langit menoleh sekilas pada Jingga, sorot matanya sedikit melunak, namun kembali tajam saat beralih pada Nesya....

...“Kamu dengar itu, Nesya ? Bahkan Jingga masih berusaha melindungi mu, meski kamu baru saja merendahkan-nya. Kalau sekali lagi aku melihat mu memperlakukan-nya seperti tadi…” Langit berhenti sejenak, suaranya semakin rendah namun tajam menusuk, “…aku tidak akan diam. Ingat baik-baik ucapan ku.”...

...Nesya terisak lebih keras, lututnya lemas hingga nyaris jatuh. Rasa bersalah bercampur takut memenuhi dadanya. Ia ingin mendekat, tapi tatapan Langit membuat langkahnya terkunci....

...Langit menoleh sekilas pada Jingga, lalu kembali mengunci tatapannya pada Nesya. "Kamu sadar, Nesya ? Kamu hampir melukai harga dirinya. Dia istri ku juga, sama seperti mu. Apa kamu lupa janji kita di awal pernikahan ?"...

...Nesya tercekat. Matanya memerah, menahan tangis yang bercampur amarah. "Aku… aku hanya takut kehilangan mu, Abi."...

...Langit menghela napas panjang, berat, seakan menahan diri untuk tidak meninggikan suara. Ia melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. ...

..."Rasa takut mu jangan sampai berubah jadi kezaliman pada orang lain. Kalau sekali lagi aku melihat mu memperlakukan Jingga seperti tadi…" ia berhenti sejenak, lalu menatap Nesya lurus, "aku akan bertindak tegas."...

...Keheningan menguasai ruangan. Jingga menunduk dalam, jantungnya berdegup kencang, sementara Nesya mulai terisak pelan, sadar telah melampaui batas....

...Langit berdiri di antara mereka, dingin, namun juga kokoh, menjadi pemisah sekaligus pengingat—bahwa cinta tanpa kendali bisa berubah jadi luka yang tak termaafkan....

...Namun, begitu pandangan-nya beralih pada Jingga, sorot mata Langit berubah. Ada lembut yang tiba-tiba hadir, berbeda dengan tatapan dingin pada Nesya. ...

...Langit mendekat, mengambil kerudung yang terlepas di lantai, lalu meng-genggam nya erat....

...“Maafkan aku…” bisik Langit, suaranya merendah. “Aku terlambat pulang, sampai membuat mu harus menanggung ini sendirian.”...

...Jingga tersentak kecil. Matanya basah, tapi ia cepat-cepat menggeleng. “Bukan salah Kakak… aku yang tidak bisa melawan.” Suaranya lirih, nyaris tenggelam....

...Langit menunduk sedikit, menatapnya dalam. “Tidak, Jingga. Kamu tidak salah. Kamu tidak seharusnya di perlakukan seperti itu.” Jemarinya terhenti sesaat di bahu Jingga, memberi rasa aman yang sulit di jelaskan....

...Nesya yang melihat adegan itu semakin tersayat, air matanya jatuh deras. “Abi… jangan… jangan berpaling dariku…” ucapnya lirih penuh rasa takut....

...Langit menutup mata sejenak, menarik napas panjang, lalu menoleh ke arahnya. “Aku tidak berpaling, Nesya. Tapi aku juga tidak akan membiarkan mu melukai Jingga dengan alasan apa pun.”...

...Nesya terdiam. Kata-kata itu menghantam dadanya lebih keras daripada kemarahan tadi....

...Langit kembali beralih pada Jingga, suaranya menenangkan. “Mulai sekarang, kalau ada yang menyakiti mu, sekalipun itu Nesya, katakan padaku. Jangan pernah menanggung-nya sendiri lagi.”...

...Jingga terdiam, air matanya akhirnya jatuh, tapi kali ini bukan karena takut, melainkan karena perasaan yang bercampur: lega, hangat, sekaligus bingung. Ia hanya bisa mengangguk pelan....

...Di ruangan itu, ketegangan masih terasa. Namun perlahan, keberadaan Langit menjadi penyeimbang—walau hatinya sendiri tahu, badai rumah tangga ini belum benar-benar reda....

...“Kenapa, Abi ? Abi sekarang membela istri kedua Abi ini ?” suara Nesya bergetar di antara marah dan cemburu. “Apa aku salah memastikan apakah Abi mencintai-nya atau tidak ?”...

...“Nesya, cukup!” suara Langit tegas. Tatapan-nya menusuk, namun ia tetap menahan diri agar tidak membentak. “Jingga juga istriku. Dia berhak mendapatkan pembelaan ku. Siapa pun yang salah, aku berkewajiban untuk meluruskan-nya.”...

...Langit menarik napas panjang. Ia sadar, tidak seharusnya memarahi satu istrinya di depan yang lain. Tapi di dalam dadanya, ada sesuatu yang tiba-tiba tidak terkendali....

...Deg...!...

...Jantungnya berdentum tidak normal ketika pandangan-nya jatuh pada wajah Jingga—tanpa kerudung, rambutnya tergerai indah bagai sutra. ...

...Leher jenjang itu terekspos, kulitnya putih, berkilau di bawah cahaya lampu. Pemandangan itu membuat Langit menelan ludah, tubuhnya menegang menahan gejolak yang sulit di jelaskan....

...“Kak Langit…” suara Jingga lirih, seolah seorang adik kecil yang hendak mengadu pada kakaknya....

...“Kenapa ? Kamu mau mengadu pada suami kita ? Dasar cengeng!” serobot Nesya geram. “Padahal aku tidak memukul mu sama sekali.”...

...Jingga berdiri menatap tegas pada istri pertama suaminya itu. Air matanya bergetar, tapi suaranya mantap....

...“Mungkin Kakak tidak melukai fisikku, tapi Kakak melukai hatiku. Hanya karena ingin tahu apa yang di lakukan suami kita padaku, Kakak tega menarik kerudung ku seperti itu.”...

...Mata Nesya melebar, namun Jingga melanjutkan, lebih berani. “Memangnya salah kalau Kak Langit menyentuh ku dengan cinta ? Bukankah itu sah-sah saja ? Aku juga istrinya, Kak.”...

...“Oh, jadi kamu berani melawan ku sekarang ?” Nesya mendesis, wajahnya memerah karena amarah. “Mentang-mentang ada suami kita di sini, kamu sengaja menjelekkan aku ya!”...

...Jingga menegakkan tubuhnya, sorot matanya jernih tapi menusuk. “Terserah Kakak mau berpikir apa. Yang harus Kakak tahu, aku lebih suka mengadu kepada Allah. Jangankan membalas perbuatan mu, membuat Kak Langit jatuh cinta padaku saja… bagi Allah sangat mudah.”...

...Deg..!...

...Kata-kata itu menghantam dada Nesya. Nafasnya tercekat, air matanya nyaris pecah. sedangkan jingga tidak sanggup menahan diri lagi. Dengan cepat ia melangkah menuju kamar mandi, meninggalkan mereka berdua....

...“Jingga, tunggu…” cegat Langit, melihat istrinya hendak masuk kamar mandi....

...Jingga berhenti, menoleh perlahan. Sorot matanya masih bergetar menahan air mata, tapi ada ketegasan di sana....

...Langit mendekat, suaranya merendah, “Kamu boleh ke kamar mandi sekarang. Aku hanya ingin memastikan… kamu baik-baik saja.”...

...Seketika hati Jingga bergetar. Ia tahu suaminya tidak banyak bicara, tapi perhatian-nya cukup untuk membuat dinding pertahanan-nya runtuh....

...0o0__0o0...

1
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
Baskom Majikom
berada di posisi sulit 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!